Para maid berbaris berjejer dengan kepala menunduk takut karena Zahra menatap mereka semua dengan intens seolah sedang mengintrogasi seorang penjahat.
Zahra beralih menatap Bi Asri yang merupakan kepala pelayan di mansion itu dengan tatapan tajam.
"Bi Asri, bisa jelaskan ini semua?" tanya Zahra menatap dengan penuh intimidasi.
"Maaf sebelumnya, tuan, nyonya. Tadi nona, Katerina ingin memasak makanan Italia nyonya, jadi kami mempersilahkan nya untuk memasak di dapur ini. Maaf atas kelancangan saya, nyonya" Kata Bi Asri apa adanya.
"Masakan Italia?" Zahra melirik Meja dan mendapati ada Bruschetta yang terlihat sangat enak. Setelah itu tatapan nya beralih kepada seorang wanita cantik yang kepalanya diperban.
Katerina jadi salah tingkah saat ditatap tajam oleh Zahra. Ia merasa tidak enak hati. Katerina memberanikan diri menghampiri Zahra yang tengah menginterogasi Bi Asri.
"Hallo tuan, Nyonya." sapa Katerina tersenyum.
"Siapa dia bi?" tanya Zahra menatap intens Katerina dari atas hingga bawah.
"Saya, Katerina nyonya."
"Katerina? apa kau wanita yang ditabrak oleh putra ku, Zyano?" tanya Zahra.
"Benar bibi, wanita ini yang kemarin malam aku periksa." sahut Sean.
"Lalu, kenapa kau di dapur? Apakah para maid di sini tidak memasakkan makanan untukmu?" tanya Zahra.
Katerina menggeleng dengan cepat "Bukan seperti itu nyonya, ini semua atas permintaan saya karena saya tidak mau terus merepotkan para maid di sini. Jadi saya ingin memasak sendiri. Maaf atas kelancangan saya, nyonya." jawab Katerina menggigit bibirnya.
Zahra berjalan mendekati meja yang diatasnya ada hidangan Bruschetta.
"Bi Asri, bukankah kau sudah bekerja di mansion ini sangat lama? kau tentu tahu bukan aturan apa yang ada didalam mansion ini. Tamu adalah raja, tidak diperkenankan untuk masuk kedalam dapur. Apa kau sudah melupakan aturan itu?" tanya Zahra.
"Saya tentu ingat dengan aturan itu nyonya." jawab Bi Asri.
"Lantas kenapa kau malah mengizinkan tamu masuk ke dapur apalagi untuk memasak? Apakah disini kalian semua makan gaji buta hah!" bentak Zahra.
"Sekali lagi maafkan saya nyonya, kedepannya ini tidak akan terjadi lagi." Bi Asri menunduk, merasa bersalah.
"Setiap kesalahan harus dipertanggung jawabkan bukan? karena bi Asri yang sudah mengizinkan tamu kita ke dapur maka bibi akan saya beri hukuman. Mulai besok sampai seminggu kedepannya tidak ada yang boleh membantu bi Asri dalam tugasnya. Bi Asri tidak diperkenankan untuk keluar dari area dapur tanpa seizin saya dan semua pekerjaan dapur saya berikan kepada Bibi!" tegas Zahra.
"Tunggu dulu nyonya." sentak Katerina membuat semua orang menatap kearahnya.
"Saya tidak setuju jika nyonya menghukum bi Asri. Ini semua bukan salah bi Asri tetapi kesalahan saya. Saya yang sudah memaksa bi Asri untuk mengizinkan saya memasak di dapur ini. Jadi saya mohon jangan hukum bi Asri. Jika nyonya ingin menghukum seseorang maka hukumlah saya. Saya ikhlas menerimanya." tegas Katerina.
Katerina merasa tidak enak hati jika bi Asri yang harus mendapatkan hukuman atas kesalahannya. Biar bagaimanapun karena permintaannya juga ini semua terjadi. Jika saja katerina tidak meminta untuk memasak di dapur maka ini tidak akan terjadi.
"Siapa yang mengizinkan kau untuk berbicara? dan apa hak mu tidak setuju atas perkataan ku?!" sarkas Zahra.
"Saya memang bukan siapa-siapa di mansion ini nyonya, saya hanyalah orang luar yang tidak penting tetapi saya tidak akan membiarkan seseorang mendapatkan hukuman atas kesalahan yang saya perbuat. Jika saya tahu karena permintaan saya yang ingin memasak di dapur ini menjadi Boomerang untuk bi Asri, maka saya tidak akan melakukannya." tungkas Katerina tegas.
Semua orang tertegun mendengar perkataan Katerina. Mereka tidak menyangka Katerina rela dihukum. Zahra menarik sudut bibirnya.
Prok prok prok
"Luar biasa, kau gadis yang bertanggungjawab. Sangat jarang sekali orang rela dihukum atas kesalahan yang diperbuatnya, bahkan bisa saja dia menyalahkan orang lain agar dirinya tidak terkena hukuman. Tapi kau malah ingin bertanggung jawab? Sangat diluar dugaan." Zahra bertepuk tangan terpukau dengan sikap Katerina yang membela bi Asri sampai sebegitu nya.
"Baiklah, jika begitu maka kau yang akan mendapatkan hukumannya tapi aku perlu memikirkan hukuman apa yang pantas untukmu nona Katerina." seru Zahra tersenyum penuh arti.
Zahra mendudukkan pantatnya di kursi lalu menatap Bruschetta yang ada didepan matanya. Makanan itu terlihat sangat menggiurkan bahkan harumnya masih tercium jelas di panca inderanya.
"Siapa yang telah memasak ini?" tanya Zahra menatap seluruh maid dan koki.
"Maaf nyonya, itu masakan nona Katerina." jawab Lyla.
"Apakah aku boleh mencicipinya, Katerina?" tanya Zahra menatap wanita cantik itu.
"Tentu saja boleh nyonya." balas Katerina mengangguk sambil tersenyum.
Zahra mengambil pisau dan garpu, lalu memotong Bruschetta itu menjadi bagian kecil kemudian memasukkan nya kedalam mulutnya. Para maid, Koki dan Katerina sangat takut dengan reaksi yang akan dikeluarkan oleh nyonya besarnya itu terutama Katerina wajahnya sampai keringat dingin.
Namun tiba-tiba mata Zahra berbinar, rasanya sangat lezat apalagi ketika dimulut terasa renyah bahkan topping nya sangat-sangat nikmat, rasanya Zahra ada di restoran Italia sekarang.
"Ternyata wanita itu sangat hebat memasak, cukup baik." batin Katerina melirik Katerina.
"Sayang, apa kau tidak ingin menawarkan makanan itu untukku? aku juga ingin mencicipinya." Seru Zeano juga ikut tergiur.
"Tanyakan pada Katerina jika kau ingin. Ini masakannya, maka mintalah padanya."
Zeano terdiam, rasanya harga dirinya akan jatuh jika ia meminta kepada Katerina. Apa kata orang nantinya. Seorang Zeano Brawitama pengusaha terkaya di dunia yang mempunyai banyak cabang sampai ke luar negeri meminta Bruschetta dari seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya.
"Tidak apa nyonya, silahkan jika tuan ingin mencicipinya saya tidak masalah." sahut Katerina peka.
Zeano mendekati istrinya lalu duduknya disampingnya untuk mencicipi Bruschetta. Lagi-lagi Zeano terdiam rasanya benar-benar sangat lezat.
"Bibi Sean juga mau." seru Sean.
"Makanlah."
Para maid dan koki hanya diam menatap ketiganya yang tengah menikmati Bruschetta. Jujur saja masakan Katerina memang sangat enak jadi wajar jika tuan dan nyonya besar menyukainya bahkan Sean juga terlihat sangat menikmatinya.
"Ini sangat enak bibi, saat aku berlibur ke Italia aku memesan Bruschetta tetapi tidak seenak ini, aku sampai ingin makan terus tapi sayangnya sudah habis." ungkap Sean jujur.
"Kali ini aku setuju dengan mu Sean." sahut Zeano.
Sean menatap Katerina "Kate, darimana kau belajar memasak Bruschetta? Apa kau dulu bekerja di restoran Italia?" tanya Sean penasaran.
Katerina terkekeh "Tentu saja tidak tuan. Ibu saya sering memasakkan makanan Italia saat saya masih kecil, karena saya sangat suka makanya saya belajar memasak dari ibu saya." jawab Katerina.
Sean manggut-manggut "Oh begitu."
Katerina merasakan kepalanya mulai pusing bahkan pandangannya mulai buram. Tubuhnya oleng ke samping membuat Lyla yang berdiri di sampingnya langsung tersentak dan menahan tubuh Katerina yang ingin terjatuh.
"Astaga, nona kenapa?" tanya Lyla khawatir.
Katerina memegangi kepalanya yang berdenyut "Kepalaku sakit, Lyla."
"Ya ampun, sebaiknya nona beristirahat saja pasti nona kelelahan."
"Tidak apa Lyla, aku baik-baik saja." Katerina berusaha menahan sakit di kepala nya tetapi kepalanya semakin berdenyut.
Zahra yang melihat itu segera beranjak dari duduknya dan menghampiri Katerina.
"Lyla, bawalah Katerina ke kamarnya." perintah Zahra.
"Tidak perlu nyonya saya baik-baik saja." tolaknya.
"Jangan membantah! jika kau ingin sembuh maka turuti perkataan ku."
"Lyla, cepat bawa dia ke kamarnya!" tegas Zahra.
"Baik nyonya."
Lyla menggiring Katerina ke kamar tamu supaya ia bisa beristirahat. Sedangkan Zahra mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya untuk menelpon Zyano putranya.
"Sayang kau menelpon siapa?" tanya Zeano.
Zahra menoleh menatap suaminya "Tentu saja putra kita, memangnya siapa lagi? Dia harus segera pulang. Bagaimana bisa dia bekerja di saat ada seorang wanita yang dia lukai. Tidak bertanggung jawab sekali dia." jawab Zahra ketus.
"Apa kau yakin dia mau mengangkat telponnya sayang? bukankah kau tau jika ponsel nya tidak aktif saat dirinya sedang bekerja." tukas Zeano sangat mengenal sifat putra dinginnya itu.
"Aku tidak perlu menelponnya hanya perlu menelpon asistennya saja maka urusan beres." balas Zahra santai.
Zeano dan Sean saling pandang mereka menggelengkan kepala melihat kelakuan Zahra yang mempunyai seribu cara untuk menaklukkan putranya.
Tak selang berapa lama akhirnya panggilannya terhubung.
"Hallo nyonya." sapa Dave asisten Zyano.
"Dimana Zyano? Aku ingin bicara dengannya!" kata Zahra.
"Maaf nyonya, saat ini tuan Zyano sedang ada meeting dengan klien nyonya, dan tuan mengatakan pada saya tidak ada yang boleh menggangu nya nyonya."
"Beraninya kau menolak perkataan ku Dave! Apa kau mau dipecat hah?! Cepat berikan ponsel ini kepada Zyano, jika tidak maka akan ku hapus dia dari daftar keluarga Brawitama!" Ancam Zahra membuat Dave menelan saliva nya.
"Tapi nyonya.."
"Tidak ada tapi-tapian, kalau kau tidak menuruti perintah ku maka besok kau tidak usah bekerja lagi!"
"Jangan pecat saya nyonya, saya masih ingin bekerja. Baiklah, saya akan memberitahu kepada tuan Zyano." kata Dave pasrah.
Dave berada di depan pintu. Ia menarik nafas lalu menghembuskan nya perlahan. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya Dave hanya bisa pasrah. Perintah dari Nyonya besar harus dilakukan nya meksipun akhirnya dia akan mendapat amukan dari Zyano.
Dave menarik ganggang pintu lalu membukanya, terlihat jelas jika saat ini Zyano sedang berbicara serius dengan klien bisnisnya mengenai projects yang akan mereka kerjakan bersama. Dave memberikan diri menghampiri Zyano.
"Maaf tuan, nyonya Zahra ingin bicara dengan tuan di telpon." kata Dave sangat hati-hati.
Zyano menatap datar asistennya itu "Dave, bukankah kau tahu jika aku sedang meeting maka tidak ada yang boleh menggangunya, apalagi itu hanya telpon tidak penting."
"Tapi tuan, ini telpon dari nyonya."
"Ya aku tahu itu dari mommy tetapi aku sedang meeting dan aku tidak suka di ganggu saat aku sedang bekerja meskipun itu oleh ibuku sendiri."
Dave terdiam lagi-lagi dirinya serba salah. Perlu kesabaran tingkat tinggi ketika menghadapi kedua bos besarnya yang seperti ini.
"Dave, load speaker." perintah Zahra kesal mendengar perkataan Arrogant dari putranya itu. Ingin sekali Zahra menjewer telinga Zyano saat ini juga.
Dave menyalakan pengeras suara hingga terdengarlah suara Omelan panjang kali lebar dari Zahra membuat kuping Zyano terasa sakit.
"Zyano Genta Brawitama, beraninya kau menolak telpon dari ibumu sendiri! Apa kau mau jadi anak durhaka seperti malin Kundang hah?! Kau mau aku kutuk jadi batu? Apa kau tidak sayang lagi dengan mommy mu ini Zyano?!" bentak Zahra kesal.
Zyano hanya diam mendengarkan celotehan ibunya. Ia tidak berani untuk menjawabnya.
"Zyano, jangan diam saja! Apa kau sudah menjadi bisu? Tuhan menciptakan mulut untuk berbicara bukan untuk diam."
"Sepertinya, putraku tidak sayang lagi dengan ibunya. Mungkin dia berharap aku cepat mati karena terlalu sering marah-marah. Benar begitu kan Zyano? kau ingin mommy cepat mati agar tidak ada lagi yang menggangu hidupmu." Zahra pura-pura terisak agar putranya luluh.
"Bukan begitu mom. Aku sangat menyayangi mommy hanya saja saat ini aku sedang meeting, Tolong mengertilah mom." akhirnya Zyano buka suara juga.
"Apa meeting mu itu jauh lebih penting dari mommy Zyano?" tanya Zahra.
"No mom, you are very important in my life."
"Kalau mommy memang penting dalam hidup kamu, pulang sekarang Zyano! Mom tunggu di mansion kamu!"
"Nggak bisa mom, aku lagi sibuk."
"Zyano, kamu memang tidak menyayangi mommy lagi. Baiklah jika begitu mommy tidak akan pernah menganggu mu lagi. Sampai jumpa."
Tutt
Zahra menutup telpon secara sepihak membuat Zyano mengembuskan nafas kasar. Mommy nya dari dulu sampai sekarang sangat pemaksa apapun keinginannya harus terpenuhi.
Zyano menatap rekan bisnisnya "Maaf tuan, Leon sepertinya meeting kita harus berakhir sampai disini saja. Jika ada kesempatan, lain kali kita bisa bertemu lagi untuk membahas rancangan proyek kita tuan."
Leon tersenyum "Tidak apa tuan Zyano saya dapat mengerti jika keluarga lebih penting dari segalanya. Baiklah kalau begitu saya pergi dulu sampai jumpa lagi tuan."
Setelah kepergian Leon ruangan itu kini menjadi dingin bahkan tatapan Zyano terlihat sangat mengerikan.
"T-tuan, apa kita langsung ke mansion?" tanya Dave hati-hati.
"Ya bukankah itu keinginan nya, cepat siapkan mobil!" jawab Zyano keluar begitu saja.
Dari kantor menuju mansion membutuhkan waktu satu jam setengah, akhirnya Zyano tiba di mansion. Dave membukakan pintu Zyano keluar dengan gagahnya sambil merapikan jasnya yang terlihat kusut.
"Mari tuan."
Zyano melangkah kaki panjangnya masuk kedalam mansion begitu masuk ia langsung disambut oleh Ibunya yang tidak lain adalah Zahra.
"Anak durhaka, akhirnya kau pulang juga." sambut Zahra menyindir.
"Mom." Zyano menatap Zahra tidak suka mendengar perkataannya mommy nya.
"Iya anak mommy yang penurut, akhirnya kau pulang juga. Bagaimana apakah kau sudah tidak sibuk lagi?" tanya Zahra.
Zyano melepas jasnya hingga kini yang tersisa hanyalah kemeja putih yang dilapisi Vest Rompi berwarna hitam. Kemudian, ia menatap ibunya yang tangannya bersindekap diatas dada tengah menatapnya.
"No mom, you know that I'm very busy, banyak berkas yang menumpuk di kantor yang harusnya aku tandatangani untuk proyek besar perusahaan mom." jawab Zyano sedikit kesal.
"Yes mom knows, saking sibuknya kamu sampai lupa usia kamu sudah cukup matang untuk menikah, Zyano Genta Brawitama. Apa tidak pernah ada niatan untuk memberikan mom cucu-cucu yang lucu dan imut?"
Zyano tahu arah pembicaraan ini, dia tidak mau membahas masalah pernikahan hal yang paling tidak disukainya.
"Come on Zyan, apa kamu tidak ingin punya seorang istri yang akan mengurusi segala keperluan kamu? Apa kamu tidak ingin punya keluarga sendiri?" tanya Zahra tidak habis pikir dengan anaknya yang sampai saat ini tidak mau menikah.
Zyano hanya diam tidak menggubris perkataan mommy nya. Ia sangat malas ketika membahas masalah pernikahan. Sampai detik ini tidak ada seorang wanita pun yang membuat hati seorang Zyano tersentuh. Menurutnya kebanyakan wanita itu hanya menginginkan hartanya saja tidak lebih dari itu.
"Zyano, mom sedang bertanya sama kamu, jawab jangan diam saja!" bentak Zahra kesal karena tidak dihiraukan oleh putranya.
"Mom, you know that I don't want it!"
"Why, Zyan?"
Zyano menghela nafas lalu menatap Zahra. "Mom, tahu sendiri kan semua wanita itu cuman menginginkan hartaku saja, bahkan mereka rela melakukan segala cara untuk mendapatkan ku. Apa mom mau punya menantu matre yang gila harta?" tanya Zyano.
"Zyan, tidak semua wanita seperti itu sayang, kamu jangan liat dari cover nya aja tapi juga dari isinya. Kalau di mata kamu semua wanita itu sama. Mau sampai kapan kamu jadi bujang lapuk hah?!"
Zahra sudah kesal melihat sikap putranya yang tidak tertarik dengan mahluk yang bernama wanita entah dengan cara apa lagi supaya putranya ini menikah. Zahra sampai pusing sendiri dibuatnya.
"Udahlah mom, aku capek mau istirahat." Kata Zyano menaiki tangga meninggalkan Zahra.
"Zyan, mom sedang bicara sama kamu, Hei Zyan tunggu." Teriak Zahra kesal sambil mengejar Zyan.
Zyano terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan dari ibunya hingga saat didepan pintu kamar tamu tiba-tiba ada seorang wanita keluar membuat Zyan dan wanita itu sama-sama terkejut hingga ingin terpeleset.
Dengan gerakan cepat Zyano menarik pinggang wanita itu dengan tangan kekarnya membuat wanita itu berada dalam dekapannya. Sejenak mata mereka saling pandang satu sama lain. Zyano terpesona menatap netra Hazel wanita itu menurutnya sangat indah begitupun sebaliknya wanita itu juga terpesona menatap netra abu-abu milik Zyano.
Satu menit mereka saling pandang tanpa berkedip seakan tidak ingin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Zahra yang melihat itu tersenyum tiba-tiba ide gila terlintas di kepala nya.
Ekhem
"Apakah sudah puas saling pandangnya?" tanya Zahra dengan senyum nakalnya.
Bersambung 😎
______________________________________________
Hadudu Zahra pengganggu 😆🙈
Kalau kalian suka jangan lupa LIKE, VOTE, DAN KOMEN YA GUYS
TERIMA KASIH SUDAH MAMPIR
^^^Coretan Senja ✍️^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
febby fadila
ya mom kok ganggu sii /Facepalm/
2024-12-30
1
Ana
akting yang sangat bagus👍😎 mommy 😂
2025-01-23
0
Ana
hahaha😂
2025-01-23
0