Benar saja, saat aku sampai ke toko aku langsung dimarahi habis-habisan oleh anak pemilik toko.
Namanya Melani, dia juga salah satu teman satu sekolahku walaupun hanya pernah sekelas sewaktu kelas 7. Aku bekerja di toko milik ayah Melani, alasanku bekerja karena aku ingin membantu ibuku yang juga bekerja demi menghidupi aku dan adikku.
Ayahku seorang tentara yang harus pergi pergi bertugas di daerah lain, namun tidak pernah kembali alias meninggal saat bertugas. Itulah resiko dalam pekerjaan ayahku, namun aku tahu ia pasti sangat bangga karena mati demi membela negara yang sangat ia cintai.
Karena itulah ibuku bekerja dan menggantikan peran ayah sebagai kepala keluarga, ibuku bekerja di sebuah pabrik pengolahan teh dan akan pulang saat makan malam tiba.
Adikku masih kelas 1 SMP sehingga tidak mungkin dia harus ikut bekerja, walaupun ia memaksa maka aku akan memarahinya.
Jam kerja ku juga cukup singkat, aku bekerja dari jam 4 sore sampai jam 8 malam saja. Setelah itu aku pulang dan harus bersiap-siap menyiapkan makan malam untuk adik dan ibuku tercinta.
Namun sebelum aku pulang, kini aku harus mendengarkan ceramah tanpa jeda dari Melani perihal keterlambatanku tadi. Aku sudah menjelaskan situasinya pada Melani, namun ia tetap tidak mau peduli dengan hal itu.
"Rizaldi, Rizaldi. Kenapa kau diam saja setelah dipukuli begitu? Sampai-sampai uangmu juga malah diambil si Yoga!" ujar Melani sambil mengolesi luka lebamku dengan minyak tawon.
Ayahnya Melani cuma menggelengkan kepala melihat anak perempuannya yang terus saja marah, mungkin juga ia bingung dari mana sifat pemarah itu berasal karena ayah dan ibunya Melani sendiri bertipe kalem dan santai, sangat beda jauh dengan Melani.
"Kau tunggu di sini!" Suaranya naik setengah oktaf, Melani berdiri entah mencari apa.
Mata coklat kehitaman itu masih saja mengawasi ku, rambutnya yang lurus tergerai kesana kemari seperti dihembuskan angin saat ia tengah mencari sesuatu. Lalu Melani kembali dengan membawa sebuah kotak P3K, kini sosok Melani seperti seorang suster di rumah sakit swasta yang biasanya cantik-cantik itu.
Melani mulai memperban luka dan lebam di wajahku. Sambil memperban dia pun bertanya. "Setelah ini kau mau masuk sekolah mana?"
Aku terdiam sejenak, aku tidak terlalu memikirkan sekolah saat ini. Bagiku semuanya sama saja, asalkan kita yang menjalaninya. Aku juga memikirkan sekolah yang cukup dekat dengan rumah, agar menghemat waktu perjalanan.
"Mungkin SMA 1 Pengambangan" ujar ku. "Memangnya kenapa kau tanya begitu?"
Melani dengan cepat dan kasar memperban lukaku dan setelahnya ia memukul tanganku yang juga sedikit terluka itu dengan keras. "Bukan urusanmu!" ujarnya memeletkan lidah dan berlalu begitu saja setelahnya.
Memangnya dia perlu melakukan hal itu kepadaku?
Aku pun melupakan hal itu begitu saja dan bersiap untuk pulang kerumah, di depan teras rumah ayahnya Melani memanggil dan membawakanku sebungkus rawon, makanan kesukaanku.
"Ini untuk orang di rumah, panasi dulu ya sebelum dimakan" ucap ayah Melani dengan begitu lembut, berbeda sekali dengan anaknya. "Salam buat ibumu juga!"
"Terima kasih om!" jawabku singkat lalu pergi pulang.
Di perjalanan pulang, aku kembali teringat akan kejadian yang menimpaku sore tadi. Setelah terbentur tiang listrik dan sempat kehilangan kesadaran untuk beberapa saat, aku mendengar sebuah suara seperti robot di dalam kepalaku. Aku tidak tahu apa itu, namun karena itu aku mulai melihat sebuah layar hologram di hadapanku pada saat aku berkonsentrasi.
Aku rasa layar itu hanya bisa dilihat oleh diriku sendiri, karena orang-orang disekitarku seperti tidak peduli sama sekali walaupun aku sekarang tengah membuka papan antar muka itu. Aku mencoba mengotak atik papan antar muka itu, namun tidak ada yang berhasil dan hanya bertuliskan misi yang kuterima saja, yaitu masuk ke Akademi Sepakbola.
[Misi Masuk Akademi Sepakbola]
[Ketentuan: Harus berhasil lolos seleksi dan diterima masuk Akademi Sepakbola yang dituju]
[Hadiah: Kartu Sepakbola Grade C]
[Hukuman: Jika gagal maka Sistem Sepakbola akan hilang selamanya]
Aku masih tidak mengerti tentang misi itu dan juga apa itu Kartu Sepakbola? Aku ingin mencari tahu hal itu namun tidak ada yang kutemui lagi selain deskripsi misi yang ku miliki. Dan sistem? Apa itu sistem? Apa aku mendapatkan sebuah sistem super seperti di dalam novel fantasi yang sering dibaca oleh temanku itu? Aku setengah percaya, namun aku sadar kalau ini adalah kenyataan yang nyata.
Tidak ada pilihan lain selain mengikuti perjudian itu, aku akan mencoba mendaftar di Akademi Sepakbola. Aku sudah ingin sekali bermain bola semenjak dulu dan aku akan bertaruh apakah aku bisa masuk atau tidak.
Karena memikirkan yang tidak-tidak, aku bahkan tidak sadar kalau sudah sampai di depan rumahku sendiri. Aku mengetuk pintu dan melepas sepatu di depan teras, lalu berteriak. "Aku pulang bawa Rawon!"
Dari dalam, aku mendengar langkah kaki berderap. Itu adalah adikku Keisha yang berlari setelah mendengar suaraku di depan pintu.
"Abang sudah balik?" Basa-basinya, namun tangannya sudah mengambil rawon yang ada di tangan kananku.
"Itu di panasin dulu! Dan juga tunggu mama datang lebih dulu"
"Iya siap abang!" Keisha kembali masuk ke dalam dengan cepat, ia memanaskan rawon pemberian ayahnya Melani.
Aku juga cepat-cepat masuk ke kamar, ganti baju dan mandi. Aku mencoba menutupi luka lebam ku ini, karena bisa-bisa Keisha dan ibu akan khawatir jika melihatnya. Terlebih, aku tidak ingin Keisha yang melihat karena ia akan menjadi terlalu protektif pada diriku.
Tetapi walaupun ku coba tutupi seperti apapun, insting ibu dan Keisha benar-benar tidak bisa diragukan. Berawal dari Keisha yang hendak membersihkan nasi di pipiku dan berakhir menyentuh luka lebam ku dan pada akhirnya ia terus mengomel sepanjang makan malam.
Ibu tidak terlalu banyak bicara, ia hanya mengingatkan ku untuk lebih berhati-hati lain kali, karena aku hanya bilang kalau aku terbentur tiang listrik pada saat pulang dari sekolah.
Aku menunggu sampai Keisha pergi tidur terlebih dahulu, karena ada suatu hal yang ingin ku sampaikan pada ibu terlebih dahulu sebelum aku tidur.
"Ma!" ujarku dengan pelan begitu situasi sudah cukup oke.
"Ada apa nak?"
"Ada yang Rizaldi mau sampaikan sama mama"
Ibu diam sambil mengawasi ku, mungkin ibu saat ini sedang berpikir apa yang terjadi pada diriku sampai harus seperti ini.
Aku mengumpulkan keberanian dan menarik nafas panjang sebelum berucap. "Rizaldi ingin masuk Akademi Sepakbola ma. Rizaldi ingin jadi pemain sepakbola!" Itulah yang ingin ku sampaikan dan setelah berhasil tersampaikan aku pun langsung menarik nafas lega, seperti sudah tercabut beban.
Ibu kembali diam saja, namun kali ini terlihat senyuman manis di wajahnya yang tak kalah manis itu. Dengan cahaya lampu yang sedikit redup, menambahkan kesan magis senyuman itu, senyuman sejuta makna bagiku.
"Jika itu maunya si Izal, mama akan dukung selalu. Sudah ada nama Akademi mana yang mau Izal masuk?" Sederhana saja ucapannya namun begitu berarti untukku.
Aku ingin menangis saat itu namun ku tahan, aku menggeleng karena memang masih belum kepikiran tentang Akademi mana yang nantinya ku pilih.
Karena masih ada waktu selama 1 bulan, aku pun akan mencoba memilih-milih terlebih dahulu Akademi mana yang akan kupilih nantinya, namun mungkin aku akan memilih Akademi Sepakbola yang masih dekat dengan rumahku saja karena masalah waktu dan transportasi.
Ada beberapa Akademi Sepakbola di kawasan Distrik Pengambangan tempat aku tinggal, yaitu Akademi Sepakbola Pengambangan United, ASPAS Akademi dan yang paling terkenal di Pengambangan yaitu Akademi Sepakbola Pengambangan Cananga.
Karena permintaan ku sudah dipenuhi dan direstui oleh ibu, aku pun mencium pipi ibu sebagai tanda terima kasih dan lalu pergi ke kamar untuk segera tidur. Sebelum aku memejamkan mata, suara ding seperti suara bel berbunyi kembali terdengar di kepalaku dan sedikit membuatku pusing. Aku kembali mendapatkan sebuah misi, namun kali ini adalah misi harian yang harus aku selesaikan setiap harinya.
[Misi Harian]
[Lari 1km selama 2 minggu]
[Push up 100x selama 2 minggu]
[Sit up 100x selama 2 minggu]
[Lompat tali 20 menit selama 2 minggu]
[Reward: poin alokasi tambahan sebanyak 2 poin]
[Hukuman: Jika gagal maka penggunaan sistem akan dihentikan selama 2 minggu]
Misi apa lagi ini? Apakah misi ini terlihat masuk akal bagi diriku? Bagiku, ini adalah menu latihan seekor binatang buas, namun aku akan menerimanya bagaimanapun caranya untuk merubah keadaanku yang mengenaskan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Lari Ada Wibu
hmm bau bau ntar🗿
2022-12-30
0
March
kalau gitu jangan misi harian buat tapi misi mingguan atau misi setiap minggunya
2022-09-05
0
Äï
ini mah bkn misi harian cok klo misi harian yg cuma 1h dan setiap hari ada
2022-08-29
5