Tampak kaca pintu mobil di sampingnya terbuka. Seorang gadis berhijab tersenyum lembut menatap Kaisar.
"Kak Kaisar, kenapa berhenti? Rumah sakitnya masih jauh di depan" tanya seorang gadis.
"Bidadari nongol. Eh maaf Alisya, tidak ada apa-apa kok. Silakan duluan, kami di belakang" jawab Kaisar.
Alisya langsung menutup kembali kaca jendelanya lalu mobil yang ditumpanginya melaju mendahului.
"Ehm" deham keempat gadis berbarengan.
"He he maaf, kita lanjutkan obrolan kita di rumah sakit" ucapnya sambil cengengesan.
Syarif yang berada di sebelahnya terkekeh melihat temannya begitu gugup berbicara dengan Alisya yang merupakan teman satu organisasi keagamaan di kampus.
Pedal gas kembali diinjak oleh Kaisar dalam melajukan mobil menuju ke rumah sakit Harapan Sembuh.
Saat dua mobil berbelok memasuki gerbang rumah sakit, tampak di depan gedung rumah sakit keluar tiga mobil beriringan mengikuti mobil ambulan meninggalkan rumah sakit.
Gelapnya kaca film yang dipasang oleh ketiga mobil yang berlalu keluar membuat Violetta dan yang lainnya tidak mengetahui siapa yang berada di dalamnya.
Kaisar lalu memarkirkan mobilnya di parkiran samping gedung rumah sakit.
Andin langsung berlari memasuki ke dalam gedung rumah sakit, sedangkan Violetta dan yang lainnya berjalan santai menyusulnya.
Baru saja Violetta dan yang lainnya akan memasuki gedung, dari arah dalam Andin berlari kembali keluar.
"Kaisar, mereka sudah pergi ke bandara. Ayo cepat kita susul" ucap Andin langsung menarik tangan Kaisar.
"Lepaskan tangan yang tidak layak aku sentuh" ucap Kaisar yang langsung menarik tangannya.
Andin yang dalam kondisi panik dan terburu-buru langsung merogoh kantong celana Kaisar untuk mengambil kunci mobil.
"Hei hei hei, tidak boleh seorang gadis memperlakukan pria seperti ini" larang Kaisar terus mundur menjauhinya.
Syarif yang melihatnya langsung menahan kedua tangan kaisar agar tidak berontak.
"Syarif, kenapa kau membantunya? Lepaskan!"
"Diam! Kaisar negara Cijoget"
Setelah mendapatkan kunci mobil, Andin langsung berlari bersama ketiga gadis meninggalkan kedua pria yang masih ribut.
Di belakang keduanya, Alisya dan teman-temannya menghampiri Kaisar.
"Kak, ada apa? Kenapa ketiganya begitu terburu-buru?" Tanya Alisya ingin tahu.
"Javier sudah dibawa ke bandara, apa kalian ingin menyusulnya juga ke bandara?" Tanya Kaisar.
"Ya sudah, ayo. Kak Kaisar dan Kak Syarif naik mobil kita saja. Kebetulan kita cuma bertiga" jawab Alisya menawarkannya.
Keduanya langsung menyetujuinya dan berjalan ke arah mobil.
Andin yang mengambil alih mobil langsung menginjak gas dan keluar dengan cepat untuk menyusul ambulan yang sudah dari tadi berlalu.
"Vio, cek maps. Apakah ada jalan pintas ke bandara?" Pinta Andin yang begitu cepat melajukan mobilnya.
"Baik" sahut Violetta yang duduk di sampingnya.
Ia langsung saja mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi maps mencari rute tercepat.
Beberapa menit kemudian, Violetta menggelengkan kepala tidak menemukan jalan pintas yang lebih cepat.
"Jalan tikus banyak, tapi jalan tercepat hanya di jalur utama. Berdoa saja tidak ada kendala sampai ke bandara"
Ujar Violetta memasukkan kembali ponselnya.
Andin mengangguk lalu menekan gas sampai berada di kecepatan 120 km/jam.
"Din, jangan terlalu cepat" ucap Clara yang berada di kursi belakang tampak ketakutan.
Andin tidak menghiraukannya, ia terus saja menekan gas hingga kecepatan maksimal.
Melihat sebuah tikungan tajam di depannya, Andin tidak mengurangi kecepatan.
"Din, rem Din" pinta Violetta merasa takut melihatnya.
Tiba-tiba saja sebuah truk besar dari arah berlawan memakan sebagian jalan karena menyesuaikan lebar kendaraan.
Andin terkejut melihatnya lalu membanting setir ke arah kiri jalan.
Dug!
Bemper depan mobil menabrak pagar pembatas, mobil pun melayang terbang melewati pembatas.
"Haa!" Jerit keempat gadis melihat mobil melaju terbang di udara.
Keempatnya langsung menutup mata, pasrah akan apa yang terjadi.
Dug! Dug!
Keanehan pun terjadi, mobil yang terbang mendarat tepat di jalan raya.
Dug!
Benturan akhir terdengar setelah bemper mobil menabrak sebuah dinding tebal. Namun keempat gadis sudah lebih dulu tidak sadarkan diri.
Tak lama mobil yang ditumpangi oleh Alisya melihat keberadaan mobil yang bagian depannya sudah gepeng berbenturan dengan dinding tebal.
"Kak, Kaisar. Lihatlah, mereka mengalami kecelakaan" ucap Alisya menunjukkannya.
Kaisar dan yang lainnya begitu terperangah melihat kondisi mobil yang tampak tidak wajar benturannya.
Posisi mobil terlihat seperti datang dari luar tebing.
Mobil yang ditumpangi oleh Kaisar berhenti tepat di belakang mobil yang mengalami benturan.
Kelimanya langsung menghampiri dan menggedor-gedor kaca, agar keempat gadis tersadar dari pingsannya.
"Aduh!" Rintih Clara yang pertama sadar merasakan sakit di kepalanya. Ia langsung membangunkan Angel di sebelahnya.
"Angel, sadarlah. Kita selamat" ucap Clara sambil menepuk punggung Angel.
Tak lama Angel membuka matanya dan menatap Clara dengan pandangan kosong.
"Sudah, jangan melihat seperti itu. Cepatlah buka pintu lalu bantu Vio dan Andin" imbuh Clara lalu membuka pintu.
Alisya dan kedua temannya langsung membantunya keluar.
Benturan keras membuat kedua pintu depan mobil tidak bisa dibuka. Kaisar dan Syarif terpaksa mengeluarkan keduanya dari pintu belakang.
Setelah berhasil mengeluarkan Violetta dan Andin. Alisya bersama kedua temannya Nisa dan Muza langsung memeriksa kondisi keduanya.
"Alhamdulillah, keduanya tidak mengalami cedera parah. Sebaiknya kita langsung membawanya ke klinik terdekat" ucap Alisya merasa lega dengan kondisi Violetta dan Andin.
Syarif dan Kaisar langsung memangku keduanya menaiki mobil.
"Kalian semua langsung saja cari klinik atau rumah sakit terdekat. Aku dan Syarif akan menghubungi pihak berwajib" pinta Kaisar kepada semua gadis.
Muza yang menjadi sopir langsung meninggalkan keduanya.
"Hari ini sesuatu ya bro, rentetan kejadian silih berganti menghampiri kita. Liburan yang harusnya menyenangkan menjadi begitu memilukan, tahu begini ane gak bakalan ikut" celetuk Syarif langsung terduduk menyandar ke dinding.
"Hus, tidak boleh berbicara begitu. Ini sudah jadi jalan hidup kita. Ane yakin sepulangnya dari sini, kita semua bisa menjadi semakin erat dalam persahabatan" ujar Kaisar menanggapinya.
"Amiin" timpal Syarif lalu menyalakan sebatang rokoknya.
"Aneh, padahal kita sudah berada di area kota, kenapa tidak ada sinyal di sini dan juga daritadi tidak ada kendaraan yang lewat" gerutu Kaisar sambil terus berusaha melakukan panggilan.
"Udah magrib nih, kita jalan saja sampai ketemu rumah, untung-untung nemuin mushola atau masjid" kata Syarif langsung berdiri.
"Ya sudah, ayo" balas Kaisar.
Keduanya lalu melangkah menyusuri jalan raya yang begitu lengang.
Di mobil yang dilajukan oleh Muza akhirnya menemukan sebuah klinik 24 Jam tidak jauh dari laju kendaraannya. Ia lalu menghentikan laju mobilnya tepat di pintu klinik.
Alisya dan Nisa langsung memasukinya, keduanya meminta tolong kepada petugas jaga untuk mengangkat tubuh kedua gadis yang masih tidak sadarkan diri.
Dibantu seorang petugas, Andin dan Violetta dibawa ke ruang pengobatan. Keduanya lalu mendapatkan perawatan bersama kedua gadis lainnya yaitu Clara dan Angel.
Pukul 20 malam, Andin dan Violetta akhirnya bisa siuman dari pingsannya.
"Alhamdulillah, kalian sudah siuman" ucap Syukur Alisya yang menunggunya di dalam kamar.
"Alisya" panggil Andin menatapnya.
"Sudah, jangan dulu bicara. Kata dokter kalian hanya mengalami shock saja, sekarang aku bantu suapin kalian makan" ucap Alisya mengambil sebungkus nasi goreng lalu menyuapi keduanya.
"Minum, Alisya ambilin minum. Hah! Pedas" ucap Violetta begitu merah wajahnya menahan pedas sambil menjulurkan lidahnya.
"Aduh maaf, sebentar" balas Alisya langsung mengambilkannya air mineral.
Di luar, Clara begitu heran dengan nasi goreng yang dimakannya walaupun tetap ia habiskan juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments