Tidak terasa sudah hampir satu minggu aku sudah bersekolah di SMA 1 Pengambangan. Sudah cukup banyak hal yang aku lalui di sekolah, mulai dari pelajaran yang bisa membuat pusing kepala hingga kelakuan teman-teman sekelas ku yang sangat absurd sekali.
Aku cukup diterima di lingkungan baru ini, selain Derry dan Salma aku juga berteman dengan teman-teman yang lain, namun hanya dua itu yang sering menghabiskan waktu denganku. Terlebih untuk Salma, karena kami selalu membawa bekal ke sekolah maka kami selalu makan bekal bersama dan kadang aku harus membantu Salma untuk menghabiskan bekalnya sendiri.
Kini aku juga mulai kepikiran akan ikut klub apa jika nantinya aku benar-benar tidak lolos seleksi dan karena terlalu sibuk memikirkan hal itu, aku sampai tidak melihat sebuah penghapus papan tulis yang melayang terbang ke arahku.
"Rizaldi menyingkir!" teman-temanku mencoba memperingati ku namun sudah terlambat, wajahku sudah menghitam karena kena penghapus papan tulis.
Mereka menertawakan ku dan aku hanya tersenyum saja, aku lantas keluar pergi ke wastafel terdekat untuk menghapus noda hitam yang ada di wajahku ini. Ku biarkan air dingin itu menyentuh kulit dan membasuh pori-pori ku hingga bersih, lalu setelahnya aku hendak kembali ke kelas dengan wajah yang masih basah.
Namun ternyata sudah ada Salma yang menungguku untuk berbalik badan, aku selalu terkejut dengan kemampuannya ini. Aku bahkan sempat berpikir kalau Salma pernah belajar teknik beladiri dari seorang ninja dan akhirnya mengaplikasikan ajarannya di malam hari dengan identitas yang berbeda, ah lupakan saja itu hanyalah bayangan tidak jelas ku saja.
Tanpa bersuara banyak, Salma memberikan sebuah handuk kecil padaku untuk menyapu wajahku yang masih basah, aku terima tawarannya itu dengan senang hati. "Maaf!" ujarku dulu sebelum menggunakan handuk kecil itu.
"Jangan sungkan" dia balas singkat, dan lebih menyodorkan handuk kecil itu padaku.
Ku terima dengan senang hati, aku menyapu setiap inci wajahku dengan handuk yang lembut dan juga harum, harumnya sama dengan harum tubuhnya Salma setiap kali dia mendekatkan tubuh padaku entah saat kami ngobrol ataupun saat dia bertanya pelajaran yang ia tidak mengerti padaku.
Wanginya seperti wangi bunga lily lembah, sangat anggun dan mempesona. Cocok sekali dengan kepribadiannya yang anggun dan mempesona, walaupun kadang dia juga sering bertingkah aneh untuk membuatku kesal, namun itulah yang aku suka dengan dirinya. Tetapi bukan suka karena cinta, ini hanya sebatas suka berteman dengannya.
Namun kalau boleh aku mengutarakan perasaan ku yang sebenarnya, kadang ada gejolak yang tidak ku mengerti apa itu setiap aku bersama dengan Salma, walaupun itu hanya ngobrol seperti biasanya. Aku yang belum pernah merasakan apa itu jadi sedikit kebingungan dengan perasaan aneh ini, namun aku berusaha untuk mengabaikannya untuk saat ini.
"Habis ini kita ada pelajaran olahraga kan?" Aku mencoba mencari topik pembicaraan karena sudah beberapa saat keheningan menyerang kami berdua dan situasi itu sangatlah menyiksa.
"Iya, hari ini kita bakalan belajar olahraga apa ya"
"Kalau bisa memilih, Salma bakalan milih olahraga apa?"
"Aku? Kalo aku mungkin ingin main bola"
"Bola?" Aku sedikit keheranan dengan jawaban dari Salma. Sebenarnya tidak ada yang salah dari jawabannya, dijaman sekarang ini sudah banyak para pesepakbola wanita dan mereka juga tidak kalah hebat dari pesepakbola pria. Aku hanya tidak menyangka akan keluar kata sepak bola dari mulutnya yang mungil itu."Rizaldi suka bola tidak?" tanyanya padaku.
Aku ingin menjawab 'suka sekali!' dengan suara yang tegas seperti tentara dan meneriakkan nama pemain yang kusukai dan ku jadikan panutan yaitu Ward Prowse. Namun aku urungkan itu karena aku sadar, Salma tidak akan mengerti dan lebih baik aku menjawab seadanya saja. "Ya suka" seperti itulah.
Salma mengangguk pelan menanggapi, dia terlihat ingin mengucapkan sesuatu lagi namun sudah keduluan bel tanda pelajaran selanjutnya berbunyi. Wajahnya terlihat kesal karena di sela bunyi bel, aku hanya bisa tertawa.
"Sudahlah tidak usah cemberut begitu" ujarku. "Kita masih bisa ngobrol sambil berjalan ke kelas kan"
Dia masih saja cemberut namun dia sepertinya mengikuti apa yang ku ucapkan tadi. Kami berdua pun akhirnya pergi ke kelas karena pelajaran kami selanjutnya adalah pelajaran olahraga sehingga kami harus kembali ke kelas untuk mengambil pakaian olahraga kami.
Saat kami sampai ke kelas, tidak ada anak-anak yang lain tersisa, kurasa mereka sudah di lapangan lebih dulu.
Karena hal itu, aku lebih memilih untuk ganti baju di dalam kelas saja daripada harus pergi ke wc lagi. Aku melepas semua seragam ku tanpa tau malu, padahal tanpa kusadari masih ada Salma yang ternyata tetap di kelas dan tidak pergi ke kamar mandi untuk berganti baju.
Aku tidak terlalu malu karena masih memakai celana bola dan cepat-cepat menarik celana olahraga ku dan memakai bajunya, setelahnya lalu aku menanyakan kenapa Salma masih saja di kelas.
"Aku malas pergi ke kamar mandi, aku mau ganti baju di sini saja" Sebuah pernyataan yang bisa saja membuat telinga orang langsung tertuju dan terfokus ke satu titik. Aku langsung saja memprotes hal itu dan tetap menyuruh Salma agar mau pergi ke kamar mandi saja, namun ria tetap kukuh dengan pendiriannya.
"Aku ganti baju di belakang situ, Rizaldi tutupi aku pakai tubuhmu tapi jangan melihat ke belakang ya" Salma memerintah dan aku tidak bisa berkomentar apa-apa lagi.
Aku menuruti apa yang dikatakan oleh Salma, aku membelakangi Salma untuk menutupi tubuhnya, takut kalau ada orang yang tiba-tiba masuk ke kelas dan menemukan pemandangan yang sangat membingungkan ini. Aku berusaha agar tidak berpaling walaupun ada dorongan yang sangat kuat mempengaruhi ku, dan aku dikejutkan dengan cubitan dari Salma. Ternyata dia sudah selesai berganti baju.
"Kamu ngintip kan?" Salma menanyakan hal yang jelas sudah jawabannya, tentu saja tidak! Walaupun aku mengakui, sudut mata ku sempat menangkap ada aset yang cukup besar dimiliki oleh Salma.
Salma mengetahui pikiranku seperti cenayang tingkat supreme. Dia langsung menarik hidungku yang cukup mancung ini ke atas, rasanya sakit sekali. "Rizaldi Fatah cabul!" ucapnya lalu dia pergi meninggalkan ku untuk pergi ke lapangan.
Aku pun mengikuti langkahnya di belakang, sambil mengelus-elus hidungku yang habis ditarik oleh Salma tadi. Walaupun dia melakukan hal itu tetapi entah kenapa aku cukup senang dengan sifat berbeda yang ditunjukkan oleh Salma padaku hari ini, dia bahkan tersenyum ke arahku saat di dekat pintu arah menuju lapangan.
Tanpa aku sadari, kejadian hari itu adalah satu langkah untuk membentuk ikatan kami yang lebih kuat lagi di masa depan dan kejadian ini akan selalu ku ingat sampai di hari di mana aku akan melupakan semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
ucup
jangan bilang nanti MC nya hilang ingatan
2025-01-28
0
Egaega
Woman ☕, padahal dia yang ngelakuin itu tapi malah nyalahin laki²
2022-12-04
4
Hoodwink master
Aha Ninja!
2022-09-01
0