Kini Devan dan Laura sudah berada disalah satu rumah sakit elit, ruang VIP. Jika kalian bertanya bagaimana Laura bisa cepat sampai, itu karena dia menggunakan jet pribadi miliki Devan, jadi tidak perlu waktu lama bagi Laura untuk sampai di Jakarta dan memang jarak yang tidak terlalu jauh. Devan dan Laura saat ini masih menunggu Dokter menanangani pasien.
“Devan, apa ibu akan baik-baik saja?” iya Ibu, orang yang tengah dalam ruang perawatan adalah ibu kandung Devan.
“Jangan berpura-pura perduli, kalau kamu tidak melakukan hal itu, mungkin ibuku tidak berada di sini sekarang,” lirih Dvan namun penuh dengan penakanan, dan Laura tahu Devan tengah menahan amarahnya, Laura hanya bisa diam, dia tidak mau membangunkan singa yang tengah tertidur.
“Bagaimana Dok?” Devan langsung bangkit setelah melihat Dokter keluar dari ruang rawat ibunya, raut wajah khawatir sangat kentara dari Devan.
“Kondisi pasien sudah lebih baik, tadi memang sempat kejang karena kondisi yang terus menurun, beliau menanyakan soal Ibu Laura,” jelas Dokter.
“Apa kamu tidak menemui Ibu?” tanya Devan, biasanya Devan akan meminta Laura datang barang satu minggu sekali untuk menjenguk ibunya.
“A-aku kan sibuk,” kilah Laura.
“Apa ada hal yang mengkhawatirkan Dok?” tanya Devan lagi, dia memang selalu detail dalam mencari tahu soal ibunya.
“Tidak perlu Tuan Devan, saya rasa Ibu Mayang akan kembali sehat setelah melihat anak dan juga menantunya,” jawab Dokter tenang.
“Baiklah Dokter, terimakasih.” Devan pun masuk ke ruang rawat ibunya, dia menatap dengan sendu kondisi wanita yang sudah melahirkannya, tubuh Mayang benar-benar kurus.
“Bu … ini Devan,” bisik Devan lirih. Tidak lama Mayang nampak membuka matanya perlahan.
“Devan, Laura ..” Mayang langsung menyambut kedatangan anak dan menantunya dengan senyum yang terukir, dia nampak sangat bahagia dengan kedatangan mereka berdua. Laura sendiri langsung menunjukkan sikap perdulinya dan perhatiannya dihadadapan Devan.
“Ibu kenapa? Ibu baik-baik aja kan?” tanya Laura dengan raut wajah sendu.
“Ibu baik Nak, kamu jangan khawatir dengan Ibu …” jawab Mayang dengan semburat senyum teduhnya.
“Devan, Ibu ingin pulang,” rengek Mayang kepada putranya, dia sangat ingin pulang.
“Sabar ya Bu, nanti aku akan bawa Ibu pulang, asalkan kondisi Ibu memungkinkan,” jawab Devan mencoba memberi pengertian kepada Ibunya.
“Makanya, Ibu harus semangat untuk sembuh, jadi Ibu bisa pulang dan tinggal sama aku dan mas Devan,” timpal Laura. Mayang tersenyum dan mengangguki perkataan Laura, inilah salah satu alasan kenapa Devan masih mempertahankan Laura, karena Mayang sangat menurut dengan Laura. Lantas, apa penyebabnya sampai Mayang berada di rumah sakit?
Malam ini Devan memutuskan tidak pulang, dia ingin menemani ibunya barang semalam, namun barang-barang pribadi milik Laura sudah tiba di rumahnya, karena Laura sudah diperbolehkan untuk pulang oleh Devan.
**
Disisi lain, Anyelir juga tengah heran dengan ketidak hadiran Devan di rumah, namun dia melihat beberapa koper milik Laura da berpikir Laura sudah pulang. Tapi, sebelum Anyelir memasuki rumah dia sempat mendengar kalau Laura dan Devan tidak akan pulang ke rumah, dengan begitu Anyelir berpikir berarti Devan tengah bersama Laura menghabiskan waktu mereka, namun Anyelir bingung kenapa tidak di rumah? Apa dirinya sebegitu mengganggunya?
‘Tadi pagi bilang aku harus bersiap untuk malam pertama, tapi ternyata sama kak Laura,’ batin Anyelir, tapi dia langsung tersadar dengan lamunannya, “harus nya gue bersyukur, dengan begitu malam pertama kan gagal itu berarti gue selamat dong,’ batin Anyelir lagi.
Malam ini dia merasa akan tidur dengan nyenyak karena tidak perlu memikirkan persoalan malam pertama dengan Devan, namun lagi dan lagi Anyelir kembali bertanya-tanya ke mana Devan dan Laura berada? Dan sedag apa mereka? Baru tadi pagi Anyelir mendnegar perdebatan antara mereka, namun malam ini hal berbeda sudah terjadi. Anyelir pun berpikir kalau Devan bisa mudah berubah dalam perasaan, dia menjadi ragu apakah Devan akan selamanya menjadikan Anyelir istri? Ataukah hanya dijadikan sebagai nafsu birahi? Anyelir tahu, dia sudah menukarkan dirinya dan juga masa depannya untuk menyelamatkan perusahaan Agam, tapi jauh dalam lubuk hati Anyelir, dia juga menginginkan masa depan yang cerah, masa depan yang sudah dia ranjang.
“Udahlah nggak usah mikirin itu dulu, yang penting mala mini gue harus tidur nyenyak, karena besok udah mulai berangkat magang,” iya Anyelir akan melaksanakan kegiatana magang mulai besok, dia dan Nabila akan magang di perusahaan yang sama.
***
Anyelir dan Nabila sudah berada disalah satu perusahaan tempat mereka akan magang nanti, baik Anyelir maupun Nabila nampaknya sama-sama gugup karena hari ini adalah hari pertama mereka, dan kini mereka akan bertemu dengan pemimpin perusahaan guna perkenalan.
“Kalia rapihkan baju kalian dulu, karena akan bertemu dengan pak direktur utama,” ujar Anjani sebagai ketua dari divisi pemasaran sekaligus sebagai penanggung jawab Anyelir dan juga Nabila.
“Baik kak,” Anyelir dan Nabila pun merapihkan kembali penampilan mereka, setelah itu barulah Anjani mencoba mengetuk pintu ruangan direktur utama.
Pintu hanya terbuka separuh, hanya Anjani yang bisa berbicara dengan orang yang berada di dalam ruangan, “Permisi tuan, saya membawa anak magang,” ujar Anjani dengan sopan.
“Masuklah,” titah orang yang berada di dalam ruang direktur, namun ada yang menarik perhatian Anyelir, karena dia merasak kenal dengan suara tersebut.
‘Kaya kenal, tapi … nggak mungkin,’ Anyelir menggelengkan kepalanya pelan. Kemudian dia dan Nabila melangkah masuk mengikuti Anjani, dan betapa terkejutnya Anyelir, karena apa yang dia pikirkan memang benar.
‘Asisten Felix?’ batin Anyelir, dia hampir tidak percaya, ‘kalau ada asisten Felix di sini, berarti …’ dan tepat pada saat itu tatapan mata Anyelir dan juga Devan bertemu. Mereka berdua sama-sama terkejut, nampaknya mereka berdua juga belum tahu satu sama lain, kalau Anyelir magang di perusahaan Devan.
“Permisi Tuan Devan, saya membawa anak-anak yang akan magang di sini dan berada dalam naungan saya,” ujar Anjani dengan sopan.
“Baiklah silahkan perkenalkan diri,” ujar Devan, dia sama sekali tidak menatap kearah Anyelir, seolah tidak memperdulikan keberadaan Anyelir. Baik Anyelir maupun Nabila sudah memperkenalkan diri satu sama lain.
“Baiklah, kalian harus bisa bekerja dan petik ilmu sebanyak-banyaknya dari sini, ikuti aturan perusahaan, dan tetap bersikap sopan,” ujar Devan, setelah itu dia mempersilahkan Anjani untuk membawa Anyelir dan Nabila ke ruang divisi pemasaran.
Anyelir dan Nabila pun berkenalan dengan anggota dari divisi pemasaran, mereka nampak sangat humble, membuat mereka berdua langsung akrab, Anyelir dan Nabila berharap kalau mereka bisa betah di sana, dan bisa magang tanpa ada masalah sedikitpun. Tapi, mungkin itu berlaku bagi Nabila, kalau Anyelir? Nampaknya dia belum bisa menjamin hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Aira Zahra
kuliah jurusan disign grafis, koq maganganya di bagian pemasaran? hmmmmmmm🤔🤔🤔
2022-10-25
0
Fitri Nur'aini
kasian Anye.....tetap semangat ya Anye 💪💪
2022-10-21
0
Louisa Janis
tenang Anye
2022-09-01
1