Di hari itu, kami semua kena pelajaran olahraga. Pelajaran yang kami dapatkan adalah tentang bola besar, dan untuk pertemuan pertama kami semua akan bermain permainan sepakbola yang termasuk salah satu permainan bola besar selain basket dan voli.
Setelah melakukan pemanasan dengan sedikit peregangan tubuh, pak guru yang mengajar pelajaran olahraga yang bernama Bapak Sutrisno membagi tim menjadi 2 tim. Karena hanya ada 14 orang laki-laki di kelasku, akhirnya tim pun dibagi menjadi 7 orang tiap tim tanpa pemain cadangan.
Dan kali ini, aku dan Derry harus menjadi lawan, aku cukup kecewa namun juga merasa bersemangat di saat yang bersemangat. Aku memang ingin sekali berhadapan dengan Derry dan membuktikan diri ku kalau sudah cukup berkembang, Derry lah tembok yang harus aku panjat saat ini.
"Permainan mu minggu lalu memang sangat menakjubkan sobat, tapi hari ini aku juga tidak ingin kalah!" Kata Derry sambil berlagak seperti seorang ahli kungfu yang sering aku tonton filmnya.
Aku hanya tersenyum, namun sebenarnya aku menggunakan skill mata dewa yang ku miliki untuk melihat semua status dari teman-temanku. Seperti yang ku duga sebelumnya, hanya Derry yang memiliki status luar biasa dari kami semua. Aku tidak terlalu pusing soal pemain yang lain dan di tim ku sendiri juga tidak ada yang mencolok, semuanya sama sepertiku yaitu orang-orang yang hanya tau sepakbola.
Untuk posisinya kami sempat ada cek-cok, karena ada yang ingin jadi penyerang dan tidak mau mengalah, ada yang tidak ingin jadi bek dan ada pula yang tidak mau main kalau jadi kiper. Aku tidak tahu harus berbuat apa, dan pada akhirnya aku hanya ikut diam saja dan membiarkan semuanya berlalu, hingga pada akhirnya Pak Sutrisno lah yang menentukan posisi mereka.
Aku tetap pada posisi ku di tengah, yang ingin jadi penyerang tadi malah dijadikan kiper oleh Pak Sutrisno, dia ingin membantah namun tidak berani saat kumis Pak Sutrisno yang setengah itu sudah mulai bergerak-gerak. Saat sudah seperti itu, biasanya pak Sutrisno akan berubah menjadi sosok yang lebih kejam, ya lebih mirip-mirip sedikit sama diktator asal Jerman itu.
"Bapak yang akan jadi wasitnya, untuk penentuan kick off akan ditentukan dengan lempar koin. Kedua kapten tim maju!"
Derry dan Wira maju ke depan, ya Wira adalah kapten tim ku, badannya besar sekali sampai berjalan saja dia harus ikut membawa perutnya yang besar. Wira lah yang tadi ngotot sekali untuk ingin jadi pemain depan, dan pada akhirnya diubah oleh pak Sutrisno jadi kiper.
"Derry kamu pilih ekor apa kepala?"
"Kepala pak!" Derry menjawab dengan jelas dan tegas, otomatis Wira hanya punya pilihan ekor.
Pak Sutrisno melemparkan koin ke atas, koin berputar sangat cepat dengan bebas sebelum akhirnya jatuh ke buku tangan pak Sutrisno dan langsung beliau tutup dengan tangannya yang satu lagi. Secara perlahan-lahan, beliau membuka tangan dan akhirnya terlihat hasil dari perjudian tadi.
Yang muncul adalah gambar kepala, dan kick off akan dimulai oleh timnya Derry.
Wira kembali ke belakang dengan wajahnya yang tetap saja seperti tidak punya niatan bermain kalau tidak jadi penyerang, padahal dari statistik nya saja akan jadi masalah jika menaruhnya bermain di posisi penyerang, namun bukan berarti bermain di posisi kiper akan menyelamatkan dirinya juga.
Kick off dimulai, tim Derry langsung menekan di awal permainan. Pertahanan tim kami begitu buruk, tidak ada keharmonisan sama sekali, semuanya kacau bagai permainan musik metal underground yang begitu brutal.
"Hoi-hoi, jaga yang benar dong! Rizaldi jangan pelanga-pelongo saja!" Wira berlagak seperti seorang kapten tapi sebenarnya itu nol besar! Semua hal yang ia teriakkan hanyalah sebuah perintah yang tidak jelas, apa dia tidak melihat aku sedang melakukan marking pada satu pemain musuh?
Karena tidak fokus akibat ulah Wira dibelakang, aku akhirnya malah membiarkan satu orang pemain untuk melewati ku, dia langsung memberikan umpan yang bagus ke pemain depan yang hanya perlu memberikan sedikit usaha untuk menjadikannya sebagai sebuah gol, dan benar saja.
Pemain depan tim Derry hanya menendang pelan sekali dan sudah bisa bolanya melewati penjagaan Wira, mungkin berat tubuhnya membuat Wira jadi cukup lamban untuk mengantisipasi tendangan yang juga tak kalah pelan dengan laju bola.
"Kalian ini bisa main apa tidak? Masa bola seperti itu saja bisa lewat sih?" Wira malah marah-marah dengan kami semua, padahal ada yang lebih parah dari kami semua, yaitu dia sendiri.
Kami semua hanya diam saja, bahkan tidak sedikit diantara kami yang hanya menertawakan apa yang diucapkan oleh Wira tadi. Kami cuma bisa melihat tim Derry sedang bersuka cita merayakan gol pertama mereka dan pastinya akan ada gol-gol yang lainnya.
Permainan dilanjutkan, sudah lebih 20 menit kami bermain dan skor sudah 4-0 untuk keunggulan tim Derry. Aku dan yang lain sedikit frustasi, apalagi setelah kebobolan gol keempat tadi. Wira meluapkan kekesalannya pada kami semua dan beberapa diantara kami sudah ada yang tidak tahan lagi akan kelakuan Wira itu.
Sebenarnya kami bukannya terlalu di tekan sampai tidak bisa melakukan apa-apa, kami sempat membuat beberapa peluang emas namun kalian tahu sendiri bagaimana kualitas Derry yang mantan kiper tim Buceros itu, bukan kaleng-kaleng apalagi kaleng sarden.
Derry mencatat 3 penyelamatan penting sepanjang waktu ini, 2 dari sundulan dan satu lagi pada saat pemain depan kami melakukan 1 vs 1 namun ternyata Derry berhasil melahapnya dengan penuh.
Situasi di tim kami sudah sangat tidak terkendali, harus ada seseorang yang mampu mengendalikan semuanya. Aku ingin sekali bersuara, namun ada beberapa beban masa lalu yang membuatku agak sedikit tertekan dan selalu ragu menyuarakan aspirasi.
Tapi aku harus melakukan sesuatu, aku teringat akan hadiah misi yang belum aku buka sebelumnya. Aku membuka layar hologram yang cuma bisa diakses oleh diriku sendiri, dan membuka kotak inventori sistem, disana terdapat satu kartu skill random yang masih belum kubuka.
[Apa anda ingin membuka Kartu Skill Random?]
Aku langsung memilih YA! Dan seperti yang sebelumnya kartu itu seperti muncul jelas di mataku dan tiba-tiba berubah menjadi cahaya berwarna putih silau, sampai pada akhirnya kartu yang lain muncul dan mulai terlihat jelas kembali.
[Selamat Anda mendapatkan skill Captaincity]
[Membuat Anda bisa mengendalikan tim seperti layaknya seorang kapten yang tegas di luar dan di dalam lapangan]
Skill yang sangat ku perlukan untuk sekarang ini, aku langsung saja memakainya dan mulai menyuarakan pendapat ku yang sempat tertunda tadi.
"Hei sudah hentikan semua itu! Apakah kalian tidak bisa hanya menggerakkan kaki dan menutup mulut kalian" itulah yang pertama ku ucapkan dan semua mata langsung tertuju kepadaku, bahkan tim Derry pun juga ikut melihat ke arahku karena suara yang ku keluarkan tadi cukup kencang.
"Hentikan semua perdebatan konyol ini, tetaplah bermain fokus dan kembali ke posisi masing-masing, buat ruang dan pertahankan!" Aku menambahkan dan entah mengapa semua pemain langsung angguk-angguk saja, tidak ada yang protes ataupun tidak terima akan diriku yang tiba-tiba jadi sosok kapten.
Permainan kami lanjutkan, semua bergerak dengan apa yang kuperintahkan sebelumnya. Kini pergerakan tim kami mulai sedikit lebih luwes dari yang sebelumnya, sirkulasi bola juga mulai lancar. Aku terus mengatur pergerakan tim ku dari lapangan tengah, sambil terus melakukan scanning dan mengumpan pada rekan-rekanku.
Hingga pada akhirnya aku mendapatkan sebuah peluang emas, sebuah bola rebound hasil dari sundulan yang ditepis oleh Derry mengarah kepadaku. Aku jadi teringat momen saat mencetak gol penentu kemenangan tim kami saat pertandingan seleksi di Pengambangan Cananga.
Aku pun melakukannya sekali lagi, tendangan first-time yang langsung mengarah dengan cepat ke arah gawang Derry.
"Bahaya!" ujar Derry dan dia langsung melompat ke arah bola mengarah. Dengan satu inci jarinya, Derry masih bisa menepis bola itu dan membuat bola rebound lagi. Beruntung di sana ada pemain depan tim kami dan melakukan tugas akhirnya dengan sangat baik, bola pun masuk ke gawang Derry dan merubah skor untuk jadi 4-1.
Tim kami tidak banyak melakukan selebrasi, karena waktu pelajaran olahraga juga sudah habis. Pak Sutrisno menyelesaikan kata-kata terakhir sebelum kami masuk kelas untuk pelajaran yang akan datang.
Aku melihat Derry berjalan ke arahku dengan senyuman lebar di wajahnya. "Hei sobat, kali ini kau tidak beruntung ya"
"Biarlah, yang penting bolanya masuk walaupun bukan aku yang memasukkannya" ucapku santai, namun sebenarnya ada perasaan kesal karena tidak berhasil memasukkan bola di menit-menit terakhir tadi.
"Omong-omong, permainanmu kali ini cukup meningkat dengan pesat Rizaldi. Apalagi pada saat tim mu lagi dirundung masalah seperti tadi, kalau kau tidak percaya tanya saja Salma yang sedari tadi memanggilmu namu kau hiraukan saja"
Aku sedikit kebingungan pada awalnya, namun saat aku menoleh ke samping ternyata memang benar ada Salma yang rupanya sedari tadi menepuk-nepuk pundak ku namun aku tidak menyadarinya.
"Rizaldi, kamu tadi keren sekali. Sudah mirip seperti David Guetta mungkin?" ucapnya dengan polos, padahal aku sendiri tidak tahu siapa itu David Guetta dan aku pasti itu bukan nama pemain sepakbola.
Aku tidak terlalu memperdulikannya, yang jelas hari ini hanyalah permainan hiburan dan aku tidak ingin membebani pikiran ku akan hal itu. Sistem pun tidak memberikan misi mendadak yang seperti biasanya, jadi hal ini tidaklah merugikan ku namun tetap saja aku merasa kesal karena kalah dengan Derry.
Aku sekarang bertekad untuk tidak akan kalah lagi karena rasa kekalahan itu sangatlah menyakitkan hati, walaupun itu hanya kalah dalam pertandingan biasa seperti sekarang ini. Untuk itulah aku akan terus berlatih dengan keras agar mimpiku bisa terwujud.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Vinnie Alder
Calon penerus mamang Adolf nih
2023-05-23
0
Egaega
Jackpot
2022-12-04
1
Panggil Saya Boss
wkwk u know la
2022-10-05
2