Entah mengapa, setiap bunga Camelia Pink bermekaran, maka tahun pelajaran baru juga dimulai. Setiap kali aku masuk ke sekolah baru, ataupun masuk kelas yang baru maka aku akan selalu melihat bunga dari keluarga Theaceae itu.
Sama seperti sekarang, aku memulai tahun pertamaku sebagai anak SMA. Seperti yang pernah aku bilang sebelumnya, aku masuk ke SMA 1 Pengambangan karena sekolah itu cukup dekat dengan rumahku.
Berbeda saat di SMP yang membuat ku harus naik bis karena perjalanan yang cukup jauh, kini aku bisa jalan kaki santai ke sekolah tanpa takut terlambat karena jalanan yang macet ataupun ketinggalan bis.
Aku berjalan dengan santai menuju ke sekolah, perasaan euforia yang aku alami semalam masih terasa dan membekas di dalam jiwa. Blazer sekolah yang berwarna putih dengan aksen kuning milikku berkibar akibat tertiup angin pagi yang sejuk, sambil ku perhatikan banyaknya orang lalu lalang, hilir mudik menuju tempat kerja maupun sekolah sama seperti diriku.
Hanya perlu kurang dari 10 menitan dari rumah, aku sudah sampai ke sekolah. Sudah banyak murid lain yang juga sampai di sekolah, beberapa dewan guru juga ku lihat sedang menunggu kedatangan para murid-murid di depan gerbang sekolah.
Beberapa diantara mereka ada yang bersepeda ke sekolah, ada yang jalan kaki sama sepertiku, ada pula yang bawa sepeda motor sendiri dan ada pula yang diantar dengan mobil. Tentu saja itu hanya berlaku untuk beberapa orang saja.
Aku tidaklah iri dengan mereka, aku hanya suka mengamati jadi pemandangan seperti itu tidak akan membuatku iri sama sekali, aku sadar dengan kekurangan diriku sendiri dan tidak ingin membodohi diriku sendiri dengan berlagak menjadi orang lain.
Aku memberikan salam kepada dewan guru yang berdiri di dekat gerbang sekolah, setelahnya aku hendak segera masuk dan mencari di mana kelasku berada.
Namun sebelum aku melakukan itu, terjadi suatu kehebohan di depan gerbang, lebih tepatnya saat masuk ke halaman sekolah. Ada seorang murid yang datang ke sekolah dengan membawa sepeda motor yang agak lain.
Suara motor itu sangat keras, sampai jadi tontonan satu sekolah. Bodinya juga besar sekali dan orang yang menaikinya seakan jadi sangat kecil. Itu adalah motor gede buatan Amerika, Harley Davidson CVO Street Glide! Kalian tau berapa harga motor itu? 1,4 Miliar Rupiah!
Aku menerka-nerka siapakah konglomerat yang mempunyai motor seharga harga diri ku itu? Saat dia melepaskan helm, terlihat seorang pria tampan dengan dandanan yang berkelas sekali. Aku tahu orang itu, aku tidak mengira dia bakalan membuat heboh di hari pertama masuk sekolah.
"Hei hei, siapa pria tampan itu?"
"Dia murid baru kah?"
"Aku ingin naik motor itu berdua dengannya" Begitulah komentar para perempuan setelah melihat siapa orang di balik keributan itu, aku tidak mau terjerat dengan kasus apapun sehingga aku mencoba untuk mengabaikannya.
"Oi sobat kau kah itu! Oi!" Sialan, dia malah berteriak ke arahku.
Aku mempercepat langkah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, tetapi anak bos konglomerat itu berhasil mengejarku dan menghadangku untuk pergi lebih jauh. "Jahat sekali kau sobat sampai mau kabur seperti itu, bukannya kita ini sahabat bukan?" ujarnya.
"Siapa ya?" Aku berlagak pura-pura tidak tahu dan tidak kenal sosoknya.
"Ah kau jahat sekali Rizaldi!" Dia terlihat kesal dengan sikapku, sikapnya yang begitu membuat ku tertawa karena tidak tahan melihatnya.
Laki-laki ini adalah Derry, aku tidak menyangka dia bakalan membuat heboh satu sekolah di hari pertama masuk sekolah. Aku dan Derry pun masuk ke lingkungan sekolah, kami mencari di kelas mana kami akan masuk.
SMA 1 memiliki 6 kelas di tiap tingkatannya, dimulai dari A-F. Kelas 10 alias kelas tingkat pertama di SMA berada di lantai bawah. Kami mencari nama kami berdua di kertas tempelan yang ada di tiap kelas 10 dan kami menemukannya. Aku dan Derry satu kelas di 10-C.
Saat kami masuk ke kelas sudah banyak murid yang lain di dalam kelas, banyak juga kursi yang sudah diisi dan kursi bagian depan sudah sold out semua. Padahal kursi barisan depan adalah tempat favorit ku.
"Aku duduk di bagian belakang aja" Derry sudah menentukan dimana dia akan berlabuh dan aku masih saja termenung memikirkan kursi barisan depan yang sudah sold out.
Lalu mataku tertuju di kursi bagian tengah, namun posisinya dekat sekali dengan jendela yang menghadap ke luar. Aku langsung memilih tempat itu, karena aku bisa tenang belajar sambil rileksasi merasakan angin sepoi-sepoi.
"Belum ada yang duduk di sini kan?" Aku mencoba bertanya pada orang yang sudah duduk di samping tempat yang ingin ku pilih.
Dia masih sibuk dengan bukunya, aku rasa dia tipikal anak yang suka membaca.Setelah matanya cukup lelah, dia mulai mengalihkan pandangannya ke arah ku yang sedari tadi menunggu seperti berang-berang yang sedang berdiri.
Begitu dia menatap ke arahku, aku bisa langsung merasakan harum khas perempuan yang menyerbak keluar dari tubuhnya, wajahnya putih bersih seperti selalu terkena air, matanya indah berwarna coklat kehijauan. Dia seperti seorang artis-artis yang sering aku lihat di tv, auranya juga menunjukkan demikian.
"Tidak ada, disitu kosong kalau mau duduk silakan saja aku tidak masalah" ucapnya dengan lembut sekali.
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, aku tidak punya riwayat berbicara terlalu lama dengan perempuan sebelumnya. Jadi aku hanya mengangguk pelan sebagai bentuk terima kasihku.
Aku segera duduk untuk menutupi rasa gugup ini, selain itu alasan aku langsung duduk adalah karena perempuan tadi masih saja menatap ke arahku sampai sekarang. Aku melakukan segala cara agar perempuan itu tidak memperhatikan aku lagi. Aku berpura-pura bersiul, memutar-mutar pulpen, sampai berpura-pura menjadi sebuah robot. Namun sepertinya hal yang ku lakukan malah semakin membuat perempuan itu semakin memperhatikanku, akhirnya aku menyerah dan menatap ke arahnya.
"Ada apa? Apa aku ada salah?" ujarku dengan perasaan yang bimbang.
"Apa kita pernah ketemu sebelumnya?"
"Sepertinya tidak" ucapku yang saat ini malah kebingungan.
"Oh begitukah, wajahmu begitu familiar. Namaku Salma Vinola" Perempuan itu mengeluarkan tangannya yang juga seputih salju itu.
Aku ragu, apakah dia mau menerima jabat tangan dariku atau ini hanyalah tipu dayanya agar aku terlihat bodoh. Aku terdiam sejenak, namun dia tetap saja mengulurkan tangannya dan akhirnya membuat ku menerima jabat tangan itu.
"Aku Rizaldi Fatah" ucapku sambil merasakan betapa halus kulitnya yang menyelimuti lengan mungilnya.
Kulitnya halus sekali bagai sutra, sampai membuatku lupa kalau aku terlalu lama memegang tangannya dan itu membuatku cukup malu, aku langsung menarik tangan dan kembali menatap keluar jendela lepas.
Setelahnya bel tanda masuk pun berbunyi. Beberapa saat kemudian ada guru yang masuk ke dalam kelas dan menyuruh kami untuk memperkenalkan diri satu per satu, tentu saja pada saat bagian Derry memperkenalkan diri semua mata perempuan tertuju kepadanya dan Derry memecahkan rekor untuk perkenalan terlama hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Vinnie Alder
Kursi MC
2023-05-23
0
Hoodwink master
anjay glimpse if us wkk
2022-09-01
1
Hoodwink master
siapa?
2022-09-01
0