Di babak pertama pertandingan mini game kali ini, aku kembali harus berada di bangku cadangan terlebih dahulu, sama seperti pada saat minigame seleksi waktu lalu.
Aku sama sekali tidak keberatan, walaupun sebenarnya ada bagian dari diriku yang ingin main di menit-menit awal sampai akhir pertandingan. Mungkin karena sudah terlalu sering begini, akhirnya aku sudah berdamai dengan diriku sendiri dan aku rasa itu bukanlah hal yang baik dan juga buruk untuk diriku. Mengikuti semua instruksi pelatih juga salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemain dan aku menerapkannya.
Aku mengamati jalannya babak pertama dari sisi lapangan, dari sini semua pemandangan sangat jelas di mataku bahkan aku bisa melihat ruang-ruang yang tercipta setiap para pemain bergerak kesana dan kemari. Aku mulai mendemonstrasikan permainan di kepalaku sendiri, mencoba beberapa cara untuk melakukan serangan dan menciptakan peluang. Total aku menemukan 15 cara untuk menciptakan peluang ke Tim A, namun aku tidak tahu apakah cara itu bisa diaplikasikan saat bermain di lapangan nanti?
Ku lihat dari sudut mataku, Coach Giovanni sedikit tersenyum melihat permainan anak-anak, dia juga menatap ke arahku dengan sisa senyuman di wajahnya. "Apa kau bisa melihat ruang-ruang itu Ward Prowse?" Coach Giovanni menunjuk ke beberapa titik-titik di lapangan, titik-titik itulah yang disebut ruang.
Coach Giovanni masih saja memanggil ku Ward Prowse gara-gara Jersey yang aku kenakan di waktu seleksi kemarin. Gara-gara itu para pemain lain yang memiliki nasib sama sepertiku mulai menatap ke arahku dengan tatapan menyelidik, lalu sekejap mereka memalingkan wajah dan menutup mulut mereka. Yang aku dengar hanyalah suara tertawa yang kecil dari mereka semua.
Tetapi aku tidak masalah dengan itu, aku hanya merasa sedikit tidak nyaman saja bila terus dipanggil Ward Prowse oleh Coach Giovanni, padahal namaku sudah jelas tertera di lembar formulir pendaftaran dengan tulisan Rizaldi Fatah di atasnya.
"Bagaimana Ward Prowse apa kau melihatnya?" Coach Giovanni kembali menanyakan hal yang sama padaku.
Aku pun mencoba untuk lebih memperhatikan permainan lagi, menuruti apa yang diinginkan oleh Coach Giovanni. Dan setelah melihat lebih jauh lagi, akhirnya aku mengerti apa yang dimaksud oleh Coach Giovanni.
Permainan tim A yang banyak pemainnya bermain di I-Youth benar-benar jauh berbeda dari tim B yang kebanyakan main di liga lokal saja. Permainan yang tim A bawakan benar-benar berkualitas bagus layaknya tim-tim di Eropa sana. Passing-passing pendek yang terukur, pergerakan antar pemain yang luwes dan fleksibel, sampai tekanan tinggi.
Tentunya hal itu tidak bisa di dapatkan dengan latihan singkat, ada latihan panjang yang mereka semua lakukan dari mungkin masa di tim junior mereka. Untuk melakukan hal itu semua, jelas diperlukan juga stamina yang kuat dan tubuh yang prima, dan kebanyakan pemain di I-Youth memiliki tubuh yang sehat dan ideal untuk anak-anak seusia mereka. Itu dikarenakan pola makanan dan porsi latihan yang sudah diberikan oleh tim kesehatan klub.
Tim kami benar-benar kewalahan walaupun sedari tadi tim A hanya bermain passing-passing pendek saja, sambil sesekali membuka ruang untuk melakukan serangan. Sampa pada akhirnya di menit 15, tim A memiliki sebuah peluang emas pertama mereka. Memanfaatkan kerjasama tiga pemain depan, mereka seperti membentuk sebuah segitiga indah di lapangan. Pemain sayap mereka memberikan umpan terukur ke kotak penalti tim kami, dan langsung disambar oleh penyerang mereka dengan sangat mudah.
Penyerang mereka begitu mudah mendapatkan bola tanpa pengawalan dan melepaskan sepakan keras ke sisi kanan gawang tanpa di press sama sekali, bek tim kami salah melakukan defense. Beruntung kami masih memiliki Derry. Derry masih bisa menepis bola yang ditendang bebas oleh penyerang musuh dan membuatnya menjadi tendangan sudut untuk tim A.
"Hei-hei pemain belakang, jaga yang benar lah!" Derry berteriak keras sekali hingga terdengar ke sisi lapangan, Derry benar-benar kesal karena pemain belakang kami terlalu mudah untuk ditaklukkan.
Aku pun sependapat dengan Derry, dari sini aku bisa melihat betapa rapuhnya defense kami, dan bek tengah kami sepertinya hati dan kepalanya tidak sinkron di minigame kali ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi namun sepertinya dia seperti tidak ingin bermain saat ini.
Sepak pojok sudah dilakukan sebelum aku sempat menyadarinya, umpan ditujukan kepada penyerang tim A bernomor punggung 9. Dengan mata seperti batu mulia ruby dia memandang ke arah bola, memperhitungkan di mana jatuhnya bola. Setelah mengetahuinya ia pun langsung melompat tinggi dan menyundul bola itu, mengarahkannya ke gawang kami yang dikawal oleh Derry.
Derry mati langkah, dia tidak menyangka bola akan diarahkan dengan sempurna ke sisi jauh gawang dan bola melesat tanpa kawan menemukan gawangnya. Skor pun berubah jadi 1-0 untuk tim A.
Derry sangat kesal karena dikalahkan oleh pemain itu, dia sampai menendang bola yang masuk ke gawang sekali lagi karena begitu kesalnya.
Aku sekali lagi menatap pemain yang baru saja mencetak angka ke gawang tim kami itu, wajahnya tidak terlihat seperti orang yang serius memainkan pertandingan namun entah kenapa ada aura berbeda yang kurasakan dari sosoknya.
"Sepertinya kau juga menyadarinya ya Ward Prowse? Pemain bernomor punggung 9 itu adalah salah satu bintang masa depan di sepakbola Indonesia nantinya, mungkin juga dia akan bersinar di Eropa. Dia memiliki potensi dan bakat yang luar biasa, bahkan untuk seumuran dia" aku ikut memperhatikan setiap gerak gerik pemain itu dan aku ikut setuju dengan opini coach Giovanni.
Dia benar-benar berbeda dari anak-anak yang lain, aku merasakan ada hal yang spesial dari sosoknya namun aku tidak tahu apa itu. Sayangnya aku sudah menggunakan skill [Mata Dewa] ke Axel Raihan sebelumnya, sehingga aku tidak bisa melakukan skill itu lagi sampai hari esok. Andaikan saja aku bisa menilik sedikit status yang ia miliki, tapi sudahlah.
Permainan dilanjutkan, tim kami masih kesulitan untuk melakukan serangan balasan ke tim musuh. Walaupun begitu bukan berarti kami tidak mempunyai satu dua peluang.
Zaki Iskandar berhasil memporak-porandakan lini tengah tim A dengan kemampuan olah bolanya yang lumayan bagus, lalu ia melihat pergerakan Axel Raihan yang bergerak dari sisi kanan lapangan dengan sangat cepat. Tanpa berpikir terlalu lama lagi, Zaki pun memberikan umpan lambung menuju Axel yang berlari cepat, tidak ada yang bisa membendungnya dan Axel pun berhadapan wajah ke wajah dengan kiper musuh.
Dengan tenang seperti seorang koboi yang bersiap menembakkan senjatanya, Axel menyontek bola ke sudut pojok atas gawang. Bola melewati kiper yang salah mengantisipasi arah bola, namun sayangnya bola tidak berhenti di dalam gawang, melainkan sangkut di atas gawang.
Axel langsung mengumpat keras karena tendangannya gagal masuk, dia benar-benar kurang beruntung namun bagiku usahanya tadi bukanlah hal yang sia-sia, bahkan bagiku itu adalah bukti kerja kerasnya.
Kami terus menekan di sisa babak pertama, namun tetap saja kami belum bisa menyamakan skor. Setiap kami ingin membangun serangan, kami sudah dihentikan oleh pemain tengah musuh yang selalu berhasil memotong sirkulasi bola dan mengacaukan sistem yang sedang dibangun oleh tim kami.
Akhirnya kami malah kembali kebobolan karena serangan balik cepat. Pemain belakang kami tidak bisa mengejar sosok pemain bernomor punggung 9 di tim musuh yang sangat cepat, mungkin dia secepat Axel ku rasa. Selain memiliki kecepatan, dia juga diberkahi kaki yang kuat sampai pada saat ia menendang bola, bola melesat sangat cepat bahkan Derry tidak bisa bereaksi.
Dengan gol tadi, babak pertama pun berakhir dan kami sudah tertinggal 2-0 di babak pertama. Masih ada babak kedua dan masih banyak kemungkinan yang bisa dilakukan di babak kedua nantinya.
Aku melihat wajah-wajah frustasi dari Derry, Axel dan juga Zaki saat mereka ke pinggir lapangan, mereka jelas kesal dengan apa yang terjadi di babak pertama.
"Permainan yang bagus, kita lanjutkan di babak kedua nanti" ujarku sambil memberikan beberapa minuman dingin pada mereka bertiga. Derry dan Zaki menerimanya dengan senang hati, namun Axel sepertinya masih dalam keadaan hati yang panas.
Aku diam saja, aku membiarkan Axel untuk mengeluarkan seluruh amarahnya untuk sekarang ini.
"Ward Prowse kemari" Coach Giovanni memanggilku dan dengan cepat aku pergi ke arah beliau."Kau tahu kan apa yang harus kau lakukan di babak kedua nanti?" ujar beliau lagi yang membuatku langsung bersemangat seperti anak-anak yang baru saja dibelikan mainan baru.
Aku langsung berteriak bersemangat. "Yes Coach!" Aku sudah tidak sabar menunggu giliranku bermain, aku akan mengubah keadaan di babak kedua nanti, pastinya!
**Catatan Penulis:
Mohon maaf sebelumnya kalau Ned tidak bisa update sering dan kemarin juga gak update. Karena Ned juga memiliki beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dan tidak punya waktu untuk memikirkan alur cerita, jadi mohon maaf sekali lagi.
Dari: Ned_Kelly**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Nathan D Alexsander
semangat
2022-08-31
1
Tobi
gpp Thor , semangat di real life nya
2022-08-31
4