perasaan Devan

Khirnya, seblak buatanku dan juga Larissa jadi, aku pun mengambil satu porsi dan berniat aku makan dalam kamar seraya menonton film drakor kesukaanku.

“Larissa, ini kamu bagikan buat yang mau ya? aku mau ke kamar,” ujarku berpamitan.

“Biar saya bawakan Nona,” tawar Larissa, namun langsung ku tolak. Aku pun melangkah membawa seblak milikku beserta minuman dingin ke dalam kamar. Aku mencari posisi terbaik dengan lesehan di bawah, dan membuka laptop untuk mencari film yang tengah tranding saat ini. Menikmati makanan pedas seraya menonton film di kamar sendiri, memang rasanya seperti surga dunia bagiku, apalagi aku sangat yakin kalau tuan Devan tidak akan pulang, jadi aku bisa bebas untuk sejenak.

“Nampaknya kau sangat menikmati waktu kesendirian mu.” Aku tersentak kaget, melihat seseorang yang sudah berada di ambang pintu kamar, bahkan aku sampai tersedak kuah seblak sangkin terkejutnya.

“Uhuk … uhuk …” rasanya pedih sekali, dan beruntung tuan Devan membantuku mengambilkan air, aku pun langsung meminumnya hingga tandas. Iya Tuan Devan lah yang datang, aku bahkan sampai tidak menyangka tuan Devan bisa membuka pintu kamarku, karena yang aku tahu pintu kamar hanya bisa dibuka oleh pin yang hanya aku saja yang tahu, tapi ternyata Tuan Devan memegang card, dan itu bisa disebut sebagai kunci cadangan.

“Te-terimakasih Tuan,” ujar ku dengan tergagap, hidungku rasanya masih perih apalagi tenggorokanku, tapi saat ini aku lebih fokus pada tuan Devan, aku takut kalau dia akan marah.

“Kau makan apa?” Tuan Devan semakin mendekat kearah ku, dan melihat mangkuk milikku yang sudah tinggal separuh.

“Merah sekali, pasti pedas,” ujar Tuan Devan seraya bergidik.

“Tidak kok Tuan, mau?” tawar ku, namun Tuan Devan menggeleng, memang tidak heran sih lelaki jarang sekali suka seblak, dengan alasan mereka tidak suka dengan pedas.  Aku menjadi agak canggung dengan kehadiran Tuan Devan, apalagi saat ini dia tengah duduk di belakangku, tepatnya di soffa panjang, namun dia tengah menatap layar ponselnya, mungkin masalah pekerjaan.

Aku kembali fokus pada layar laptopku, apalagi film drakor yang ku tonton tengah seru-serunya, sesekali aku juga meniup seblak yang masih terasa panas, dalam keadaan seperti ini, aku sampai lupa kalau aku tidak sendiri di kamar.

**

Devan Pove

Sepanjang perjalanan pulang, aku merenungi perkataan Felix, tentang aku yang harus mulai membuka hati, apakah memang semudah itu? Karena aku merasa semua terasa sangat berat, aku tidak bisa begitu saja membuka hatiku dan percaya pada wanita. Sesampainya di rumah, aku melihat mobil miliki Anyelir yang sudah terperkir cantik di garasi, pertanda dia sudah sampai di rumha. Aku cukup kagum, dia bisa pulang tepat waktu tanpa harus mampir kemanapun dulu, tidak seperti Laura. Ah iya mengingat Laura, aku kembali menugaskan dia untuk menginap menamani Ibu.

“Selamat datang Tuan,” para pekerja menyambut dan menyapaku.

“Maaf Tuan, nona Anyelir …” Larissa mungkin hendak meminta maaf karena tidak adanya Anyelir yang ikut menyambutku, dan aku hanya mengangguk paham. Aku melangkah kaki, memasuki rumahku, ku edarkan pandangan ke seluruh penjuru, dan tidak menemukan keberadaan istri kedua ku.

“Di mana Anyelir?” tanya ku pada Larissa.

“Ada di kamar Tuan, apa perlu saya panggil nona, Tuan?”

“Tidak, biar aku yang menemuinya,” tolakku, aku melangkah menuju kamar Anyelir, kamar yang terletak di samping kamarku. Aku membuka pintu kamarnya, dan pemandangan yang aku lihat, Anyelir tengah duduk dengan tenang seraya menatap layar laptopnya, dia juga tengah memakan sesuatu, yang aku pikir itu sejenis mie instan. Cukup lama aku berdiri seraya memperhatikannya, namun dia sama sekali tidak menyadari keberadaanku, sampai akhirnya aku berdehem pelan.

“Nampaknya kau sangat menikmati waktu kesendirian mu.” Ujarku, dan tepat pada saat itu Anyelir menoleh kearahku, nampaknya dia sangat terkejut dengan kedatanganku, sampai-sampai dia tersedak karena makanannya. Melihat wajahnya yang sudah memerah, membuatku tak tega, aku langsung mengambilkan air minum dan menepuk bahunya pelan.

Dia mengucapkan terimakasih saat batuknya sudah mulai berkurang, aku bisa lihat kalau makanan yang tengah dia santap sangat merah, dan aku yakin itu pasti sangat pedas. Melihat warna merah cabai saja aku sudah tidak berselar, aku pun memutuskan untuk duduk di soffa panjang yang ada di kamar Anyelir, sesekali memeriksa email yang masuk seputar pekerjaan, sedangkan Anyelir kembali fokus pada layar laptopnya, yang aku lihat tengah menampilkan sebuah film, tapi nampaknya bukan dari artis local.

Sesekali aku mengintip pada layar laptop, karena Anyelir sama sekali tidak melepaskan pandangannya barang sekejap dari sana, dan pada saat itu aku melihat adegan di mana lelaki dan perempuan tengah berciuman, aku pun melihat reaksi Anyelir, rupanya dia masih menatap layar laptop dengan sangat serius, sampai-sampai dia menyentuh bibirnya sendiri. Melihat bibir merah Anyelir, entah kenapa ada rasa aneh dalam diriku. Aku melangkah mendekat kearah Anyelir, dan duduk disampingnya, membuat Anyelir menolah dan pada saat itu juga aku mengecup bi*ir, aku tahu Anyelir terkejut, tapi aku sendiri pun masih tidak menyangka, aku bisa melakukan ini pada Anyelir. Aku menahan tengkuk Anyelir, aku hanya mengecup bi*irnya, membiarkan pertemuan bi*ir kamu berlangsung dengan cukup lama, setelah itu aku melepaskannya, dan tatapan mata Anyelir masih membulat menatapku.

“Kenapa? kaget?” tanyaku dengan santai, entahlah setan mana yang merasuki ku, padahal sedari awal aku menikahinya, aku tidak berniat untuk menyentuh Anyelir.

“Fi-first kiss ku,” ujar Anyelir dengan terbata, membuat ku terkejut, benarkah Anyelir belum pernah melakukan hal ini sebelumnya?

“Kau, belum pernah?” tanya ku penasaran, dan Anyelir menggeleng dengan pelan, tapi aku tidak begitu mudah percaya, karena menurut informasi yang ku dapat, Anyelir pernah memiliki kekasih.

“Aku memang punya mantan pacar Tuan, tapi kamu tidak melakukan apapun,” jawab Anyelir, nampaknya dia masih syok dengan apa yang terjadi barusan, hal ini membuat aku yakin kalau Anyelir tidak berbohong.

‘Baru first kiss yang ku ambil, bagaimana kalau keperawanan?’ batin ku heran.

“Ya sudah, toh aku suami kamu, jadi aku berhak tentang kamu, bahkan semua yang ada pada kamu. mungkin hari ini ciuman pertama, lain kali malam pertama,” ujarku menggoda, dan tatapan mata Anyelir semakin ketakutan, melihat dia yang semakin ketakutan malah membuat ku tersenyum dan semakin ingin menggodanya. Aku tidak tahan dengan ekspresi wajahnya saat ini, aku pun memutuskan untuk pergi dari kamar Anyelir, seraya menahan tawaku.

‘Aku tidak menyangka, kalau aku menikahi gadis sepolos itu,’ batinku, rasanya sangat lucu ketika mengingat bagaimana raut wajah terkejut Anyelir, dia benar-benar wanita yang langka. Saat aku tengah mengingat kejadian tadi, tiba-tiba saja ponselku bergetar, dan tertera nama Laura, sebenarnya aku sangat malas untuk menerima panggilan telepon darinya, tapi aku juga takut kalau terjadi sesuatu dengan Ibu.

[“Ada apa?”] tanyaku to the point, rasanya malas berbasa-basi dengannya.

[“Aku mau pulang,”] rengek Laura.

[“Sudah aku tegaskan, rawat ibuku, kau harus bertanggung jawab. Kalau kau menolak, maka aku akan mengirimmu ke tempat yang terpencil,”] ancamku kepada Laura, ya seperti biasa Laura akan menurut. Setelah itu, aku langsung mengakhiri panggilan telepon ku dengannya. Mungkin aku salah karena sudah bersikap kasar, bahkan aku tidak pernah bersikap lembut pada Laura, namun semua itu ada alasannya, Laura sudah menorehkan luka yang teramat dalam pada ku, dan itu semua akan sulit untuk dimaafkan.

Terpopuler

Comments

Fitri Nur'aini

Fitri Nur'aini

Si Devan pria misterius

2022-10-21

0

Louisa Janis

Louisa Janis

boleh kepo masalahnya Devan

2022-09-01

1

lihat semua
Episodes
1 Terlilit hutang?
2 Tidak adil
3 Makan malam
4 Membalas tipis-tipis
5 Perjanjiann
6 Terus membela
7 Kabar mengejutkan
8 Pilihan sulit
9 Menjadi kedua
10 Awal mula kemewahan yang didapatkan
11 Fitnah Gita
12 Hukuman
13 Kemarahan Devan
14 Bukan wanita lemah
15 Mengurus suami
16 Perjanjian dengan Ayah
17 Rumah sakit
18 Makan siang panas
19 Memasak
20 perasaan Devan
21 Masa lalu kelam
22 Peringatan Devan
23 Bekerja dengan suami
24 Mengunjungi Ibu
25 Tidak lagi serumah
26 Berkunjung
27 Godaan istri pertama
28 Mungkinkah jatuh cinta?
29 Perasaan
30 Nama panggilan baru
31 Berhati-hatilah
32 Bahagianya Devan
33 Rencana yang gagal
34 Perhatian Devan
35 Kebohongan Devan
36 Undangan makan malam
37 Terboongkar
38 Keputusan
39 Mencari gaun
40 Dimana Ibu?
41 Akhirnya tahu
42 Kehidupan setelah menikah
43 Kejujuran Devan
44 Masih berhubungan baik
45 Membagi waktu
46 Cemburu
47 Sifat kekanakkan
48 Dihubungi Ibu mertua
49 Alasan
50 pengumuman group chat
51 Makan malam menyakitkan
52 Menahan sakit hati
53 Kerinduan Ayah
54 Datang tak terduga
55 Berbicara dengan Ayah mertua
56 pembelaan dari suami
57 Gengsi atau uang
58 Hanya sandiwara
59 Berani
60 Tragedi makan siang
61 Pembalasan
62 Pengakuan
63 Talak
64 Permintaan maaf
65 Restu
66 Menjenguk Ibu
67 Kabar bahagia
68 Rencana makan malam
69 Makan malam
70 Kabar baik
71 Parsel Buah
72 Parsel buah
73 Bukan parsel berbahaya
74 Bukan parsel berbahaya
75 Menjalankan misi bersama
76 Menjalankan misi bersama
77 Menjalankan misi bersama
78 Permintaan maaf yang gagal
79 Permintaan maaf yang gagal
80 Permintaan maaf yang gagal
81 Akhirnya, mengakui
82 Akhirnya, mengakui
83 Akhirnya, mengakui
84 Akhirnya, mengakui
85 Akhirnya, mengakui
86 Undangan makan malam 2
87 Kejujuran
88 Kejujuran
89 Cerita masa lalu
90 Cerita masa lalu
91 Permintaan istri muda
92 Permintaan istri muda
93 Tidak tahu diri!
94 Melahirkan
95 Melahirkan
96 Kabar bahagia
97 Kabar duka
98 Keras kepala
99 Keras kepala
100 Perasaan Rose
101 Perasaan Rose
102 Tertekan
103 Bercengkrama dengan Ibu
104 Bercengkrama dengan Ibu
105 Hampir saja
106 Hampir saja
107 Hampir saja
108 Akhirnya tahu
109 Menceritakan
110 Gertakan jadi kenyataan
111 Memulangkan
112 Meminta maaf
113 Membela
114 Hal tidak biasa
115 Ketusnya mertua
116 Ketusnya mertua
117 Pembalasan dari Gita
118 Hampir saja
119 Memutar balikkan fakta
120 Meminta penjelasan
121 Meminta bersabar
122 Membujuk
123 Amarah Desi
124 Nasihat ibu mertua
125 Nasihat dari Ibu mertua
126 Hubungan membaik
127 Tidak akan meninggalkan
128 Berkunjung
129 Surat dan rahasia
130 Memperkenalkan
131 Ajakan makan siang
132 Rencana keluarga Herlambang
133 Tragedi
134 Musuh?
135 Sadap suara?
136 Bantuan Devan
137 Musuh?
138 Siuman
139 Menemui
140 Tidak mau menjawab
141 Kabur
142 Gagal
143 Gagal
144 Ketahuan?
145 Ketahuan
146 Nonton Drakor?
147 Siapa dia?
148 Siapa dia?
149 Penjelasan
150 Penawaran
151 Penawaran
152 Penawaran
153 Berdebat
154 Berdebat
155 Pindah?
156 pindah?
157 Pindah?
158 Memberitahukan
159 Desi mulai was-was
160 Desi mulai was-was
161 Makan malam
162 Tamu lain
163 Tamu lain
164 Tamu lain
165 Tamu lain
166 Pengakuan
167 Pengakuan
168 Pengakuan
169 Berpisah menjadi hukuman
170 Berpisah menjadi hukuman
171 Berpisah menjadi hukuman
172 Berpisah menjadi hukuman
173 Hancur
174 Hancur
175 Hancur
176 Hancur
177 Hancur
178 Kuat demi suami
179 Kuat demi suami
180 kuat demi suami
181 Kuat demi suami
182 Syarat?
183 Syarat?
184 Syarat?
185 Syarat?
186 Syarat?
187 syarat?
188 Syarat?
189 Syarat?
190 Syarat?
191 Syarat?
192 Syarat?
193 Syarat?
194 Syarat?
195 Syarat?
196 Syarat?
197 Syarat?
198 Percaya
199 Melahirkan?
Episodes

Updated 199 Episodes

1
Terlilit hutang?
2
Tidak adil
3
Makan malam
4
Membalas tipis-tipis
5
Perjanjiann
6
Terus membela
7
Kabar mengejutkan
8
Pilihan sulit
9
Menjadi kedua
10
Awal mula kemewahan yang didapatkan
11
Fitnah Gita
12
Hukuman
13
Kemarahan Devan
14
Bukan wanita lemah
15
Mengurus suami
16
Perjanjian dengan Ayah
17
Rumah sakit
18
Makan siang panas
19
Memasak
20
perasaan Devan
21
Masa lalu kelam
22
Peringatan Devan
23
Bekerja dengan suami
24
Mengunjungi Ibu
25
Tidak lagi serumah
26
Berkunjung
27
Godaan istri pertama
28
Mungkinkah jatuh cinta?
29
Perasaan
30
Nama panggilan baru
31
Berhati-hatilah
32
Bahagianya Devan
33
Rencana yang gagal
34
Perhatian Devan
35
Kebohongan Devan
36
Undangan makan malam
37
Terboongkar
38
Keputusan
39
Mencari gaun
40
Dimana Ibu?
41
Akhirnya tahu
42
Kehidupan setelah menikah
43
Kejujuran Devan
44
Masih berhubungan baik
45
Membagi waktu
46
Cemburu
47
Sifat kekanakkan
48
Dihubungi Ibu mertua
49
Alasan
50
pengumuman group chat
51
Makan malam menyakitkan
52
Menahan sakit hati
53
Kerinduan Ayah
54
Datang tak terduga
55
Berbicara dengan Ayah mertua
56
pembelaan dari suami
57
Gengsi atau uang
58
Hanya sandiwara
59
Berani
60
Tragedi makan siang
61
Pembalasan
62
Pengakuan
63
Talak
64
Permintaan maaf
65
Restu
66
Menjenguk Ibu
67
Kabar bahagia
68
Rencana makan malam
69
Makan malam
70
Kabar baik
71
Parsel Buah
72
Parsel buah
73
Bukan parsel berbahaya
74
Bukan parsel berbahaya
75
Menjalankan misi bersama
76
Menjalankan misi bersama
77
Menjalankan misi bersama
78
Permintaan maaf yang gagal
79
Permintaan maaf yang gagal
80
Permintaan maaf yang gagal
81
Akhirnya, mengakui
82
Akhirnya, mengakui
83
Akhirnya, mengakui
84
Akhirnya, mengakui
85
Akhirnya, mengakui
86
Undangan makan malam 2
87
Kejujuran
88
Kejujuran
89
Cerita masa lalu
90
Cerita masa lalu
91
Permintaan istri muda
92
Permintaan istri muda
93
Tidak tahu diri!
94
Melahirkan
95
Melahirkan
96
Kabar bahagia
97
Kabar duka
98
Keras kepala
99
Keras kepala
100
Perasaan Rose
101
Perasaan Rose
102
Tertekan
103
Bercengkrama dengan Ibu
104
Bercengkrama dengan Ibu
105
Hampir saja
106
Hampir saja
107
Hampir saja
108
Akhirnya tahu
109
Menceritakan
110
Gertakan jadi kenyataan
111
Memulangkan
112
Meminta maaf
113
Membela
114
Hal tidak biasa
115
Ketusnya mertua
116
Ketusnya mertua
117
Pembalasan dari Gita
118
Hampir saja
119
Memutar balikkan fakta
120
Meminta penjelasan
121
Meminta bersabar
122
Membujuk
123
Amarah Desi
124
Nasihat ibu mertua
125
Nasihat dari Ibu mertua
126
Hubungan membaik
127
Tidak akan meninggalkan
128
Berkunjung
129
Surat dan rahasia
130
Memperkenalkan
131
Ajakan makan siang
132
Rencana keluarga Herlambang
133
Tragedi
134
Musuh?
135
Sadap suara?
136
Bantuan Devan
137
Musuh?
138
Siuman
139
Menemui
140
Tidak mau menjawab
141
Kabur
142
Gagal
143
Gagal
144
Ketahuan?
145
Ketahuan
146
Nonton Drakor?
147
Siapa dia?
148
Siapa dia?
149
Penjelasan
150
Penawaran
151
Penawaran
152
Penawaran
153
Berdebat
154
Berdebat
155
Pindah?
156
pindah?
157
Pindah?
158
Memberitahukan
159
Desi mulai was-was
160
Desi mulai was-was
161
Makan malam
162
Tamu lain
163
Tamu lain
164
Tamu lain
165
Tamu lain
166
Pengakuan
167
Pengakuan
168
Pengakuan
169
Berpisah menjadi hukuman
170
Berpisah menjadi hukuman
171
Berpisah menjadi hukuman
172
Berpisah menjadi hukuman
173
Hancur
174
Hancur
175
Hancur
176
Hancur
177
Hancur
178
Kuat demi suami
179
Kuat demi suami
180
kuat demi suami
181
Kuat demi suami
182
Syarat?
183
Syarat?
184
Syarat?
185
Syarat?
186
Syarat?
187
syarat?
188
Syarat?
189
Syarat?
190
Syarat?
191
Syarat?
192
Syarat?
193
Syarat?
194
Syarat?
195
Syarat?
196
Syarat?
197
Syarat?
198
Percaya
199
Melahirkan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!