Pagi terasa sangat sejuk, begitu juga hati Hayu. Semakin hari, semakin besar juga rasa sukanya terhadap Devan. Selain bahagia, Hayu juga merasa sangat takut tidak bisa membuat Devan mencintainya.
Apa mungkin... suatu hari nanti, Devan menyukaiku juga,' batin Hayu, menatap hamparan sawah dihadapannya.
Hayu juga masih ragu akan perasaannya. Bagaimanapun sekalipun ia tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Dari cerita sang Ibu, ia tahu cinta adalah debaran yang kita rasakan pada seseorang dan itu membuat kita terus memikirkannya. Benci jika perempuan lain mendekatinya.
"Aku berdebar kalo dekat dia, Aku juga kepikiran terus sama dia, terus kemarin aku tiba-tiba kesal ada gadis-gadis Desa yang bicarain dia," gumam Hayu, tiba-tiba menyadari sesuatu. Pipinya tiba-tiba memerah.
"Tapi... apa mungkin, bagaimana mungkin... kita baru kenal satu Minggu lalu," gumam Hayu tak percaya, apa cinta itu secepat itu datangnya?
"Hayu." Hayu menoleh, menatap sang Ibu yang memanggilnya.
"Ya, Bu?"
"Kamu kenapa bicara sendiri udah kaya orang gila?" tanya Ratna, memerhatikan gerak-gerik Hayu sejak tadi.
Hayu yang ditanyai merasa malu."Bu, emang cinta itu datangnya memang cepat, yah?" tanya Hayu jujur. Membuat Ratna terdiam.
Apa mungkin... Hayu..." Ratna terdiam, tak tahu harus apa.
"Hayu cinta itu memang sulit dimengerti. Kita tidak tahu kapan dia datang dan kepada siapa dia datang. Ibu tau, kamu sedang jatuh cinta tapi Ibu ingin kamu menjaga cinta itu." Ratna mengusap rambut Hayu.
"Dulu, saat Ibu mencintai Ayahmu. Ibu selalu merasa sensitif. Padahal, sebelum mencintai Ayahmu Ibu merasa biasa saja dengan semuanya. Namun, setelah menyadari cinta itu Ibu merasa ... sangat sensitif." Penjelasan Ratna tidak membuat Hayu mengerti semuanya, namun ia dengan berani menanyakan pendapatnya.
"Maksud Ibu, gimana? Contohnya."
Ratna mengeleng-geleng. "Hmmm... Gini, misalnya. Kamu temenan sama Pian, tapi tiba-tiba kamu merasa cinta sama Pian dan tiba-tiba Pian didekati wanita lain, yang awalnya kamu merasa biasa saja. Saat menyadari cinta itu, kamu pasti merasa sakit hati dan juga sedih," jelas Ratna, membuat Hayu merenggut.
"Ish, Ibuk! Kenapa harus Pian coba," sebal Hayu, dijawab kekeh Ratna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hayu berkeliling menjual berbagai kue buatan sang Ibu. Namun, sampai sekarang yang beli masih belum banyak.
"Panas banget lagi," gumam Hayu, mengelap keringatnya.
Devan sama Pian lagi apa, yah?' gumam Hayu.
Tiba-tiba pipinya bersemu merah. "Tuh, kan. Aku tiba-tiba mikirin Devan lagi, apa benar kalo Aku..."
Belum sempat Hayu mengatakan sesuatu. Seseorang tiba-tiba meneriakinya.
"Hayu!"
"Eh, ada apa?" tanya Hayu bingung.
"Itu... Devan! Devan enggak sengaja ditabrak orang, waktu membawa sayuran. Dia dirumah Pian," ucap Gadis itu, membuat Hayu terkejut.
"Hah, kok bisa?" tanya Hayu, dengan gerakan cepat berlari sembari membawa makanannya.
Gadis dibelakang sana tersenyum kecil.
Rumah Pian.
"Pian! Pian! Buka pintunya cepetan!" teriak Hayu, dengan cemas.
Oh, ayolah orang yang baru saja ia pikirkan tiba-tiba dalam keadaan sakit. Bagaimana bisa ia tidak cemas.
Ceklek!
Pintu terbuka, menampilkan Devan yang hanya menggunakan celana pendek. Dengan handuk di lehernya. Melihat dada bidang seorang lelaki untuk pertama kalinya, reflek membuat Hayu berteriak kaget.
"Akh! De-Devan kamu baik-baik saja?" tanya Hayu sembari berteriak, walau ia malu ia masih khawatir.
Devan terdiam heran. "Aku baik-baik saja," jawab Devan. Sukses membuat Hayu tambah bingung, bukannya tadi...
Bruk!
Tiba-tiba ada yang mendorong Hayu dari belakang dan sukses membuat Hayu jatuh menabrak Devan. Mereka terlihat sangat intim, membuat siapapun pasti salah paham dengan posisi ini.
Hayu menatap mata Devan, begitu juga Devan.
"Wah gila! Apa yang kalian lakukan siang-siang bolong begini, gila!" teriak seorang warga memancing warga lainnya.
"Aku memang sudah curiga dari beberapa hari yang lalu. Mereka benar-benar anak muda kurang ajar!"
Hayu dengan cepat langsung berdiri, ia sangat takut saat ini. Bodohnya dia, hingga dibohongi seperti ini, dan membuatnya lagi-lagi didalam masalah. Hayu sangat takut bagaimana caranya menjelaskan ini semua pada Ibunya, dan lagi gara-gara dirinya Devan juga terlibat.
Kenapa aku sangat bodoh? Jika saja aku tidak bodoh ini semua tidak akan terjadi...'
"Bawa mereka, Pak! Kita bawa ke Pak Kades, dan buat mereka menikah!" teriak Seorang Warga.
Para warga berbondong-bondong menarik Hayu dan Devan.
"Lepasin, saya. Saya tidak bersalah, Pak! Jelas-jelas tadi ada yang mendorong saya!" teriak Hayu, mencoba menjelaskan. Namun, tidak ada satupun yang mempercayainya.
"Udahlah, enggak usah ngeles kamu, Yu!"
"Cape kita dengerin omongan kosong kamu."
"Devan..." Hayu melirik Devan yang nampak tenang, apa sih sebenarnya yang ada dipikiran lelaki itu, disaat dirinya panik dan bingung, Devan malah terlihat biasa saja.
"Lepas!"
Semua warga termasuk Hayu, menatap Devan. Lelaki itu akhirnya buka suara.
Devan menghempaskan tangan orang-orang yang memegangnya.
"Kita bisa jalan sendiri!" Lalu mendorong orang-orang yang memegangi Hayu membuat lengan gadis itu memerah.
Hayu hanya dapat memerhatikan gerak-gerik Devan tanpa tahu harus apa, ia juga sudah lelah. Apapun yang terjadi, Hayu terima semuanya, apa lagi kejadian ini sudah dua kali terjadi.
"Tenang. Kita akan baik-baik saja," jelas Devan. Membuat Hayu sedikit merasa tenang.
Ratna dan Pian yang mendengar kabar langsung menyusul ke balai Desa.
...----------------...
Disana semua orang berkumpul. Mereka menatap hina Hayu dan juga Devan. Mereka mencaci Hayu yang terlalu murahan mendatangi rumah lelaki.
"Pantas saja dia mau-maunya datang, orang cowoknya seganteng itu," bisik-bisik warga.
"Aku sih malu banget jadi dia."
Hayu yang mendengar itu hanya bisa menahan tangisnya, ia ingin menangis namun ia tak mau terlihat lemah. Devan yang melihat itu merasa kesal seketika.
"Diam! Jika kalian tidak tahu kebenarannya sebaiknya jangan asal berucap," bentak Devan, sukses membuat satu Desa terdiam.
"Hello, disini yang salah kalian ya. Kebenaran udah di depan mata, masih mau ngeles?" tanya Luna yang tiba-tiba datang, entah dari mana. Ia tersenyum mengejek.
Ya Allah, berilah hamba petunjuk. Apa benar ini petunjuk yang kau berikan, dengan mengulangi kejadian ini untuk kedua kalinya. Apa ini adalah jalan terbaik, yaitu menikah dengan Devan,' batin Hayu, terus berdoa.
"Tenang! Tenang semuanya, bapak-bapak dan Ibu-ibu harap tenang!" teriak Pak Kades.
"Hayu!" Ratna memeluk Hayu, membuat tangis gadis itu pecah. Ia tak lagi dapat menahan tangisnya, dipelukan sang Ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Lalisa Manobaaa
Luna emang gilaa, bikesss ajaaa
2022-08-28
1
Grey Mahendra
Pasti si Luna biang kerok inii, kezell
2022-08-24
0