Tok
Tok
Tok
“Mama…banun…dah sole nih…” Teriak suara
cempreng di luar pintu kamar Raya, wanita itu mengusap kedua matanya yang masih
terlihat mengantuk kemudian melihat hpnya. Jam 16.00. Wah sudah sore saja ini,
nyenyak banget tidurku…hehe.
“Iya sayang, sebentar” Raya beringsut
bangun dan berjalan untuk membuka hendel pintu, ia mendapati Hanum sudah segar
dengan harum strawberry.
“Hmmm, sayang mama sudah mandi ini,
harum sekali…”
“Iyan mandiin Anyium” Kata Hanum seraya
merangsek ke pelukan mamanya. Raya membawa Hanum ke gendongannya dan menurunkan
ke kasurnya.
“Hanum mau nunggu mama mandi dulu?”
Gadis kecil itu mengangguk senang, ia naik ke tempat tidur mamanya dengan
melompat-lompat senang.
“Hati-hati ya” Raya mengelus kepala
putrinya sayang kemudian berlalu menuju kamar mandi. Gadis kecil itu makin
asyik lompat-lompat, namun sebentar kemudian ia sudah rebahan, rupanya capek
dia…hihi.
“Ck…lama cekali mama” Cemberutnya tidak
sabar. Dipandanginya terus pintu kamar mandi berharap mamanya segera keluar
dari dalamnya. Dan mata serta senyumnya langsung cerah begitu melihat mamanya
keluar dari kamar mandi.
“Bosan ya…”
“Lama andinya mama”
“Uluh-uluh….cemberut nih…” Raya
mencubit pipi Hanum gemas.
“Cakit mama…” Hanum mengelus pipinya
namun sedetik kemudian ia sudah berada di gendongan mamanya.
“Hanum sudah makan?”
“Undu mama ini”
“Aduh…kasian anak mama lapar yaaa…, dah
yuk makan”
Raya membawa Hanum ke dapur kemudian
menyiapkan makan untuk putrinya setelah itu menuju ke ruang tengah di mana
Titania dan Bu Nanik berada.
“Kakak…maaf ya mama ketiduran tadi…”
Kata Raya dengan sesal karena tidak menyambut putri sulungnya pulang.
“Nggak papa ma, Tita udah besar, gak
usah di sambut kayak anak kecil” Katanya sedikit ketus. Raya tersenyum mengacak
puncak kepala Titania.
“Nak Raya, ibu pulang ya, maaf kalau
malam tidak bisa menemani kalian…” Sela Bu Nanik.
“Oh…iya bu, maaf seharian ini sudah
merepotkan ibu…”
“Nggak papa nak, besok pagi ibu akan di
sini sebelum nak Raya dan kakak berangkat”
“Iya bu, terima kasih”
“Dedek…eyang pulang dulu ya” Wanita tua
itu mencium pipi Hanum. Gadis itu hanya mengangguk seraya mengunyah makanan
yang disuap mamanya.
“Becok main lagi iyan” Pintanya.
“Pasti sayang…eyang pamit dulu,
assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam” Jawab mereka
bersamaan.
Selesai makan Raya membawa piring dan
gelas untuk di cuci, kemudian menemani kedua putrinya bermain di ruang tengah.
.
Cuit
Cuit
Cuit
Raya menggeliatkan badannya dengan
malas.
“Hmmm, kenapa udah pagi lagi sih…”
Gumamnya malas, tapi karena kewajiban yang harus ia kerjakan, tanpa menunda
lagi ia bangun dari tidurnya dan melakukan ritual mandinya. Setelah itu ia
melaksanakan sholat shubuh, berdzikir, mengaji sebentar, kemudian keluar kamar
untuk membangunkan Titania dan Hanum. Ia sudah mengajarkan sejak dini bagi kedua
putrinya untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Hanum pernah
beralasan bahwa dia masih kecil, tapi Raya memberi pengertian bahwa kewajiban
sholat bukan di ukur dari kecil besarnya tubuh seseorang atau usianya, tapi
kesungguhan, kesanggupan, dan keikhlasan pelakunya dalam melaksanakan kewajiban
itu, maka orang tersebut akan terus mendapatkan rezeki dan diampuni
kesalahannya. Kini ketika ia membangunkan kedua putrinya sudah tidak ada yang
merengek.
Tok
Tok
Raya membiasakan etika memasuki kamar
orang lain untuk selalu mengetuk pintu terlebih dahulu. Raya memasuki kamar
Titania, gadis itu masih asyik dengan selimutnya. Raya melihat buku yang
berserakan di meja bahkan ada yang tergeletak di lantai. Wanita itu hanya
menggeleng, ia tidak ingin memaksa anaknya untuk harus juara, tapi itu semua
kemauan Titania, jadi Raya hanya mampu mendukung saja. Di bereskannya buku-buku
itu dengan rapi di atas meja belajar tanpa mengembalikan ke rak buku, takutnya
buku itu masih penting dan harus di bawa ke sekolah.
“Kak Tita, bangun sayang…waktunya
sholat shubuh nih…” Raya mengecup kening dan mengelus kepala Titania dan
menggoyang sedikit tubuhnya. Sebentar kemudian terlihat gerakan menggeliat dari
balik selimut.
“Mama…”
“Bangun yuk, mandi terus sholat shubuh”
“Iya ma…” Gadis itu beringsut bangun
menuju kamar mandi, sementara itu Raya keluar dan berjalan ke kamar Hanum. Ia
bangga sekali, karena di usianya yang baru menginjak 3 tahun Hanum sudah
meminta tidur sendiri, untungnya kedua anaknya tidak memiliki kebiasaan
mengigau di tengah malam.
Tok
Tok
Raya membuka pintu kamar dan mendapati
Hanum sedang melingkar di kasur khusus anak itu. Di kecupnya kening dan pipi
anaknya, biasanya dengan cara itu Hanum langsung membuka matanya. Entah kenapa,
sepertinya ia memiliki sensor di tubuhnya yang ketika di sentuh oleh orang lain
sensor itu langsung terjaga.
“Huammm” Tuh, benarkan? Hanya tiga kali
ciuman gadis kecil itu sudah menggeliat bangun terduduk dengan mengucek kedua
matanya dan menguap.
“Udah cubuh ya mama…”
“Iya sayang, mau sholat shubuh?”
“Mau mama” Gadis kecil itu menerima
uluran tangan Raya untuk membawanya ke kamar mandi, karena untuk urusan satu
itu ia belum bisa mandiri.
Rutinitas harian mereka berjalan dengan
sempurna sampai Bu Nanik datang untuk membantu menyiapkan keperluan anak-anak
Raya. Raya benar-benar terbantukan dengan keberadaan Bu Nanik, tetangganya yang
sangat baik hati.
“Duh…cucu eyang udah pada cantik semua
ini…”
“Iya dong iyan, Anyium uda mandi ini”
Bangga Hanum.
“Wah…rajin sekali…”
Titania tersenyum ke arah Bu Nanik
seraya menunggu sarapan yang di buat mamanya.
“Eyang bantu mama dulu ya” Mereka
mengangguk bersamaan dan Bu Nanik segera melangkah ke dapur. Hari ini Raya
hanya memasak nasi goreng dan telur mata sapi, ia lupa belum belanja untuk
memenuhi kulkas yang sudah datang kemaren sore, hingga bahan yang ada di masak
jadi nasi goreng.
“Nak Raya, biar ibu yang masak tadi…”
“Ini sudah selesai kok bu, cuma nasi
goreng aja, hehe”
Raya menyiapkan 4 piring kemudian
menuangkan nasi goreng ke dalamnya dan di tambah telur mata sapi. Bu Nanik
membantu membawanya ke meja makan.
“Hmmm, hayo siapa yang mau nasi goreng
mama?” Tanya Bu Nanik seraya membaui hidung mereka dengan nasi goreng yang
dipegangnya.
“Anyium mau iyan, naci oyen mama enak…”
“Terima kasih sayang, dah yuk sarapan
dulu, ayo bu..” Ajak Raya seraya duduk di kursi makan.
“Ibu sudah…”
“Iyan makan uga, ini duduk ini” Kata
Hanum seraya menepuk kursi di sebelahnya serasa dia orang dewasa. Raya dan Bu
Nanik tertawa gemas, akhirnya mereka berempat memakan sarapan dengan khitmad.
To Be Continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments