Episode 14: Kabar Yang Dinanti

Tidak terasa, bel tanda berakhirnya seluruh pelajaran sudah berbunyi keras sekali. Semua murid merapikan peralatan mereka, bersiap untuk pergi pulang ke rumah ataupun untuk mengikuti kegiatan klub hingga sore hari.

Begitu pula aku, namun aku tidak memiliki kegiatan klub seperti anak-anak yang lain jadi aku lebih memilih untuk pulang saja, setelah ini juga aku harus bekerja di toko Melani.

"Hei sobat, hei Salma. Aku pulang duluan ya" Derry berjalan cepat seperti orang yang sedang mengejar bis, aku bahkan tidak sempat menanggapi ucapan dari Derry tadi.

"Mau ke mana Derry buru-buru begitu, macam orang yang mau ketinggalan pesawat aja"

"Aku juga tidak tau, bisa saja dia harus dirumah sebelum mama dan ayahnya ada dirumah" ucapku setengah bercanda, dan Salma sedikit geli dengan candaanku tadi.

Lalu kami pun berjalan ke luar kelas, menuju halaman depan sekolah. Seperti biasanya, Salma akan menunggu jemputannya terlebih dahulu jadi aku akan menemani Salma sampai dia dijemput. Biasanya Salma dijemput oleh supir pribadi keluarganya, ya Salma salah satu anak konglomerat yang ku kenal di sekolah ini selain Derry.

Jika Derry punya motor gede yang harganya selangit, Salma memiliki harta yang tidak kalah mahal. Mobil yang jadi kenderaan antar jemputnya itu mempunyai harga yang juga sangat mahal, di atas 600 juta. Berteman dengan mereka kadang membuatku sedikit merasakan tekanan batin, namun untungnya mereka tidak pernah mempermasalahkan hal itu padaku dan benar-benar tulus mau berteman denganku tanpa memandang statusku yang hanya anak kampung biasa hehe.

"Hari ini kamu ada jadwal kerja sambilan kan? Kamu duluan saja Rizaldi"

"Tidak santai saja! Biasanya aku juga datangnya tepat waktu kok"

Kami pun melanjutkan penantian di depan gerbang sekolah sambil saling bercerita, kebanyakan Salma yang bercerita tentang dirinya dan aku hanya diam menjadi seorang pendengar yang baik.

Tidak seperti diriku, ternyata Salma adalah anak tunggal di keluarganya jadi kadang dia sedikit merasa jengkel bila harus diperlakukan seperti tuan putri kerajaan. Umurnya juga lebih muda dariku, walaupun kami satu angkatan namun sebenarnya di umur 5 tahun sudah masuk sekolah dasar makanya bisa satu angkatan denganku.

"Kamu punya adik perempuan kan Rizaldi?" Kata Salma sambil menatap ke arah mataku dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Ya" ujarku singkat. "Keisha namanya, sekarang dia udah SMP kelas 8. Kenapa Salma bertanya begitu?"

Kulihat Salma menghela nafas sejenak, hidungnya jadi kembang kempis yang membuatku rasanya ingin memencet hidungnya yang pesek itu. Dia sedikit terlihat gelisah, seperti ada kabut tebal yang menutupi pikirannya. "Aku hanya ingin tahu rasanya punya seorang kakak yang bisa diandalkan, karena aku anak tunggal jadi itu selalu membuatku kepikiran"

Salma melanjutkan ucapannya. "Enak ya jadi Keisha, dia punya kakak yang bisa diandalkan seperti mu Rizaldi" Salma berhenti bicara tepat saat angin sedikit berhembus lebih kencang, menerbangkan beberapa bunga-bunga kecil yang bermekaran, seperti mekarnya senyuman di wajah Salma.

Aku tidak sanggup berkata-kata lagi, senyuman manisnya benar-benar telah memukul ku dengan telak dan membuatku jatuh tersungkur, tinggal menunggu wasit menghitung dari satu hingga sepuluh dan aku akan benar-benar kalah. Salma benar-benar curang, dia adalah orang yang paling curang yang pernah aku temui.

Tidak berselang lama, mobil jemputan Salma pun datang. Seorang pria paruh baya keluar dan membukakan pintu mobil untuk Salma, benar-benar potret putri kerajaan. Sebelum masuk ke dalam mobil, Salma masih sempat untuk menatap ke arahku dan berpamitan. "Aku duluan" ujarnya sambil melambaikan tangannya yang kulitnya halus dan lembut itu.

Aku mengangguk pelan, lalu mataku melihat cepatnya mobil itu berlalu hingga mataku sudah tidak sanggup untuk mengikuti mobil itu lagi, setelahnya aku pun juga pergi bekerja ke toko.

Sesampainya aku di toko, aku sudah disambut dengan wajah masam dari Melani. Aku tidak tahu apa yang membuatnya seperti itu, namun dari pengalamanku kalau dia sudah begitu, dia sama mengerikannya dengan beruang yang sedang melindungi anaknya. Dia tidak bisa diganggu ataupun diajak bicara jika sudah begini.

Aku pun tidak berniat menganggunya, setelah berganti baju aku langsung saja memulai pekerjaanku, namun sepertinya Melani sudah menungguku keluar dari loker dan ingin menemuiku. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan dari ku, namun sepertinya aku bisa mencium bau-bau kekejaman darinya.

"Hei Rizali!" ucap Melani dengan nada suara seperti seorang bandit yang tengah mengancam korbannya.

Tentu saja aku ketakutan, wajahnya sangat mengerikan kali ini. Aku bahkan baru kali ini melihat wajahnya yang seperti ini, biasanya juga menyeramkan namun tidak seperti kali ini.

"Aku terlambat lima menit kan?" ujar ku mencoba mencari tahu, kesalahan apa yang sudah ku lakukan sampai membuat suasana hati Melani jadi seperti itu.

Tetapi dia menggeleng, sepertinya bukan itu yang membuatnya marah. Lantas apa yang membuatnya seperti itu? Aku sudah kebingungan mencari kesalahanku sendiri.

"Kau tidak tahu kesalahanmu sendiri?" ucapnya lagi, kali ini suaranya tambah ditekan.

Aku semakin ketakutan dan hanya bisa menggelengkan kepala saja. Aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya aku lakukan sampai Melani semarah itu.

"Oh jadi kau tidak tahu ya? Bagaimana dengan perempuan yang kau ajak bicara sore tadi? Sepertinya kalian lagi membahas hal yang penting sampai serius seperti itu"

Untuk sesaat aku kebingungan dengan apa yang diucapkan oleh Melani, dan setelahnya aku terkejut Melani bisa mengetahui kejadian itu. Aku menduga sebelum dia pulang kerumah, dia membuntutiku tanpa sepengetahuan diriku, dasar penguntit!

Aku lupa menjelaskannya, Melani juga bersekolah yang sama dengan ku yaitu SMA 1 Pengambangan. Dia hanya beda kelas dengan diriku, kalau aku di 10-C sedangkan Melani di 10-A. Aku tidak tahu mengapa Melani lebih memilih SMA 1 Pengambangan, karena dia juga ditawari oleh beberapa sekolah swasta yang terkenal karena nilai ujiannya yang cukup tinggi.

"Oh jadi kau ingin bilang kalau kau tidak tahu apa-apa ya Rizaldi Fatah!"

"Aku benar-benar tidak tahu apa-apa, aku hanya ngobrol biasa dengannya, tidak ada salahnya kan ngobrol dengan teman?" Aku benar-benar gagal paham dengan pikiran Melani saat ini, dia menyalahkanku karena ngobrol dengan Salma pada saat menunggu jemputannya tadi, dan bagiku itu tidak masuk akal.

Kami terus beradu argumen, mempeributkan hal yang sangat tidak penting sama sekali, lima belas menit lewat kami beradu argumen dan tetap tidak ada titik terang diantara kami berdua. Ayah Melani pun sampai kebingungan dengan kami dan cuma bisa melakukan hal yang sering beliau lakukan yaitu menggelengkan kepala dan membiarkan hal itu berlalu.

Jam kerjaku pun sudah berlalu, masih ada waktu beberapa jam sebelum aku pulang kerumah dan aku manfaatkan untuk latihan seperti biasanya. Selain melatih fisik, aku juga berlatih menendang bola untuk meningkatkan akurasi tendanganku. Pertandingan melawan Derry hari ini membuatku tersadar akan kekuranganku yang paling mendasar, yaitu aku sama sekali tidak tahu hal-hal dasar dari sepakbola.

Aku cuma tahu teorinya saja, namun minim pengalaman. Ada seorang ahli pernah berkata kalau teori tanpa pengalaman itu mustahil, dan pengalaman tanpa teori adalah kesalahan. Poin statusku juga tidak banyak meningkat lagi setelah menu latihan yang seperti biasanya, mungkin pada saat aku benar-benar diterima di akademi, menu latihan di sana bisa lebih meningkatkan statusku.

Aku kembali melihat misi yang pertama kali di berikan oleh sistem, misi yang sebelumnya aku kira akan menjadi misi yang mustahil ku lakukan, namun sepertinya masih ada harapan untuk aku.

[Misi Masuk Akademi Sepakbola]

[Ketentuan: Harus berhasil lolos seleksi dan diterima masuk Akademi Sepakbola yang dituju]

[Hadiah: Kartu Sepakbola Grade C]

[Hukuman: Jika gagal maka Sistem Sepakbola akan hilang selamanya]

Sambil melihat-lihat misi pikiran ku pun mulai melayang-layang, membayangkan apa yang akan aku lakukan jika aku gagal dalam seleksi dan kehilangan sistem yang masih belum ku ketahui lebih banyak ini?

Ah memikirkan hal itu hanya akan membuatku sakit kepala, aku pun lebih memilih untuk pulang karena hari yang sudah cukup larut.

"Aku pulang!" ucapku saat masuk ke dalam rumah, tidak ada yang menyahut ataupun membalas ucapanku, ini tidak seperti biasanya.

Aku terus masuk ke dalam, menemukan adik dan ibuku yang sedang duduk di meja makan saling pandang tanpa suara dan tenpa ditemani makanan apapun di atas meja. Aku pun kebingungan dengan hal itu dan mencoba untuk bertanya kepada mereka, namun ternyata ada amplop surat berwarna coklat di atas meja, aku tidak tahu apa itu namun sepertinya amplop itulah yang menyebabkan kedinginan ini.

Aku langsung mengambil amplop surat itu, di atasnya ada tulisan namaku Rizaldi Fatah yang tertulis dengan jelas sekali, aku merasa seperti seorang artis yang baru saja dapat surat dari seorang penggemar.

Aku langsung membuka amplop surat itu dengan semangat, lalu menemukan sebuah surat yang memiliki lambang klub Pengambangan Cananga di atasnya. Dengan tangan yang gemetaran aku membaca isi surat itu secara pelan-pelan.

Setelah membaca dan mengetahui isi surat itu aku langsung terduduk lemas di dekat ibu dan keisha, mereka berdua juga menghampiriku dan memelukku sambil terharu. Aku masih tidak bisa berpikir dengan jernih dan seakan isi kepala ku kosong begitu saja, sampai pada akhirnya aku ikut memeluk mereka sambil sedikit menangis, tangisan kebahagiaan yang muncul setelah membaca surat tadi.

"Selamat Izal selamat!"

"Keisha sebenarnya tidak ingin ini, tapi Keisha ingin bilang selamat untuk abang!"

Itulah yang mereka ucapkan, aku pun sangat berterima kasih pada mereka berdua walaupun hanya ku ucapkan di dalam hati.

Di saat aku sedang menikmati momen ini, suara sistem berbunyi di dalam kepalaku dan ku abaikan saja karena aku tahu itu adalah pemberitahuan tentang misi ku yang sudah selesai dengan benar.

[Misi Masuk Akademi Sepakbola Sukses!]

[Mendapatkan: Kartu Sepakbola Grade C]

Terpopuler

Comments

Screat

Screat

si Rizal ini malah Gapeka haduh😂, sabar melan emang gitu cowok mah gapernah peka walaupun udah di kasi kode

2022-11-08

0

Panggil Saya Boss

Panggil Saya Boss

tsundere

2022-10-05

1

Hoodwink master

Hoodwink master

terhalang dinding pemisah kelas

2022-09-01

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Kesialan Yang Juga Keberuntungan
2 Episode 2: Misi Harian Pertama
3 Episode 3: Misi Pelatihan Masuk Akademi
4 Episode 4: Latihan Lagi
5 Episode 5: Teman Baru
6 Episode 6: Seleksi Akademi Sepakbola Pengambangan Cananga Dimulai
7 Episode 7: Hari Seleksi (Bagian 1)
8 Episode 8: Hari Seleksi (Bagian 2)
9 Episode 9: Hari Seleksi (Bagian Akhir)
10 Episode 10: Tahun Ajaran Baru
11 Episode 11: Kehidupan di Sekolah
12 Episode 12: Kehidupan di Sekolah (Bagian 2)
13 Episode 13: Kehidupan di Sekolah (Bagian Akhir)
14 Episode 14: Kabar Yang Dinanti
15 Episode 15: Pemain Hebat
16 Episode 16: Latihan Perdana
17 Episode 17: Minigame
18 Episode 18: Babak Kedua
19 Episode 19: Latihan Sebelum Pertandingan Persahabatan
20 Episode 20 : Sebelum Pertandingan
21 Episode 21: Orang Dari Masa Lalu
22 Episode 22: Versus Sugar Crossed FC
23 Episode 23: Serangan Penghabisan di Ujung Babak Kedua
24 Episode 24: Bangkit
25 Episode 25: Memulai Dari Awal
26 Episode 26: Kehidupan Sekolah
27 Episode 27: Playmaker
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Chapter 31: Menjawab Keraguan
32 Chapter 32: Melewati Halang Rintang
33 Chapter 33: Terbayarkan
34 Chapter 34: Bola Mati
35 Chapter 35: Rapat Evaluasi
36 Chapter 36: Penilaian
37 Chapter 37: Membayar Semuanya
38 Chapter 38: Masuk Tim-A
39 Chapter 39: Latihan Perdana Dengan Tim-A
40 Chapter 40: 5 vs 5
41 Chapter 41: Malam Jatuh
42 Chapter 42: Hari Debut?
43 Chapter 43: Debut Si Pemain Nomor 10 di Tim-A
44 Chapter 44: Laga Debut
45 Chapter 45: After Match
46 Chapter 46: 5 Tombak Buceros
47 Chapter 47: Persiapan Melawan Buceros FC
48 Chapter 48: Suntikan Semangat
49 Chapter 49: Trequarista
50 Chapter 50: Latihan Terakhir Sebelum Matchday
51 Chapter 51: Pertemuan Tidak Terduga
52 Chapter 52: Versus Buceros
53 Chapter 53: Babak Kedua Yang Menentukan
54 Chapter 54: Menit Terakhir
55 Chapter 55: Terus Melangkah
56 Chapter 56: Lingkaran Kecil
57 Chapter 57: Mengikuti Lingkaran
58 Chapter 58: Waktu
59 Chapter 59: Hasil Drawing
60 Chapter 60: Mendalami Peran
61 Chapter 61: Mendapatkan Restu
62 Chapter 62: Walaupun Sebentar Tetapi Aku Pasti Merindukanmu
63 Chapter 63: Hal Yang Dirasa Sulit
64 Chapter 64: Menghabiskan Hari
65 Chapter 65: Pergi
66 Chapter 66: Jakarta Hari Ini
67 Chapter 67: Latihan Sore
68 Chapter 68: Jayapura Black Diamond FC
69 Chapter 69: Fase Gugur Mereka
70 Chapter 70: Versus Jayapura Black Diamond FC
71 Chapter 71: Versus Jayapura Black Diamond (2)
72 Chapter 72: Versus Jayapura Black Diamond (3)
73 Chapter 73: Versus Jayapura Black Diamond (4)
74 Chapter 74: Versus Jayapura Black Diamond (Bagian Akhir)
75 Chapter 75: Kemenangan Yang Sulit
76 Chapter 76: Perspektif Yang Baru
77 Chapter 77: Sugar Crossed FC versus Medan United
78 Chapter 78: Laga Selanjutnya
79 Chapter 79: Persiapan Menjelang 16 Besar
80 Chapter 80: Jaksel Yankees
81 Chapter 81: Kompetisi Yang Aneh
82 Chapter 82: Nomor 16
83 Chapter 83: Yang Lolos Ke Perempat Final
84 Chapter 84: Training Day
85 Chapter 85: Matchday Pengambangan Cananga Youth vs Surabaya Force Warlord FC
86 Chapter 86: Penyusunan Rencana
87 Chapter 87: Babak Kedua
88 Chapter 88: Gol Penentu
89 Chapter 89: Pertandingan Yang Lain
90 Chapter 90: Duo Marukawa-Yoga
91 Chapter 91: Madura Umisale FC vs Batavia Fort FC
92 Chapter 92: Semi-final
93 Chapter 93: Laga Klasik
94 Chapter 94: Persiapan Diri
95 Chapter 95: Laga Semifinal Pertama
96 Chapter 96: Sang Pemenang
97 Chapter 97: Perasaan Yang Belum Terpenuhi
98 Chapter 98: Duel Panas
99 Chapter 99: First-Half
100 Chapter 100: Gol Kedua
101 Chapter 101: Rencana di Babak Kedua
102 Chapter 102: Second-Half
103 Chapter 103: Penentuan
104 Chapter 104: Yang Bertahan
105 Chapter 105: Kepercayaan Diri Mereka
106 Chapter 106: Kekhawatiran
107 Chapter 107: Borough-555
108 Chapter 108: Kembali Aktif
109 Chapter 109: Kembali Lagi
110 Chapter 110: Missing One
111 Chapter 111: More and More
112 Chapter 112: Momen Yang Dirinya Nantikan
113 Chapter 113: Darah dan Air Mata
114 Chapter 114: Hari Esok Yang Lebih Cerah
115 Chapter 115: Indonesia Memanggil
116 Chapter 116: Berdamai Dengan Diri
117 Chapter 117: Jalan Baru
118 Chapter 118: Are You Going To Spain?
119 Chapter 119: Perkenalan Di Tim Utama
120 Chapter 120: Kesan Pertama
121 Chapter 121: Pergi Ke Spanyol
122 Chapter 122: Andalusia Here We Go!
123 Chapter 123: Pelabuhan Pertama, Sevilla
124 Chapter 124: Melawan Sevilla B
125 Chapter 125: Kalah di Sevilla
126 Chapter 126: Tentang Kombinasi
127 Chapter 127: Melawan Albacete Balompié
128 Chapter 128: Cerita Mereka Yang Berada di Korea Selatan
129 Chapter 129: La Masia
130 Chapter 130: Tur Terakhir
131 Chapter 131: Kembali Beraktivitas
132 Chapter 132: Piala Super Indonesia
133 Chapter 133: Babak Pertama Piala Super Indonesia
134 Chapter 134: Menunggu Debut
135 Chapter 135: Babak Kedua Piala Super Indonesia
136 Chapter 136: Setelah Pertandingan Final Itu...
137 Chapter 137: I-LEAGUE Pertamanya
138 Chapter 138: Laga Pembuka Indonesia Premier League
139 Chapter 139: Debut Rizaldi Di Indonesia Premier League
140 Chapter 140: All the Way Down
141 Chapter 141: Laga ke-10
142 Chapter 142: Versus Surabaya Argento FC
143 Chapter 143: Fitur Baru
144 Chapter 144: Mencoba Fitur Baru
145 Chapter 145: Persiapan Ke Korea Selatan
146 Chapter 146: Fly Me To South Korea
147 Chapter 147: Menjadi Orang Yang Berbeda Dalam 90 Menit
148 Chapter 148: Versus Jeonbuk Hyundai Motors
149 Chapter 149: After Whistle
150 Chapter 150: Match-day Berikutnya
151 Chapter 151: Tawaran Dari Beberapa Klub
152 Chapter 152: Pilihan Rizaldi
153 Chapter 153: Andra Almeida
154 Chapter 154: For The Future
155 Chapter 155: Pertandingan Selanjutnya
156 Chapter 156: Versus Pemalang Amarilla FC
157 Chapter 157: Break
158 Chapter 158: Pertandingan 16 Besar Datang
159 Chapter 159: Trio Lini Depan Kashima Antlers
160 Chapter 160: Hasil Akhirnya
161 Chapter 161: Menuju Putaran Akhir Liga
162 Chapter 162: Keputusan Coach Giovanni Almeida
163 Chapter 163: Versus Borneo Putra
164 Chapter 164: Babak Kedua, Pengambangan Cananga FC vs Borneo Putra FC
165 Chapter 165: Pertandingan Yang Lain
166 Chapter 166: Good News Always Come After Bad News
167 Chapter 167: Sebelum Leg-Kedua
168 Chapter 168: Leg Kedua Indonesia Premier League
169 Chapter 169: Leg Kedua Melawan Borneo Putra
170 Chapter 170: They Ready
171 Chapter 171: Final Day
172 Chapter 172: Pertandingan Yang Sudah Dinantikan
173 Chapter 173: Babak Kedua
174 Chapter 174: Akhir Pertandingan
175 Chapter 175: Akhir Musim
176 Chapter 176: Latihan Perdana Bersama Salford City
177 Chapter 177: Latihan Keras Pun, Tidak Akan Menjamin
178 Chapter 178: Kesempatan Itu Datang Di Saat Kita Tidak Menyadarinya
Episodes

Updated 178 Episodes

1
Episode 1: Kesialan Yang Juga Keberuntungan
2
Episode 2: Misi Harian Pertama
3
Episode 3: Misi Pelatihan Masuk Akademi
4
Episode 4: Latihan Lagi
5
Episode 5: Teman Baru
6
Episode 6: Seleksi Akademi Sepakbola Pengambangan Cananga Dimulai
7
Episode 7: Hari Seleksi (Bagian 1)
8
Episode 8: Hari Seleksi (Bagian 2)
9
Episode 9: Hari Seleksi (Bagian Akhir)
10
Episode 10: Tahun Ajaran Baru
11
Episode 11: Kehidupan di Sekolah
12
Episode 12: Kehidupan di Sekolah (Bagian 2)
13
Episode 13: Kehidupan di Sekolah (Bagian Akhir)
14
Episode 14: Kabar Yang Dinanti
15
Episode 15: Pemain Hebat
16
Episode 16: Latihan Perdana
17
Episode 17: Minigame
18
Episode 18: Babak Kedua
19
Episode 19: Latihan Sebelum Pertandingan Persahabatan
20
Episode 20 : Sebelum Pertandingan
21
Episode 21: Orang Dari Masa Lalu
22
Episode 22: Versus Sugar Crossed FC
23
Episode 23: Serangan Penghabisan di Ujung Babak Kedua
24
Episode 24: Bangkit
25
Episode 25: Memulai Dari Awal
26
Episode 26: Kehidupan Sekolah
27
Episode 27: Playmaker
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Chapter 31: Menjawab Keraguan
32
Chapter 32: Melewati Halang Rintang
33
Chapter 33: Terbayarkan
34
Chapter 34: Bola Mati
35
Chapter 35: Rapat Evaluasi
36
Chapter 36: Penilaian
37
Chapter 37: Membayar Semuanya
38
Chapter 38: Masuk Tim-A
39
Chapter 39: Latihan Perdana Dengan Tim-A
40
Chapter 40: 5 vs 5
41
Chapter 41: Malam Jatuh
42
Chapter 42: Hari Debut?
43
Chapter 43: Debut Si Pemain Nomor 10 di Tim-A
44
Chapter 44: Laga Debut
45
Chapter 45: After Match
46
Chapter 46: 5 Tombak Buceros
47
Chapter 47: Persiapan Melawan Buceros FC
48
Chapter 48: Suntikan Semangat
49
Chapter 49: Trequarista
50
Chapter 50: Latihan Terakhir Sebelum Matchday
51
Chapter 51: Pertemuan Tidak Terduga
52
Chapter 52: Versus Buceros
53
Chapter 53: Babak Kedua Yang Menentukan
54
Chapter 54: Menit Terakhir
55
Chapter 55: Terus Melangkah
56
Chapter 56: Lingkaran Kecil
57
Chapter 57: Mengikuti Lingkaran
58
Chapter 58: Waktu
59
Chapter 59: Hasil Drawing
60
Chapter 60: Mendalami Peran
61
Chapter 61: Mendapatkan Restu
62
Chapter 62: Walaupun Sebentar Tetapi Aku Pasti Merindukanmu
63
Chapter 63: Hal Yang Dirasa Sulit
64
Chapter 64: Menghabiskan Hari
65
Chapter 65: Pergi
66
Chapter 66: Jakarta Hari Ini
67
Chapter 67: Latihan Sore
68
Chapter 68: Jayapura Black Diamond FC
69
Chapter 69: Fase Gugur Mereka
70
Chapter 70: Versus Jayapura Black Diamond FC
71
Chapter 71: Versus Jayapura Black Diamond (2)
72
Chapter 72: Versus Jayapura Black Diamond (3)
73
Chapter 73: Versus Jayapura Black Diamond (4)
74
Chapter 74: Versus Jayapura Black Diamond (Bagian Akhir)
75
Chapter 75: Kemenangan Yang Sulit
76
Chapter 76: Perspektif Yang Baru
77
Chapter 77: Sugar Crossed FC versus Medan United
78
Chapter 78: Laga Selanjutnya
79
Chapter 79: Persiapan Menjelang 16 Besar
80
Chapter 80: Jaksel Yankees
81
Chapter 81: Kompetisi Yang Aneh
82
Chapter 82: Nomor 16
83
Chapter 83: Yang Lolos Ke Perempat Final
84
Chapter 84: Training Day
85
Chapter 85: Matchday Pengambangan Cananga Youth vs Surabaya Force Warlord FC
86
Chapter 86: Penyusunan Rencana
87
Chapter 87: Babak Kedua
88
Chapter 88: Gol Penentu
89
Chapter 89: Pertandingan Yang Lain
90
Chapter 90: Duo Marukawa-Yoga
91
Chapter 91: Madura Umisale FC vs Batavia Fort FC
92
Chapter 92: Semi-final
93
Chapter 93: Laga Klasik
94
Chapter 94: Persiapan Diri
95
Chapter 95: Laga Semifinal Pertama
96
Chapter 96: Sang Pemenang
97
Chapter 97: Perasaan Yang Belum Terpenuhi
98
Chapter 98: Duel Panas
99
Chapter 99: First-Half
100
Chapter 100: Gol Kedua
101
Chapter 101: Rencana di Babak Kedua
102
Chapter 102: Second-Half
103
Chapter 103: Penentuan
104
Chapter 104: Yang Bertahan
105
Chapter 105: Kepercayaan Diri Mereka
106
Chapter 106: Kekhawatiran
107
Chapter 107: Borough-555
108
Chapter 108: Kembali Aktif
109
Chapter 109: Kembali Lagi
110
Chapter 110: Missing One
111
Chapter 111: More and More
112
Chapter 112: Momen Yang Dirinya Nantikan
113
Chapter 113: Darah dan Air Mata
114
Chapter 114: Hari Esok Yang Lebih Cerah
115
Chapter 115: Indonesia Memanggil
116
Chapter 116: Berdamai Dengan Diri
117
Chapter 117: Jalan Baru
118
Chapter 118: Are You Going To Spain?
119
Chapter 119: Perkenalan Di Tim Utama
120
Chapter 120: Kesan Pertama
121
Chapter 121: Pergi Ke Spanyol
122
Chapter 122: Andalusia Here We Go!
123
Chapter 123: Pelabuhan Pertama, Sevilla
124
Chapter 124: Melawan Sevilla B
125
Chapter 125: Kalah di Sevilla
126
Chapter 126: Tentang Kombinasi
127
Chapter 127: Melawan Albacete Balompié
128
Chapter 128: Cerita Mereka Yang Berada di Korea Selatan
129
Chapter 129: La Masia
130
Chapter 130: Tur Terakhir
131
Chapter 131: Kembali Beraktivitas
132
Chapter 132: Piala Super Indonesia
133
Chapter 133: Babak Pertama Piala Super Indonesia
134
Chapter 134: Menunggu Debut
135
Chapter 135: Babak Kedua Piala Super Indonesia
136
Chapter 136: Setelah Pertandingan Final Itu...
137
Chapter 137: I-LEAGUE Pertamanya
138
Chapter 138: Laga Pembuka Indonesia Premier League
139
Chapter 139: Debut Rizaldi Di Indonesia Premier League
140
Chapter 140: All the Way Down
141
Chapter 141: Laga ke-10
142
Chapter 142: Versus Surabaya Argento FC
143
Chapter 143: Fitur Baru
144
Chapter 144: Mencoba Fitur Baru
145
Chapter 145: Persiapan Ke Korea Selatan
146
Chapter 146: Fly Me To South Korea
147
Chapter 147: Menjadi Orang Yang Berbeda Dalam 90 Menit
148
Chapter 148: Versus Jeonbuk Hyundai Motors
149
Chapter 149: After Whistle
150
Chapter 150: Match-day Berikutnya
151
Chapter 151: Tawaran Dari Beberapa Klub
152
Chapter 152: Pilihan Rizaldi
153
Chapter 153: Andra Almeida
154
Chapter 154: For The Future
155
Chapter 155: Pertandingan Selanjutnya
156
Chapter 156: Versus Pemalang Amarilla FC
157
Chapter 157: Break
158
Chapter 158: Pertandingan 16 Besar Datang
159
Chapter 159: Trio Lini Depan Kashima Antlers
160
Chapter 160: Hasil Akhirnya
161
Chapter 161: Menuju Putaran Akhir Liga
162
Chapter 162: Keputusan Coach Giovanni Almeida
163
Chapter 163: Versus Borneo Putra
164
Chapter 164: Babak Kedua, Pengambangan Cananga FC vs Borneo Putra FC
165
Chapter 165: Pertandingan Yang Lain
166
Chapter 166: Good News Always Come After Bad News
167
Chapter 167: Sebelum Leg-Kedua
168
Chapter 168: Leg Kedua Indonesia Premier League
169
Chapter 169: Leg Kedua Melawan Borneo Putra
170
Chapter 170: They Ready
171
Chapter 171: Final Day
172
Chapter 172: Pertandingan Yang Sudah Dinantikan
173
Chapter 173: Babak Kedua
174
Chapter 174: Akhir Pertandingan
175
Chapter 175: Akhir Musim
176
Chapter 176: Latihan Perdana Bersama Salford City
177
Chapter 177: Latihan Keras Pun, Tidak Akan Menjamin
178
Chapter 178: Kesempatan Itu Datang Di Saat Kita Tidak Menyadarinya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!