Raya menyiapkan berkas-berkas lamaran
yang akan di bawa ke beberapa perusahaan yang ia lihat di facebook tadi malam.
Dan ia juga sudah membuat semua berkas itu dengan rapi dan dimasukkan dalam
map-map tersendiri. Ia menghitung ada sejumlah lima map. Ia berharap ada salah
satu berkas lamaran yang bisa lolos seleksi.
Suara musik dari hp nya tanda ada
dering telepon masuk, di lihatnya nama yang tertera, Pak Malik. Ia langsung
menggeser tombol gambar telepon berwarna hijau.
“Assalamu’alaikum, ya halo pak?”
“Wa’alaikumussalam, eneng jadi nggak
ngelamar kerja? Kalau jadi jam 08.00 tet harus sampai sana neng, biar nggak
ngantri banyak nantinya” Tanya suara Pak Malik di seberang telepon.
“Ehmm, gimana ya pak, syaratnya itu lho
yang bikin Raya ragu…”
“Kalo bapak nih neng, ya coba aja dulu
neng, siapa tahu neng di terima, bapak siap anterin kok neng”
“Gitu ya pak, ya deh, tapi Raya nggak
buat berkas lamaran kerja ini pak…tapi bapak tungguin kan ya, Raya belum tahu
jalan ini, takutnya pas selesai Raya pulangnya bingung”
“Ok siaaappp neng, dan nggak usah
berkas laraman neng kan syarat cuma KK sama KTP aja, jadi bapak jemput sekarang
ya neng” Ucap Pak Malik dengan semangat. Hih…yang mau ngelamar kerja Raya kok
yang semangat Pak Malik ya…ish..ish.
“Jadi jalannya nak?” Tanya Bu Nanik
yang keluar dari dapur dengan membawa segelas teh hijau kesukaan Raya.
“Eh..ibu, iya nih…Raya mau ngelamar
kerja, doain Raya diterima ya bu”
“Selalu nak, nak Raya orang baik pasti
ke depan akan selalu di mudahkan jalannya oleh Allah SWT.”
“Aamiin, oya bu, nanti sepulang melamar
kerja Raya nanti mau belanja keperluan dapur, ibu mau nitip apa?”
“Oalah ndak usah nak Raya, dipenuhi aja
kebutuhan nak Raya sama anak-anak”
“Baiklah, apa ibu punya rekom untuk
ikan?”
“Yang pasti kesukaan anak-anak saja
nak, masalah masak ibu beres dah…” Bangga Bu Nanik.
Raya tersenyum, “Jadi ngrepotin nanti
bu, Raya cuma minta jagain dedek jadi merembet nih…”
“Nggak papa nak, selama ibu bisa
kerjakan ya di kerjakan”
Raya kembali mengangguk kemudian
mendengar bel mobil berbunyi.
Tin..tin…tin, suara klakson mobil
dibunyikan.
“Kayaknya Pak Malik dah datang deh bu,
Raya berangkat dulu ya…”
“Iya nak, hati-hati”
“Hanum…sini sayang, mama berangkat dulu
ya, doain mama biar dapet kerja biar bisa beli mainan yang banyak untuk dedek”
“Yeeee, mainan banak ya mama” Hanum
melompat kegirangan dengan memeluk Raya dan Raya mencium kening anaknya sayang.
Raya berlalu ke depan di iringi Hanum
yang digendong oleh Bu Nanik, Hanum melambaikan tangannya sampai Raya masuk ke
taksi dan Raya melemparkan ciuman jauh kepada anaknya yang di tangkap dengan
kedua tangan Hanum dan di masukkan dalam hatinya, membuat Raya tertawa lucu
melihat anaknya yang semakin hari semakin menggemaskan.
“Lucu ya neng putrinya” Kata Pak Malik
yang dari tadi memperhatikan interaksi ibu dan anak itu.
“Hehe iya pak, hiburan Raya itu”
“Iya neng, sudah siap neng, kita
berangkat?”
“Ayo pak”
Pak Malik menjalankan mobilnya menuju
perusahaan perhiasan terbesar di Kota Malang, tempat pertama Raya mencoba
peruntungan melamar kerja di sana.
Raya tiba di parkiran perusahaan
perhiasan sebelum jam 08.00, namun antrian sudah sangat panjang, bisa dikatakan
mengular.
“Kok banyak banget yang ngelamar ya
pak?”
“Tenang aja neng, kesempatan ini
datangnya tidak dua kali lho, saya kok sudah punya keyakinan neng yang bakal di
terima”
“Hmm, gitu ya pak, berarti jadi nih…”
“Ya ayoklah neng, semangat neng, bapak
tunggu di pos saptam ya, sambil ngobrol sama teman lama”
“Baik pak…”
Jam 08.00 tepat pendaftaran di buka,
ada tiga pos yang melayani antrian tapi dengan karakteristik persyaratan yang
berbeda.
Pada pos pertama pelamar menyerahkan
KTP dan KK, dari situ jika usia sesuai persyaratan yaitu di atas 27 tahun akan
langsung masuk ke pos 2 yaitu pengukuran tinggi badan dan berat badan,
beruntung Raya memiliki tinggi 172 cm dengan berat badan 60 kg, jadi bisa
dibilang tinggi dan berat badannya termasuk ideal untuk ukuran wanita dewasa.
Pos selanjutnya yaitu pos 3 khusus penguasaan bahasa asing dimana mereka akan
di wawancarai langsung menggunakan Bahasa Inggris. Dari semua persyaratan sudah
pasti Raya lulus dengan sangat mudah, dan ia mendapat undangan lebih lanjut
untuk tes besok pagi di jam yang sama.
Raya berlalu mendatangi pos satpam
menemui Pak Malik yang masih asyik ngobrol dengan temannya.
“Pak Malik ayo pulang” Ajaknya seraya
menganggukkan kepala kepada satpam teman Pak Malik.
“Sudah neng? Gimana…lolos?” Tanya Pak
Malik.
“Tentu dong pak, besok Raya kembali
lagi ke sini untuk tes selanjutnya”
“Alhamdulillah, ini mau langsung pulang
neng?”
“Antar ke supermarket bisa pak? Raya
mau belanja ini” Pintanya.
“Asiaapp neng” Pak Malik langsung
meluncur ke supermarket di dekat perusahaan.
.
.
Raya berkeliling mencari bahan untuk
satu minggu ke depan, semua jenis ikan, udang, ayam, daging, sosis, telur,
mentega dan jenis saus, sayuran aneka macam. Ia meneliti ke kereta dorongnya,
sepertinya sudah cukup, selain bahan tadi masih ada beberapa camilan dan
minuman, jadi ia rasa hari ini cukup itu saja. Ia masih menambah dua karung
beras, gula, kopi,dan bumbu dapur. Lengkap sudah, ia mendorong keretanya ke
kasir dan menunggu untuk dihitung.
“Semuanya 1.445.800 mbak” Kata kasir,
Raya menyerahkan ATM untuk pembayaran. Setelah selesai ia meminta tolong pada
salah seorang pramuniaga untuk membawakan kereta dorongnya ke mobil. Pak Malik
dengan sigap membantu pramuniaga itu memasukkan semua barang ke bagasi dan
beberapa di bagian tengah. Pak Malik mengantarkan Raya kembali ke rumah dan
bersedia mengantar kembali esok hari.
.
.
.
Raya menyiapkan makan malam ditemani
oleh Titania, gadis itu tengah mengupas kentang yang sudah dicuci bersih,
kemudian memasukkan ke rebusan air di panci. Hari ini Raya akan menyenangkan
lidah Titania dengan memasak mashed potato, bahan sudah lengkap, kentang, susu
cair, keju, saos. Sementara untuk Hanum yang jelas sosis panggang dengan saos
tomat dan lelehan keju.
Setelah berkutat selama 30 menit, kedua
masakan itupun jadi dan mereka berdua menatanya di meja. Hanum hanya
memperhatikan mama dan kakaknya tanpa bisa membantu. Ia ingin membantu tapi
mama bilang kalau sudah segede kakak baru boleh membantu.
“Nah….makanan sudah jadi….ayo kakak
adek cuci tangan dulu ya terus berdoa”
“Iya mama” Sahut mereka berbarengan.
“Hmmmm….enak ma, gak kalah sama mashed
potato di resto Jakarta” Puji Titania.
“Ah…masak sih, tapi terimakasih…kalau
Hanum gimana?”
“Emmm, enak cocicnya ma”
“Habiskan ya, biar cepet gede” Raya mengelus
kepala putri bungsunya. Raya senang sekali dengan perkembangan kedua putrinya
yang tidak mau bermanja-manja, ia bahkan sangat ingin sekali tiap hari menyuapi
Hanum, tapi gadis kecil itu bilang, mau makan sendiri seperti kakaknya,
walaupun belepotan, tapi bagi Raya itu sebuah anugrah, di usia yang masih 3
tahun Hanum tumbuh menjadi gadis kecil yang tidak manja, dan tidak rewel.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments