Suasana di dalam bus menjadi hening, para mahasiswa mulai menikmati perjalanannya. Ada yang tertidur, mendengarkan musik, bermain game dan ada juga yang sedang mengetik kode di laptopnya.
"Kuliahnya udahan Bro, masih ngoding aja loe?" Tanya Syarif kepada temannya Kaisar yang terkenal alim dan mantan ketua Rohis di kampusnya.
"Alhamdulillah, ane dapat proyek di perusahaan rintisan. Lumayan buat ngasah skil koding selama kuliah, makanya ente jangan nge-game terus. Sayang ijazah Bro" jawab Kaisar tanpa meliriknya.
"Ha ha, betul juga yang loe bilang. Tapi bukan karena pengen dapetin hati si bule Violetta kan?" Timpal Syarif menyindirnya.
"Astaghfirulloh, jangan sembarangan ente ngomong. Terlalu berkhayal buat ane dapetin dia" balas Syarif menggelengkan kepala.
"Tidak ada yang tidak mungkin Bro, selama loe berusaha dengan sungguh-sungguh. Gue yakin, loe bakal ditolak juga" timpal Syarif begitu serius.
Jleb!
Kaisar langsung menutup laptopnya, ia menoleh ke arah Syarif yang duduk di sebelahnya dengan tatapan ingin mencabik-cabiknya.
Syarif merinding juga melihatnya, ia langsung menggerakkan bola matanya ke arah sopir mengingatkannya dengan apa yang dialami oleh temannya Javier.
Emosi Kaisar langsung mereda seketika tidak berani membuat keributan yang akan membuatnya jadi korban berikutnya.
Sementara di kursi tengah, Violetta menutup kedua matanya berusaha untuk terlelap tidur. Marsya yang duduk di sebelahnya terus saja memperhatikannya.
"Untung loe gak doyan ma cowok, jadi kita tidak pernah bersaing selama kuliah" gumam Marsya menyadari kalah cantik dengan Violetta.
"Ngaco loe Sya. Gue masih normal kali, salahnya di kampus gak ada yang mirip Lee Min Ho. Bukan salah gue kan?" Balas Violetta masih dalam tidurnya yang dipaksakan.
"Ha ha, kan ada Mas So Lee Hin teman kelas kita. Sama aja kan!" Balas Marsya lalu tersenyum.
"Terserah!" Timpal Violetta mengakhiri obrolan.
Dua baris di belakangnya, Junaedi yang mendengar obrolan kedua gadis cantik di depannya langsung menyikut Solihin temannya.
"Mimpi apa loe Bro? Loe diomongin dua bidadari kampus tuh" ujarnya memberitahu Solihin yang tidur sambil mangap.
"Iya gue dengar, udah jadi resiko gue yang tampan ini direbutin cewek-cewek kampus" sahut Solihin masih dalam tidur ayamnya.
Tak lama kemudian, Solihin langsung terperanjat membelalakan mata baru menyadari temannya mengatakan bidadari kampus. Siapa lagi kalau bukan Violetta dan Marsya yang menjadi idola para pemuda di Universitas Teknologi Semesta tempat kedua gadis cantik bernaung.
"Serius loe Bro?" Tanya Solihin dengan tatapannya yang berbinar.
"Bro, itu mata tolong loe bersihin dulu. Gak enak banget gue lihatnya" ujar Junaedi langsung menjauhkan wajahnya.
Solihin lalu mengucek kedua matanya dan tersenyum lebar merasakan hati yang berbunga-bunga.
"Gak waras loe ya, senyum-senyum sendiri" cibir Junaedi mulai merinding melihat temannya.
Entah apa yang dipikirkan oleh Solihin, ia langsung melangkah ke arah kursi Violetta dan Marsya.
"Oh bidadari hatiku, betapa aku bahagia mendengar kalian membicarakan diriku yang tampan ini. Walaupun harus menunggu empat tahun lamanya, tidak ada kata terlambat untuk mengungkapkan cinta kepadaku" celetuk Solihin sambil terus mengusap rambutnya ke belakang.
Violetta pura-pura saja tertidur tidak mau menanggapinya, berbeda dengannya. Marsya langsung berdiri di kursinya, ia tersenyum lembut memperhatikan pemuda yang terus saja berbicara bak seorang pangeran tampan.
Buk!
"Wadaw!" Kaget Solihin merasakan sakit di mulutnya.
"Ha ha ha" tawa semua mahasiswa di dalam bus melihatnya.
Solihin langsung kembali ke kursinya sambil meringis kesakitan.
"Sialan! Gue malah kena bogem mentah dari tuh betina" rutuk Solihin masih terus menutup mulutnya yang kesakitan.
Junaedi menggeleng-gelengkan kepala melihatnya walau dalam hatinya ia puas menertawai temannya.
Tiga jam berlalu dalam perjalanan ke tempat tujuan, beberapa mahasiswa mulai merasa heran waktu yang ditempuh begitu lama.
Julio yang merasakan keanehan langsung melangkah menghampiri sopir bus.
"Maaf, Pak. Apakah masih jauh perjalanan kita?" Tanya Julio.
"Tinggal beberapa menit saja kita sampai, lihatlah ke depan! Indah bukan?" Jawab sopir bus sambil menunjuk arah depan.
Julio langsung melebarkan matanya melihat sebuah kota yang nampak seperti kota fantasi.
"Guys, lihatlah! Itu tujuan kita" pinta Julio yang begitu bersemangat melihat tujuannya.
Semua mahasiswa langsung terperangah melihat kota yang begitu indah.
"Gila! Ini kota paling keren di dunia" puji beberapa mahasiswa begitu gembira.
"Yuhuu!" Seru para mahasiswa begitu senang memasuki gerbang besar menuju kota Gaib.
Ketika semua temannya begitu bergembira memasuki kota Gaib. Violetta justru sebaliknya, ia begitu merinding melihat bangunan kuno yang tampak begitu menyeramkan.
Berkali-kali ia menutup matanya dan membukanya lagi untuk meyakinkan dirinya salah melihat. Namun bangunan kuno tampak semakin seram dilihatnya.
"Sial! Apa yang salah denganku?" Tanya batinnya tidak memahami apa yang terjadi dengan dirinya.
Violetta membenamkan wajahnya ke kursi di depannya, ia berusaha meyakinkan dirinya hanya sedang berhalusinasi.
Tak lama kemudian, bus berhenti di depan pelataran sebuah hotel yang cukup megah.
"Vio, bangun loe! Kita sudah sampai di hotel" pinta Marsya sambil terus menepuk bahunya.
Violetta langsung menoleh melihat Marsya yang berdiri di sebelahnya.
"Sorry, Sya. Gue ketiduran" sahutnya lalu berdiri melangkahkan kakiknya keluar dari bus.
Violetta mengambil kopernya yang tersimpan di bagasi luar bus.
"Vio, kamu sakit?" Tanya Clara langsung menyentuh kening Violetta.
"Sepertinya kamu demam, sebaiknya kamu istirahat di kamar" imbuh Clara langsung memapahnya.
Memasuki lobby hotel yang begitu luas, Violetta langsung duduk di salah satu sofa yang melingkar.
"Vio, tunggulah dulu. Biar aku yang mengambil kunci kamar" ucap Clara lalu melangkah ke front office menghampiri Gavin yang mewakili Javier sebagai ketua rombongan yang mengakomodasi semua mahasiswa.
Violetta begitu ketakutan melihat suasana hotel yang terlihat angker.
Setelah membagikan kunci kamar kepada semua mahasiswa, Gavin mulai memberikan arahan melalui pengeras suara.
"Kawan-kawan semua, berhubung ketua kita sedang mengalami musibah yang membuat kita semua shock. Aku sebagai wakilnya akan menyampaikan beberapa hal kepada kalian semua. Yang pertama, hari ini dan esok hari kita tidak melakukan kegiatan apa pun untuk memberikan waktu kepada ketua kita sampai pulih kembali dan bisa bergabung dengan kita.
Yang kedua adalah kalian bebas pergi ke mana pun di sekitar kota selama dua hari ini dengan penuh tanggung jawab dan yang terakhir adalah di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Salam mahasiswa!" Ujarnya menyampaikan arahan.
"Salam mahasiswa" sahut semuanya lalu mulai menaiki tangga memasuki kamar masing-masing.
"Vio, ayo!" Ajak Clara kembali memapahnya.
"Clara, apa kau memperhatikan keberadaan Antoine?" Tanya Violetta baru menyadari hilangnya Antoine setelah keributan di bandara.
Jleb!
Clara langsung menghentikan langkahnya, ia baru mengingatnya. Keduanya saling tatap dengan perasaan janggal lalu memperhatikan semua teman-temannya yang menaiki tangga.
Tidak ada lift di hotel yang ditempati para mahasiswa.
Setelah semua mahasiswa berlalu mendahului keduanya, tidak ada satu pun pemuda yang bernama Antoine yang dilihat keduanya.
Keduanya kembali saling tatap dan langsung berjalan cepat menaiki tangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Optimuscrime 🦊
wadaw🤣🤣🤣
2022-11-26
1