Kegiatan latihan seleksi penerimaan anggota baru Akademi Sepakbola Pengambangan Cananga bagian pertama telah selesai. Seleksi pertama berakhir ditandai dengan latihan ketangkasan.
Seperti biasanya, peserta yang berada di urutan paling akhir akan dikeluarkan dari kelompok, dan seperti biasanya juga aku pun finis di papan tengah lagi dan lagi.
Bukan karena misi yang diberikan oleh sistem kepadaku, misi baru tidak muncul lagi semenjak latihan ketahanan di awal tadi. Lalu setelahnya aku hanya menjalaninya dengan seluruh kemampuan ku sambil berharap aku terhindar dari jurang kematian.
Staminaku saja sudah bisa dibilang kritis setelah menjalani latihan demi latihan selama hampir setengah hari ini dan beruntung kami diberikan waktu istirahat sebentar sebelum lanjut ke latihan selanjutnya. Namun, walaupun diberikan istirahat sejenak aku rasa masih belum bisa menghapus rasa lelah ini dengan sekejap, tetapi aku punya Energy Booster yang bisa menghapus rasa lelah ini setelah menyelesaikan misi latihan pertama yang aku simpan di dalam ruang inventori sistem.
Untuk mengambilnya, aku berpura-pura mengambil minuman yang ada di dalam tas ku sambil aku membuka ruang inventori sistem, lalu setelahnya aku mengeluarkan botol Energy Booster itu dan sedikit terkejut melihat warna airnya yang berwarna hijau terang seperti cairan toxic yang ada di film-film superhero zaman dulu. Walau warnanya hijau seperti itu, tapi airnya begitu dingin seperti baru saja keluar dari lemari pendingin dan terlihat sangat menyegarkan.
Begitu melihatnya aku langsung meminumnya tanpa memperdulikan tampilannya yang macam cairan toxic itu, aku pun tidak peduli yang terjadi pada tubuhku entah itu mengubahku jadi makhluk mutant ataupun tidak haha. Setelah meminumnya, rasanya begitu menyegarkan dan rasa lelahku seperti menghilang begitu saja dan aku malah lebih bersemangat untuk mengikuti latihan sesi kedua.
Derry mendekat ke arahku sambil membawa botol minumnya. "Kamu minum apa itu Rizaldi?"
Aku sedikit panik dan kebingungan setelah ditanyainya seperti itu, aku juga sedikit merasa bersalah karena memiliki minum yang terlalu super ini dan tidak bisa bilang kepada mereka semua, lalu aku jawab saja itu. "Ini jus melon!" Itulah jawabanku yang begitu sederhana dan juga sedikit bodoh.
Tetapi sepertinya Derry malah percaya saja. "Oh itu jus melon ya? Aku pikir itu minuman super yang bisa membuat tenaga yang hilang jadi terisi lagi, bodohnya aku mana ada minuman seperti itu kan Rizaldi"
"Ya ya Derry, mana ada minuman seperti itu di dunia ini hahaha" aku tertawa dengan terpaksa untuk menutupi hal itu, hampir saja rahasia yang ku miliki bisa terbongkar.
Derry melanjutkan percakapannya denganku. "Latihan kedua akan seperti apa ya? Setelah di sesi pertama kita harus berjuang dari sesi latihan seperti iblis itu"
"Aku juga tidak tahu akan seperti apa latihan sesi kedua nanti, tapi aku rasa kita akan memainkan mini game"
"Mini game? Maksudmu kita akan bertanding dengan dibagi menjadi 2 kelompok seperti itu?"
"Ya!" Jawabku singkat. "Mengingat semua latihan sudah kita jalani dan hanya mini games yang tersisa"
Mata Derry menatap jauh ke lapangan, menyusuri setiap sisinya. "Aku harap kita satu tim lagi dan juga aku berharap kita melawan orang yang bernama Yoga itu! Aku ingin menghancurkannya"
Aku juga berharap demikian, namun aku hanya mengangguk pelan karena belum tentu Coach akan memasangkan ku kembali satu kelompok dengan Derry. Bisa saja aku malah satu kelompok dengan Yoga, walaupun begitu aku akan tetap memberikan yang terbaik untuk lolos dari seleksi ini.
Tak terasa waktu kami mengobrol, istirahat pun juga telah berakhir. Para instruktur menyuruh kami semua untuk segera berkumpul dengan cepat. Aku melihat wajah mereka semua, beragam dan bermacam-macam ekspresi yang ku lihat saat ini, sama seperti yang ku lihat sebelumnya.
Namun untuk kali ini aku lebih banyak melihat wajah lelah dari mereka semua, tentu saja mereka begitu karena mereka lah orang-orang yang berhasil selamat dari latihan tingkat neraka di sesi pertama. Dari 100 orang yang ada pagi tadi pada saat sebelum latihan sesi pertama di mulai, sekarang hanya ada 34 orang yang tersisa. Pantas saja Pengambangan Cananga dikenal sebagai Akademi Sepakbola yang terkenal sangat ketat dengan seleksi penerimaan, bahkan tahun lalu mereka hanya menerima 2 peserta saja.
Tetapi bisa dibilang hal yang mereka lakukan itu memang sangat wajar, karena Pengambangan Cananga sendiri adalah tim yang bermain di I-League. Liga tertinggi di Indonesia dan bahkan sempat menjuarainya sebanyak 2 kali. Dan calon pemain yang lolos seleksi seperti kami ini bisa bermain di I-League Youth, dengan kata lain kami bisa menjadi pemain profesional!
Untuk itulah harga yang dibayar pun juga tidak main-main, dimulai dari mengerikannya latihan seleksi mereka dan juga bayarannya yang selangit! Ya selangit!
Kalian pikir aku tidak bayar masuk ke sini? Aku sudah tahu rinciannya jika nantinya aku diterima masuk dan Ibu sudah memastikan untuk membiayai semuanya. Aku pun sebenarnya tidak enak, namun ibu terus memaksa dan tidak mau aku masuk ke Akademi Sepakbola yang lain dan untuk menebusnya aku harus lolos seleksi dan masuk ke tim inti agar menjadi pemain pro dan bisa membayar hutang yang begitu besar pada ibuku.
"Perhatian!" Instruktur yang mengawas kelompok ku tadi, coach Giovanni yang berbicara di depan. "Selamat untuk kalian yang sudah berjuang dengan maksimal dan sampai di tahap ini, tepuk tangan untuk diri kalian terlebih dahulu"
Kami semua bertepuk tangan namun tidak begitu nyaring dan meriah, karena semuanya dalam keadaan gugup sebab melihat sosok Coach Giovanni yang suram dan menyeramkan itu.
"Oke, sekarang kalian akan latihan sesi kedua. Latihan kali ini adalah mini game, kalian akan terbagi menjadi 2 tim yang masing-masing memiliki 6 pemain pengganti. Waktu pertandingan adalah 2 kali 30 menit" ujar Coach Giovanni menjelaskan peraturan mini game kali ini.
"Susunan pemain dan pembagian tim, aku dan yang lainnya yang akan menentukannya, apa ada pertanyaan?"
Kami semua diam tanpa ada yang bersuara sama sekali, lalu Coach Giovanni pun membagi tim dan susunan pemainnya. Ternyata aku memang satu tim dengan Derry di tim B, namun sayangnya aku jadi pemain cadangan. Kami akan melawan Yoga yang berada di tim A.
Setelah menentukan susunan pemain, mini game pun di mulai. Sebelum memulai, Coach Giovanni kembali mengucapkan sepatah kata untuk memotivasi sekaligus peringatan.
"Keluarkan semua kemampuan kalian atau kalian akan mengubur mimpi kalian disini" ucap Coach Giovanni tanpa ekspresi sama sekali, seperti biasanya.
Latihan sesi kedua pun di mulai dan aku sekarang ini hanya bisa melihat dari sisi lapangan untuk saat ini, entah mengapa aku malah teringat hari-hariku sebelum mendapatkan sistem jika menyaksikan mereka semua dari sisi lapangan seperti ini. Namun aku tetap yakin, akan ada waktunya nanti diriku bermain di lapangan itu.
Coach Giovanni duduk di sampingku, dia menatapku sejenak lalu mulai fokus kembali ke permainan yang sedang berlangsung.
Permainan baru berjalan 7 menit, tim A sudah mendapatkan peluang yang sangat bagus sekali. Umpan lambung terukur dari pemain tengah tim A yang bernama Ujang, salah diantisipasi oleh pemain belakang tim ku. Bola itu berhasil didapatkan oleh Yoga dan Yoga melakukan tendangan first-time dengan sangat baik.
Beruntung, aku memiliki rekan yang hebat. Seorang penjaga palang pintu terakhir, kiper yang sangat hebat menurutku, si Derry. Derry berhasil menghentikan tendangan first-time Yoga, walaupun dia cuma bisa menepisnya dan membuat bola keluar, sepak pojok untuk tim A.
Sepak pojok tidak bisa dimanfaatkan dengan baik oleh tim A, pemain yang mengeksekusi sepak pojok malah menendang bola begitu ke dalam hingga dengan mudah ditangkap oleh Derry.
Selama 15 menit, tim A terus menerus memberikan tim B tekan tinggi. Bahkan tim B tidak bisa memegang bola cukup lama, sebelum akhirnya akan di ambil kembali oleh tim A dan kembali di serang bertubi-tubi. Yoga sendiri sudah mencatatkan 5 tendangan on target di 15 menit ini, beruntung kami masih punya Derry namun hal seperti ini juga tidak menguntungkan bagi kami semua. Ada kalanya Derry akan kebobolan jika dalam situasi yang lebih menguntungkan tim A, kami diselamatkan oleh sikap Yoga yang selalu menendang bola setiap dia dapat bola, padahal banyak sekali opsi pada saat dirinya berada di dalam kotak pinalti kami.
"Jadi kau juga menyadari hal itu ya Ward Prowse!" Coach Giovanni tiba-tiba bicara sendiri, dan itu membuat jantungku berdebar kencang karena kaget.
Bahkan coach memanggil ku Ward Prowse! Aku tidak senang, malahan malu sekali. "Rizaldi coach!" Aku meluruskan kesalahpahaman Coach Giovanni.
"Pemain bernama Yoga Hilmawan itu memang striker murni yang hebat dan bagus, namun sayangnya tidak cukup bagus karena tidak tenang pada saat di dalam kotak pinalti. Ketenangan adalah salah satu kunci yang harus dimiliki oleh seorang penyerang. Posisimu apa Ward Prowse?" Sepertinya coach Giovanni tidak mendengarkan apa ujar ku tadi.
Aku pun menjawabnya dengan pelan. "Gelandang coach"
"Jadi tidak masalah kan aku panggil Ward Prowse? Atau kau malah ingin dipanggil KDB?"
"Panggil saja Rizaldi coach" aku memohon, tetapi sekali lagi aku malah dihiraukan.
Beliau terus menjelaskan situasi di lapangan kepadaku dan aku juga beberapa kali menanggapi beliau dan itu membuat beliau sedikit terkejut, karena apa yang ku utarakan beberapa diantaranya adalah sebuah solusi ataupun jawaban atas kebuntuan yang terjadi di tim B ataupun mengapa tim A masih belum bisa mencetak satu gol ke gawang tim B padahal mereka menekan sejak menit awal.
"Kuncinya di tiga pemain tengah yang tidak bisa mengatur lini tengah mereka dan membuat sirkulasi bola sedikit terhambat, gelandang bertahan juga selalu terlambat membantu menutup ruang ataupun membantu pertahanan" ujar ku setelah melihat pertandingan itu.
Ku lihat dari sudut mataku, mata coach Giovanni sedikit berbinar dan aku juga bisa melihat senyuman kecil di bibirnya walaupun wajahnya masih saja seperti sebelumnya. "Kau memang Ward Prowse!" ujarnya lalu dia berdiri berlalu meninggalkanku untuk meniup peluit yang menandakan babak pertama berakhir.
Sampai babak pertama berakhir ini, Derry menunjukkan kualitas hebatnya sebagai mantan punggawa Buceros. Dia mencatatkan 5 saves penting di babak pertama dan membuat Yoga Hilmawan begitu frustasi.
"Pokoknya aku tidak akan membiarkan orang itu mencetak gol ke gawang yang ku kawal" ujar Derry sambil meminum air dingin yang diberikan oleh para instruktur.
"Kau bermain bagus Derry, tetap lanjutkan seperti itu!" Aku memberikan sedikit semangat sebagai teman dan rekan seperjuangan.
"Kamu juga Rizaldi, kamu harus bisa menunjukkan kelihaianmu di babak kedua nanti"
Aku sedikit kebingungan dengan ucapan Derry tadi, sebelum akhirnya Coach Giovanni datang ke tempat tim B dan sedikit menjelaskan formasi dan juga susunan pemain yang akan main di babak kedua nanti.
"Ward Prowse! Aku ingin melihatmu bermain di babak kedua nanti!" ujarnya yang masih saja memanggil ku Ward Prowse.
Derry tersenyum, aku malah sibuk ternganga karena tidak percaya akan hal ini. Tetapi aku akan berjuang sekuat tenaga dan memberikan semuanya untuk menjawab kepercayaan yang diberikan oleh coach. "Baik coach! Terima kasih, saya akan berjuang keras untuk membalikkan keadaan di babak kedua" ujar ku dengan semangat yang berapi-api.
Babak kedua pun di mulai, aku dengan percaya diri memasuki lapangan. Aku merasa bagaikan berjalan di lapangan yang luas dan banyak penonton seperti di Old Trafford, Etihad Stadium ataupun Anfield yang punya atmosfir magis, walaupun itu hanyalah hayalan ku saja.
Yoga menatapku tidak percaya, tapi beberapa saat kemudian dia kembali meremehkan ku seperti sebelumnya. Aku akan membuktikannya hari ini, hari di mana aku akan mengalahkan sosok Yoga Hilmawan dan juga sosok diriku sendiri yang awalnya terlalu takut untuk maju.
Peluit tanda babak kedua di mulai pun di mulai!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
Egaega
Wah calon kapten nih :v
2022-12-04
1
Hoodwink master
KEVINNNNNNN
2022-08-24
0
Hoodwink master
melon sekali wkk
2022-08-24
0