Luna semakin hari semakin gencar mendekati Devan. Dan, anehnya Devan selalu menerima ajakan gadis itu kemanapun ia dibawah. Membuat Hayu menahan amarahnya.
Sebenarnya Devan ini kenapa... Jelas-jelas dia juga yang menjebak kami,' batin Hayu tak habis pikir.
"Hayu..."
Ratna memegang bahunya, ada rasa khawatir didalam dirinya tentang Hayu dan Devan.
"Kalian kenapa? Ibu lihat kalian saling menjauh?" bertanya dengan sendu.
"Ah, enggak kok. Kami enggak kenapa-kenapa kok, Bu. Ibu tenang aja jangan khawatir. Kami juga, kan masih dalam masa perkenalan ini wajar kok," jawab Hayu terpaksa berbohong.
"Terus... kenapa ibu sering melihat Devan bersama Luna? Apa maksudnya itu?" tanya Ratna. Beberapa hari yang lalu ia melihat kejadian itu, dan tentu saja ia sangat marah apa lagi yang menyebabkan semua kekacauan ini terjadi adalah Luna dan keluarganya. Namun, Ratna masih bersabar untuk tidak bertanya karena kondisi Hayu yang masih tidak stabil.
Hayu terdiam. Entah harus bagaimana ia menjawab pertanyaan Ibunya, yang dia sendiri juga tidak tahu apa jawabannya. "Ah, dia itu lagi menyusun rencana, Bu. Buat menjebak Luna," jelas Hayu, menekan kata Luna.
Ratna sedikit tak percaya. "Ya sudahlah. Kalo ada masalah ya cerita Hayu. Jangan kebiasaan dipendam sendiri," jelas Ratna, lalu pergi menyiapkan bahan-bahan jualannya.
Hayu hanya bisa menyantap punggung sang Ibu.
Maaf, Bu. Hayu enggak bisa cerita.'
...------------...
Seorang gadis sedang duduk berdua dengan seorang lelaki. Siapa lagi jika bukan, Devan dan Luna. Devan hanya diam, sedangkan gadis itu sejak tadi mengoceh tidak karuan tanpa lelah.
Sial, dia begitu cerewet. Apa dia tidak lelah bicara,' batin Devan mulai sebal.
"Gimana kamu bisa sampai disini, Dev? Dan, kenapa ya bukan Aku saja yang menemukanmu. Malah si gadis miskin itu," ujar Luna, tanpa takut.
Kalo bukan kamu berharga untuk rencana ini, udah .. Hnggg, gadis jahat,' batin Devan mendesah kesal.
"Dev! Kenapa diem aja, sih!" Berteriak kesal, sambil memonyongkan bibirnya.
Melihat itu Devan merasa geli sendiri, bahkan ia merinding melihat itu. Kok bisa gadis itu dengan pedenya memonyongkan bibirnya. Astaga aku benar-benar bisa gila, Tuhan!' Devan berteriak dalam hatinya.
"Haha.... Enggak kok, aku kan dengerin kamu ngomong," jelas Devan berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat jijik.
Luna tersenyum malu-malu. Membuat Devan tak habis pikir, ia kira akan sulit menjebak Luna dengan jebakannya sendiri. Tapi, hasilnya semudah ini dan Devan hanya perlu melakukan langkah terakhirnya, yaitu dengan mengatakan ia juga membenci Hayu.
"Dev, kita beli es yuk," ajak Luna tanpa malu. Devan yang diajak hanya diam, ini demi Hayu. Kalimat itu ia rapalkan terus menerus dalam hatinya.
Devan tertegun, kala melihat Hayu berdua dengan Johan. Padahal jelas-jelas Devan sudah melarang gadis itu untuk mendekati pria berbahaya seperti Johan.
Hah, Dev? Kok bisa ada disini? He, dia lagi...' batin Hayu, merasa sakit hati melihat kedekatan keduanya.
Mungkin, sebaiknya aku memang tidak mulai mencintainya dan aku hanya anggap cinta ini hanya perasaan sesaat saja,' batin Hayu memutuskan, ia sudah tak lagi mempunyai kesabaran. Apa lagi melihat tingkah Devan, yang membuat Hayu merasa bahwa Devan tidak menyukainya sedikitpun.
"Wah, suatu kebetulan kita bertemu," jelas Luna, sembari menutup mulutnya pura-pura terkejut. Melihat itu, Devan tersenyum kecil ternyata ini memang sudah menjadi rencana mereka.
Memisahkan dan membuat Hayu dan Devan marah dan saling menghindari.
Baiklah, aku ikutin keinginanmu jala*g!'
"Apa yang kau lakukan dengannya?" tanya Devan, melihatkan wajah tak suka.
Hayu tiba-tiba merasa sangat tersinggung. "Hah, apa maksud kamu, hah! Jelas-jelas kamu dekat sama dia aku enggak masalah! Kenapa giliran aku kamu sewot!" teriak Hayu, kekesalannya sudah mencapai batas.
Hah? Sepertinya dia benar-benar marah? apa dia cemburu...' Devan memerhatikan wajah cemburu Istrinya dengan geli, ia tak menyangka Hayu bisa sangat salah paham dengannya, tapi sekarang waktu yang bagus untuk memulai rencana.
"Kamu itu Istri aku, ya! Jangan dekat-dekat dengan brengsek ini!" teriak Devan balik, menujuk Johan. Lelaki itu tidak terima ditunjuk-tunjuk Devan.
"Wow, apaan nih tangan. Turunkan tanganmu dasar miskin," ujar Johan meredahkan Devan.
"Kenapa Hayu tidak bisa bersamaku. Kami ini sudah kenal sejak kecil dan Hayu juga menyukaiku," jawab Johan seenaknya, membanggakan dirinya.
"Apa sih, lepasin," ujar Hayu mendorong rangkulan Johan.
Berani sekali dia merangkul Istriku!' batin Devan tak terima. Tangannya berkepal kuat menahan amarahnya yang membuncah.
Entah ini adalah perasaan apa? Ia tak bisa menebaknya. Namun yang jelas ia sangat marah.
"Sudahlah, ayo kita pergi," ajak Devan pada Luna. Melihat rencananya berhasil Luna tersenyum senang. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments