Wisata Terakhir <Jerat Kematian>

Wisata Terakhir <Jerat Kematian>

Mimpi Buruk

Tepat pukul 4 sore di hari yang begitu cerah cuacanya.

Terdengar suara motor membunyikan klakson beberapa kali di luar gerbang sebuah rumah berlantai dua.

Seorang ibu yang terlihat masih cantik di usianya yang tidak lagi muda melangkah cepat menghampirinya.

"Tidak bisakah kau membukanya sendiri?" Tegur sang ibu tampak begitu kesal harus menunda pekerjaannya hanya untuk membukakan pintu gerbang.

Seorang gadis cantik langsung membuka kaca helmnya, dengan cengengesan ia menanggapi perkataan ibunya.

"Siap, Momis Bianca tersayang!" Jawabnya lalu menarik gas handle motornya memasuki rumah.

Violetta Semicolon namanya, seorang gadis blasteran berdarah Sunda dan Eropa yang beranjak menjadi wanita muda di usianya yang sudah berumur dua puluh satu tahun lebih.

Memiliki bentuk wajah proporsional dengan hidungnya yang kecil namun tidak pesek, kulitnya yang putih mewarisi genetik ibunya yang berasal dari eropa dan tujuh puluh persen wajahnya mirip seperti ayahnya.

Menjadi seorang programmer expert merupakan keahliannya. Ia juga merupakan penggemar berat film bergenre thriller dan kolosal yang selalu mengisi kesehariannya.

Di usianya yang sekarang, Violetta masih belum memikirkan tentang suatu hubungan percintaan. Bukan karena tidak ada pria yang tertarik padanya, ia bahkan menjadi salah satu mahasiswi tercantik di kampusnya.

Banyak pemuda yang selalu berusaha mengejarnya, akan tetapi menurutnya hubungan kekasih hanya akan mengganggu produktifitasnya sebagai seorang programmer yang waktunya banyak ia habiskan untuk menulis skript kode dan menonton film.

Memasuki pintu kamarnya, Violetta langsung melemparkan tubuhnya ke ranjang dengan sprei bergambar Doraemon yang merupakan kartun favoritnya. Ia langsung terlelap tidur tanpa sempat membuka alas kakinya.

"Kebiasaan, pulang main langsung tidur" sungut ibunya lalu melepaskan alas kaki yang masih dikenakan putrinya.

Dalam mimpinya, Violetta berada di suatu tempat yang begitu menyeramkan dan berbau amis darah, ia melihat teman-teman kampusnya mati terbunuh di dalam sebuah gedung kosong yang minim pencahayaan.

"Clara!" Teriaknya memanggil sahabat di kampusnya.

Violetta berlarian mencari sahabatnya dengan terus berteriak memanggilnya.

Dari arah belakang, puluhan pria berpakaian hitam seperti ninja berjalan pelan mendekatinya, ia yang mendengar langkah kaki langsung berbalik melihatnya.

"Siapa kalian?" Tanya Violetta menyipitkan matanya memperhatikan puluhan pria yang wajahnya tertutupi kain hitam.

Tiba-tiba saja puluhan pria di depannya menarik katana dari sarungnya dan langsung berlari cepat menghampirinya.

Logam pedang tajam tampak berkilauan dengan posisi tegak mengacung ke arahnya.

"Tidak, tidak, ada apa ini?" Kaget Violetta langsung berlari secepatnya.

Saking paniknya, ia berkali-kali jatuh di lantai gedung yang licin. Beruntung, ia melihat sebuah pintu kecil di depannya, dengan cepat ia berhasil keluar dari gedung.

Napasnya terasa semakin berat, namun karena ia tidak ingin mati konyol tanpa tahu penyebabnya, ia terus berlari memasuki sebuah hutan yang cukup lebat. Sampai akhirnya ia menghentikan langkah kakinya.

Dalam posisi terduduk karena kelelahan, ia berbalik ke arah belakang. Matanya melebar menatap puluhan pria yang langsung mengayunkan pedang menebasnya.

Violetta menutup kedua matanya karena pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya.

Trang!

Suara logam beradu mengagetkannya, ia kembali membuka matanya melihat apa yang terjadi.

Buk! Buk! Buk!

Puluhan ninja terlempar jauh bergulingan di tanah.

Tampak terlihat olehnya, sosok seorang pria dewasa memunggunginya dengan menggenggam sebatang katana di tangan kanannya.

Lebih dari dua puluh ninja kembali bangkit dan langsung menyerang pria tersebut.

Pertarungan pun pecah saat itu juga, pria berkaos hitam dan bercelana jeans biru terus saja mengayunkan katana menghadang serangan dari puluhan ninja yang menyerangnya.

Trang! Trang!

Suara logam beradu terus mewarnai pertarungan, Violetta begitu terperangah menyaksikannya. Pria berkaos hitam tampak begitu tangkas menghadapi para ninja.

Hingga beberapa ninja mulai berjatuhan terkena tebasannya dan hanya menyisakan tiga ninja yang masih bertarung melawannya.

Tiba-tiba Seorang ninja yang tergelatak bangkit kembali dan langsung berkelebat ke arah Violetta yang masih duduk menyaksikan pertarungan.

"Haa!" Jerit Violetta melihat ujung katana mengarah kepadanya.

Pria berkaos hitam melesat cepat menusuk ninja dari belakang.

Sret!

Bugh!

Seorang ninja yang akan menyerang Violetta mati seketika dengan leher tertusuk katana sampai menembus ke tanah.

Darah langsung berhamburan ketika bilah logam katana ditarik kembali oleh pria berkaos hitam.

Violetta terkena cipratan darah yang mengotori wajahnya.

Matanya melebar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia terengah-engah menyaksikan kematian tragis seorang ninja di depannya yang matanya terlihat masih menatapnya dengan tajam.

Violetta memberanikan diri mengusap mata seorang ninja yang tewas dengan telapak tangannya.

Ia kembali melirik ke arah pria yang telah berhasil membunuh semua ninja.

"Kau, siapa kau?" Tanya Violetta tidak bisa melihat wajah pria yang membelakanginya. Pria itu langsung berkelebat pergi meninggalkannya.

Kesal karena pertanyaannya tidak dijawab oleh pria itu. Ia langsung berdiri di tempatnya memperhatikan sekelilingnya.

"Tempat apa ini? Di mana aku berada?" Tanya batinnya yang tidak mengetahui ia berada di mana.

Violetta kebingungan harus ke mana, ia melewati puluhan tubuh tak bernyawa dari para ninja yang tewas dalam pertarungan.

Ia lalu memutuskan untuk kembali ke dalam gedung di mana ia melihat teman-teman kampusnya yang tergeletak mati.

Dhuar!

Ledakan keras terdengar dari dalam gedung di depannya. Dengan begitu pucat, Violetta tidak memahami apa yang terjadi. Ia hanya tahu teman-teman kampusnya berada di dalam gedung di depannya.

Berkali-kali ia berusaha keras mencerna apa yang ia alami.

"Apakah aku bermimpi?" Tanya pikirnya.

Plak!

"Aw!" Ringisnya merasakan sakit di wajahnya.

"Ba- bagaimana mungkin?" Ucapnya bertanya.

Ia tidak habis pikir bagaimana ia bisa berada di tempat yang tidak pernah ia datangi sebelumnya.

Ia terus menjambak rambut panjangnya, meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia alami adalah sebuah mimpi buruk.

"Vio! Lari!" Teriak Clara sahabatnya langsung menarik tangannya.

"Clara ada apa? Di mana kita berada?" Tanya Violetta sambil terus berlari bersamanya.

"Cepatlah! Atau kita berdua akan mati" jawab Clara terus saja berlari sambil menggenggam jemari tangan Violetta.

Saking cepatnya kedua gadis berlari, hingga tidak disadari keduanya telah berada di ujung tebing.

"Clara awas!" Teriak Violetta menahan tangan sahabatnya namun langkah kaki Clara tidak lagi menginjak tanah.

"Tolong! Vio tolong!" Teriak Clara memintanya.

"Tenang Clara, aku masih bisa menahannya" balas Violetta terus menarik kuat kedua tangan sahabatnya.

"Vio awas di belakangmu!" Teriak Clara melihat sebuah pohon besar menggelinding ke arahnya.

"Aah!" Jerit keduanya terjatuh.

"Vio, Vio, bangun sayang!" Panggil ibu Bianca terus menepuk wajah anaknya yang berkeringat dingin.

"Popis!" Teriak ibu Bianca memanggil suaminya yang baru saja pulang.

"Ya Momis!" Sahut pak Anton langsung berlari ke lantai dua di mana kamar putrinya berada.

Pak Anton sontak terkejut melihat putrinya menjerit histeris dalam tidurnya, ia langsung berlari ke kamar mandi lalu kembali membawa ember berisi air dan mengguyur putrinya.

Byuur!

Violetta berhasil bangun dari mimpi buruknya.

"Momis" ucapnya lalu memeluk ibunya yang terlihat begitu panik.

"Mulai besok kau tidak boleh tidur di sore hari, itu tidak baik untuk kesehatanmu" ujar ibunya sambil mengusap lembut punggung putrinya.

"Ganti pakaianmu!" Pinta ibu Bianca langsung berbalik bersama suaminya meninggalkan Violetta yang basah kuyup tersiram air.

Hacim! Hacim!

Violetta terserang flu dampak dari tubuhnya yang tersiram seember air. Ia langsung bergegas turun ke arah dapur mencari ibunya.

"Mom, ada obat masuk angin?" Tanya Violetta menghampiri ibunya yang sedang masak.

"Ya, ambillah di kotak obat, sebelum meminumnya, kau makanlah dulu" jawab ibunya tanpa menoleh ke arahnya.

Terpopuler

Comments

🥰Siti Hindun

🥰Siti Hindun

Mampir..

2023-12-16

1

〈⎳ Muzu Quins

〈⎳ Muzu Quins

Awal yang menarik, aku suka ceritanya

2023-03-13

0

🔵𝐀⃝🥀𝓐𝔂⃝❥Jinda🤎🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🔵𝐀⃝🥀𝓐𝔂⃝❥Jinda🤎🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

ceritanya keren ini cerita diawal sudah prang prang sama ninja walau di mimpi tapi terasa nyata. Rame banget dan tegang tapi seru bacanya.

2023-02-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!