Kemarahan Devan

Suara ketukan pintu yang berasal dari kamar Anyelir, membuat dia membuka mata. Saat melihat jam yang berada di atas nakas, masih jam 01.00 dinihari, Anyelir mengernyitkan alisnya, siapa yang membangunkannya sepagi buta ini? Anyelir melihat lewat lubang yang ada di pintu kamar, dan itu ternyata Larissa.

“Ada apa Larissa?” tanya Anyelir masih mengucek matanya.

“Nona, tuan Devan sudah menunggu anda di ruang kerjanya,” dengan tergesa Larissa berkata, daia meminta Anyelir segera menemui Devan.

“Tuan Devan? Jam segini? Untuk apa?” Anyelir nampak bingung, kenapa Devan meminta Anyelir menemuinya.

“Saya tidak tahu Nona, ayo Nona cepat.” Larissa segera membawa Anyelir ke ruang kerja milik Devan, sebelum mengetuk pintu Larissa mencoba menenangkan Anyelir, dan memberikan saran agar jangan membantah setiap perkataan Devan. Anyelir hanya mengangguk menuruti setiap perkataan Larissa, kemudian Larissa mengetuk pintu, dan keluarlah asisten Felix.

“Masuklah Nona, tuan Devan sudah menunggu anda,” ujar Felix, Anyelir tidak menyangka di jam-jam seperti ini masih ada Felix? Dia sempat bertanya dalam hati, sebenarnya berapa jam kerja Felix perhari?

“Tinggalkan kami,” titah Devan, yang masih duduk membelakangi Anyelir, ingin sekali Anyelir meminta Larissa agar tetap tinggal, tapi dia tidak cukup berani untuk itu. Entah kenapa, udara di dalam ruangan Devan terasa lebih dingin di banding di kamar milik Anyelir, udara itu membuat bulu kuduk Anyelir berdiri.

Sudah 15 menit lamanya Anyelir berdiri, dan Devan masih saja diam membelakangi Anyelir, kaki Anyelir sudah terasa pegal, dan ditambah dengan rasa kantuk yang mulai menyerang.

‘Dia tuh maunya apa sih? Gak jelas banget, bangunin orang jam 1 pagi, sekarang malah nggak ngomong apa-apa,’ batin Anyelir kesal. Tiba-tiba saja Devan memutar kursinya, dan membuat Anyelir langsung berdiri tegak kembali.

“Kau tahu kenapa aku memanggilmu?” tanya Devan dengan suara yang terkesan dingin, apalagi tatapan matanya.

“Ti-tidak tahu tuan,” jawab Anyelir seraya menunduk.

“Kalau aku bicara, tatap aku!!” Devan membanting gelas yang ada di sampingnya kearah samping Anyelir, hal itu membuat Anyelir terperanjat, ingin sekali dia menangis tapi sebisa mungkin dia menahannya.

“Ma-maaf tuan,” lirih Anyelir, dia terbata karena sangkin gemetarnya. Dia begitu takut dengan tatapan Devan yang mematikan.

“Aku paling tidak suka kalau kau banyak ingin tahu tentang ku, sampai detik ini aku masih membiarkan kamu melakukan semaumu di rumah ini, tapi kau juga harus mengingat posisimu! Kau hanyalah penebus hutang!” seru Devan dia mengingatkan kembali pada Anyelir tentang siapa dia? Dan kenapa dia bisa menikah dengan Devan. Mengingat bahwa dirinya hanyalah penebus hutang, membuat Anyelir tersadar, bahwa semua yang dia nikmati selama ini hanyalah fana belaka, semuanya tidak akan dia miliki seutuhnya, termasuk pernikahan ini.

“Maaf tuan, saya janji tidak akan lagi mencari tahu tentang anda, dan saya akan ingat pesan anda, terimakasih atas kebaikan tuan selama ini,” ucap Anyelir, dia membungkukkan seidikit kepalanya, dan disaat itu air matanya jatuh ke lantai.

“Ku pegang perkataan mu, sekarang pergilah,” Devan mengusir Anyelir, kali ini suaranya terdengar normal, sebelum pergi Anyelir mengangguk dan melangkah meninggalkan ruang kerja Devan.

Sesampainya di depan pintu Devan, dia menutup pintu itu dengan pelan, tubuhnya langsung ,merosot ke bawah, dia merasa lunglai tak bertenaga. Ditelungkupkannya wajah Anyelir pada kedua kaki yang ditekuk, Anyelir terisak pelan, dia menahan tangisnya agar tidak pecah, karena takut akan didengar oleh Devan dan menganggu Devan. Larissa yang ternyata menunggu bersama Felix di anak tangga, melihat bagaimana Anyelir menangis tersedu-sedu sendirian, sebagai seorang wanita dia juga tidak tega melihat Anyelir.

Larissa menatap Felix dengan sopan, tapi dari tatapan Larissa, Felix sudah tahu apa maksudnya, dia pun mengangguk dan memerintahkan Larissa membawa Anyelir kembali ke kamarnya, karena besok Anyelir harus pergi ke kampusnya, dan sekarang masih jam 2 dinihari, berarti masih ada waktu untuk Anyelir kembali beristirahat.

“Kalau begitu saya permisi tuan,” Larissa menganggukan kepalanya sopan, dia pun melangkah mendekat kearah Anyelir.

“Nona, mari kita ke kamar.” Ajak Larissa dengan lembut, Anyelir pun mengangguk, lalu dibawalah Anyelir ke kamarnya untuk beristirahat. Sesampainya di kamar, Larissa membawa Anyelir sampai masuk ke dalam, karena dia ingin mengecek keadaan Anyelir, bahwa nona muda yang menjadi tanggung jawabnya, baik-baik saja.

“Anda baik-baik saja Nona?” Larissa bertanya dengan nada khawatir, dan hanya dijawab dengan anggukan Anyelir.

“Nona, saya katakan sesuatu,” Larissa nampak sangat khawatir, sampai-sampai dia tidak sadar sudah memegang tangan Anyelir. Anyelir menatap tangan Larissa yang nampak terdapat luka.

“Kamu kenapa?” bukannya menjawab pertanyaan Larissa, Anyelir malah fokus pada luka Larissa yang memanjang.

“Sa-saya tidak apa-apa Nona,” Larissa mencoba menyembunyikan tangannya yang terdapat luka, tapi terlambat karena Anyelir sudah melihatnya dengan sangat jelas. Anyelir sendiri mencoba mengingat, ketika Larissa menyiapkan makan malam untuknya, luka itu belum ada, dan itu berarti luka itu adalah luka yang masih baru.  Tapi yang menjadi pertanyaan Anyelir adalah, kenapa Larissa bisa memiliki luka itu, luka itu jelas bukan luka buatan Larissa, tapi karena dilukai oleh orang lain, karena luka itu seperti luka sabetan benda keras.

“Siapa yang melakukannya?” tanya Anyelir dengan was-was.

“Bu-bukan siapa-siapa Nona, ini karena kecerobohan saya sendiri,” Larissa nampak tengah menyembunyikan sesuatu, dan itu bisa diketahui oleh Anyelir.

“Apa ini ada kaitannya karena perkataan ku?” Anyelir akhirnya paham, Devan saja bisa sebegitu marahnya kepada Anyelir yang mencoba mencari tahu tentang seluk beluk Devan, dan Anyelir berpikir bisa saja luka di tangan Larissa juga ada kaitannya. Dan apa yang Anyelir pikirkan memang benar, Larissa menganggukan kepalanya dengan perlahan.

“Aku minta maaf,” Anyelir benar-benar merasa bersalah, kalau saja dia tahu semua akan menjadi begini, dia tidak akan bertanya macam-macam.

“Tidak apa-apa Nona, ini bukan salah anda, jangan merasa bersalah begini,” ucap Larissa, dia menunjukkan senyumnya agar Anyelir tidak merasa khawatir.

“Aku janji, tidak akan bertanya macam-macam lagi,” ujar Anyelir dengan sungguh-sungguh,

“Terimakasih Nona, sudah mau memahami kami para pelayan,” Larissa merasa beruntung, karena Anyelir tipikal orang yang sang at peka dan memahami para pelayan di rumah itu, sifat Anyelir memang sangat berbeda dengan Laura. Anyelir membantu mengobati luka Larissa menggunakan p3k yang ada di kamarnya, Anyelir mengobati dengan sangat perlahan, karena dia tahu pasti rasanya sangat perih, sesekali Anyelir juga meniup luka tersebut agar tidak perlalu pedih dan bisa sedikit sejuk.

“Pasti tangan kamu akan sangat pedih kalau terkena air,” melihat keadaan Larissa, membuat Anyelir merasa iba, tapi Larissa terus menunjukkan bahwa itu tidak masalah sama sekali.

“Kenapa kamu tidak mencari pekerjaan lain?” bukan masalah menjadi pelayan, tapi maksud Anyelir, mencari pekerjaan yang sekiranya lebih manusiawi.

‘Tidak Nona, di sini kami sudah lebih dari cukup, di sini tenaga kami sangat dihargai, keluarga kami di kampung juga hidup terjamin, dan mungkin bagi Nona, tuan Devan sangat kejam. Tapi, kalau Nona sudah mengenal tuan, maka pikiran itu tidak akan terlintas,” jawab Larissa yang malah membuat Anyelir bingung. Dia tidak tahu betul bagaimana sikap Devan, tapi beberapa hari menjadi istri Devan, Anyelir sudah cukup tahu kalau Devan tipikal lelaki yang dingin dan, Devan juga nampaknya sangat menjaga kerahasiaan privasinya.

Terpopuler

Comments

Louisa Janis

Louisa Janis

hidup Devan penuh rahasia

2022-09-01

1

lihat semua
Episodes
1 Terlilit hutang?
2 Tidak adil
3 Makan malam
4 Membalas tipis-tipis
5 Perjanjiann
6 Terus membela
7 Kabar mengejutkan
8 Pilihan sulit
9 Menjadi kedua
10 Awal mula kemewahan yang didapatkan
11 Fitnah Gita
12 Hukuman
13 Kemarahan Devan
14 Bukan wanita lemah
15 Mengurus suami
16 Perjanjian dengan Ayah
17 Rumah sakit
18 Makan siang panas
19 Memasak
20 perasaan Devan
21 Masa lalu kelam
22 Peringatan Devan
23 Bekerja dengan suami
24 Mengunjungi Ibu
25 Tidak lagi serumah
26 Berkunjung
27 Godaan istri pertama
28 Mungkinkah jatuh cinta?
29 Perasaan
30 Nama panggilan baru
31 Berhati-hatilah
32 Bahagianya Devan
33 Rencana yang gagal
34 Perhatian Devan
35 Kebohongan Devan
36 Undangan makan malam
37 Terboongkar
38 Keputusan
39 Mencari gaun
40 Dimana Ibu?
41 Akhirnya tahu
42 Kehidupan setelah menikah
43 Kejujuran Devan
44 Masih berhubungan baik
45 Membagi waktu
46 Cemburu
47 Sifat kekanakkan
48 Dihubungi Ibu mertua
49 Alasan
50 pengumuman group chat
51 Makan malam menyakitkan
52 Menahan sakit hati
53 Kerinduan Ayah
54 Datang tak terduga
55 Berbicara dengan Ayah mertua
56 pembelaan dari suami
57 Gengsi atau uang
58 Hanya sandiwara
59 Berani
60 Tragedi makan siang
61 Pembalasan
62 Pengakuan
63 Talak
64 Permintaan maaf
65 Restu
66 Menjenguk Ibu
67 Kabar bahagia
68 Rencana makan malam
69 Makan malam
70 Kabar baik
71 Parsel Buah
72 Parsel buah
73 Bukan parsel berbahaya
74 Bukan parsel berbahaya
75 Menjalankan misi bersama
76 Menjalankan misi bersama
77 Menjalankan misi bersama
78 Permintaan maaf yang gagal
79 Permintaan maaf yang gagal
80 Permintaan maaf yang gagal
81 Akhirnya, mengakui
82 Akhirnya, mengakui
83 Akhirnya, mengakui
84 Akhirnya, mengakui
85 Akhirnya, mengakui
86 Undangan makan malam 2
87 Kejujuran
88 Kejujuran
89 Cerita masa lalu
90 Cerita masa lalu
91 Permintaan istri muda
92 Permintaan istri muda
93 Tidak tahu diri!
94 Melahirkan
95 Melahirkan
96 Kabar bahagia
97 Kabar duka
98 Keras kepala
99 Keras kepala
100 Perasaan Rose
101 Perasaan Rose
102 Tertekan
103 Bercengkrama dengan Ibu
104 Bercengkrama dengan Ibu
105 Hampir saja
106 Hampir saja
107 Hampir saja
108 Akhirnya tahu
109 Menceritakan
110 Gertakan jadi kenyataan
111 Memulangkan
112 Meminta maaf
113 Membela
114 Hal tidak biasa
115 Ketusnya mertua
116 Ketusnya mertua
117 Pembalasan dari Gita
118 Hampir saja
119 Memutar balikkan fakta
120 Meminta penjelasan
121 Meminta bersabar
122 Membujuk
123 Amarah Desi
124 Nasihat ibu mertua
125 Nasihat dari Ibu mertua
126 Hubungan membaik
127 Tidak akan meninggalkan
128 Berkunjung
129 Surat dan rahasia
130 Memperkenalkan
131 Ajakan makan siang
132 Rencana keluarga Herlambang
133 Tragedi
134 Musuh?
135 Sadap suara?
136 Bantuan Devan
137 Musuh?
138 Siuman
139 Menemui
140 Tidak mau menjawab
141 Kabur
142 Gagal
143 Gagal
144 Ketahuan?
145 Ketahuan
146 Nonton Drakor?
147 Siapa dia?
148 Siapa dia?
149 Penjelasan
150 Penawaran
151 Penawaran
152 Penawaran
153 Berdebat
154 Berdebat
155 Pindah?
156 pindah?
157 Pindah?
158 Memberitahukan
159 Desi mulai was-was
160 Desi mulai was-was
161 Makan malam
162 Tamu lain
163 Tamu lain
164 Tamu lain
165 Tamu lain
166 Pengakuan
167 Pengakuan
168 Pengakuan
169 Berpisah menjadi hukuman
170 Berpisah menjadi hukuman
171 Berpisah menjadi hukuman
172 Berpisah menjadi hukuman
173 Hancur
174 Hancur
175 Hancur
176 Hancur
177 Hancur
178 Kuat demi suami
179 Kuat demi suami
180 kuat demi suami
181 Kuat demi suami
182 Syarat?
183 Syarat?
184 Syarat?
185 Syarat?
186 Syarat?
187 syarat?
188 Syarat?
189 Syarat?
190 Syarat?
191 Syarat?
192 Syarat?
193 Syarat?
194 Syarat?
195 Syarat?
196 Syarat?
197 Syarat?
198 Percaya
199 Melahirkan?
Episodes

Updated 199 Episodes

1
Terlilit hutang?
2
Tidak adil
3
Makan malam
4
Membalas tipis-tipis
5
Perjanjiann
6
Terus membela
7
Kabar mengejutkan
8
Pilihan sulit
9
Menjadi kedua
10
Awal mula kemewahan yang didapatkan
11
Fitnah Gita
12
Hukuman
13
Kemarahan Devan
14
Bukan wanita lemah
15
Mengurus suami
16
Perjanjian dengan Ayah
17
Rumah sakit
18
Makan siang panas
19
Memasak
20
perasaan Devan
21
Masa lalu kelam
22
Peringatan Devan
23
Bekerja dengan suami
24
Mengunjungi Ibu
25
Tidak lagi serumah
26
Berkunjung
27
Godaan istri pertama
28
Mungkinkah jatuh cinta?
29
Perasaan
30
Nama panggilan baru
31
Berhati-hatilah
32
Bahagianya Devan
33
Rencana yang gagal
34
Perhatian Devan
35
Kebohongan Devan
36
Undangan makan malam
37
Terboongkar
38
Keputusan
39
Mencari gaun
40
Dimana Ibu?
41
Akhirnya tahu
42
Kehidupan setelah menikah
43
Kejujuran Devan
44
Masih berhubungan baik
45
Membagi waktu
46
Cemburu
47
Sifat kekanakkan
48
Dihubungi Ibu mertua
49
Alasan
50
pengumuman group chat
51
Makan malam menyakitkan
52
Menahan sakit hati
53
Kerinduan Ayah
54
Datang tak terduga
55
Berbicara dengan Ayah mertua
56
pembelaan dari suami
57
Gengsi atau uang
58
Hanya sandiwara
59
Berani
60
Tragedi makan siang
61
Pembalasan
62
Pengakuan
63
Talak
64
Permintaan maaf
65
Restu
66
Menjenguk Ibu
67
Kabar bahagia
68
Rencana makan malam
69
Makan malam
70
Kabar baik
71
Parsel Buah
72
Parsel buah
73
Bukan parsel berbahaya
74
Bukan parsel berbahaya
75
Menjalankan misi bersama
76
Menjalankan misi bersama
77
Menjalankan misi bersama
78
Permintaan maaf yang gagal
79
Permintaan maaf yang gagal
80
Permintaan maaf yang gagal
81
Akhirnya, mengakui
82
Akhirnya, mengakui
83
Akhirnya, mengakui
84
Akhirnya, mengakui
85
Akhirnya, mengakui
86
Undangan makan malam 2
87
Kejujuran
88
Kejujuran
89
Cerita masa lalu
90
Cerita masa lalu
91
Permintaan istri muda
92
Permintaan istri muda
93
Tidak tahu diri!
94
Melahirkan
95
Melahirkan
96
Kabar bahagia
97
Kabar duka
98
Keras kepala
99
Keras kepala
100
Perasaan Rose
101
Perasaan Rose
102
Tertekan
103
Bercengkrama dengan Ibu
104
Bercengkrama dengan Ibu
105
Hampir saja
106
Hampir saja
107
Hampir saja
108
Akhirnya tahu
109
Menceritakan
110
Gertakan jadi kenyataan
111
Memulangkan
112
Meminta maaf
113
Membela
114
Hal tidak biasa
115
Ketusnya mertua
116
Ketusnya mertua
117
Pembalasan dari Gita
118
Hampir saja
119
Memutar balikkan fakta
120
Meminta penjelasan
121
Meminta bersabar
122
Membujuk
123
Amarah Desi
124
Nasihat ibu mertua
125
Nasihat dari Ibu mertua
126
Hubungan membaik
127
Tidak akan meninggalkan
128
Berkunjung
129
Surat dan rahasia
130
Memperkenalkan
131
Ajakan makan siang
132
Rencana keluarga Herlambang
133
Tragedi
134
Musuh?
135
Sadap suara?
136
Bantuan Devan
137
Musuh?
138
Siuman
139
Menemui
140
Tidak mau menjawab
141
Kabur
142
Gagal
143
Gagal
144
Ketahuan?
145
Ketahuan
146
Nonton Drakor?
147
Siapa dia?
148
Siapa dia?
149
Penjelasan
150
Penawaran
151
Penawaran
152
Penawaran
153
Berdebat
154
Berdebat
155
Pindah?
156
pindah?
157
Pindah?
158
Memberitahukan
159
Desi mulai was-was
160
Desi mulai was-was
161
Makan malam
162
Tamu lain
163
Tamu lain
164
Tamu lain
165
Tamu lain
166
Pengakuan
167
Pengakuan
168
Pengakuan
169
Berpisah menjadi hukuman
170
Berpisah menjadi hukuman
171
Berpisah menjadi hukuman
172
Berpisah menjadi hukuman
173
Hancur
174
Hancur
175
Hancur
176
Hancur
177
Hancur
178
Kuat demi suami
179
Kuat demi suami
180
kuat demi suami
181
Kuat demi suami
182
Syarat?
183
Syarat?
184
Syarat?
185
Syarat?
186
Syarat?
187
syarat?
188
Syarat?
189
Syarat?
190
Syarat?
191
Syarat?
192
Syarat?
193
Syarat?
194
Syarat?
195
Syarat?
196
Syarat?
197
Syarat?
198
Percaya
199
Melahirkan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!