Sementara di dalam rumah pohon yang besar, dimana pohon itu adalah istana hantu Kolong Wewe. Hantu Kolong Wewe merasakan adanya aura yang begitu kelam menghampiri ke arah istananya, ia pun keluar istana untuk mengecek keadaan diluar istana. Saat keluar istana, Kolong Wewe pun terkejut ketika ia melihat bahwa yang mendekati istananya adalah Algojo penjaga keseimbangan alam gaib dengan alam manusia. Hantu Kolong Wewe merasa ketakutan dan kembali masuk ke dalam istana.
Didalam istana, Hantu Kolong Wewe menyembunyikan Nana agar tidak ketahuan oleh Algojo, karena jika Nana ditangkap oleh Algojo, sudah pasti Nana akan mati dan lalu dibuang kembali ke alam manusia. Hantu Algojo memang bertugas untuk menghabisi setiap yang melanggar batas teritorial antara makhluk gaib dengan makhluk-makhluk yang ada di alam manusia.
Alam gaib dan alam manusia sebenarnya sama-sama alam nyata. Hanya saja, ada pembatas di antara kedua alam yang membuatnya tidak bisa saling berhubungan satu sama lain. Kedua alam baru bisa berkaitan jika salah satu ada yang membuka portal penghubung. Biasanya makhluk di alam gaiblah yang sering melanggar, dikarenakan mereka semua dikaruniai sesuatu yang oleh manusia disebut dengan kekuatan sihir. Kekuatan yang hanya bisa dilakukan oleh bangsa dari alam gaib.
Akan tetapi, banyak juga bangsa gaib yang membuka portal penghubung dikarenakan permintaan dari bangsa Manusia yang melakukan persembahan kepada bangsa gaib. Biasanya mereka meminta dibukakan pintu gaib dengan tujuan untuk melihat masa depan, biasanya itu dilakukan oleh manusia-manusia yang gila dengan perjudian. Akan tetapi, untuk bisa mendapatkan penglihatan akan masa depan dengan akurat mereka juga harus membayarkan dengan tumbal yang luar biasa. Tidak tanggung-tanggung, bangsa gaib akan meminta tumbal nyawa manusia bila orang tersebut yang ingin tahu masa depan secara akurat. Itulah sebabnya setiap ada seseorang yang berhasil memenangkan Jackpot dari Toto Gelap dengan menebak 8 angka secara akurat tanpa meleset 1 angka pun, itu pasti mereka telah menumbalkan nyawa seorang manusia untuk Iblis yang dimintai pertolongan. Siklus mutualisme sangat berlaku bagi makhluk-makhluk gaib.
Tak terasa kini Algojo itu sudah sampai di depan istana pohon tempat tinggal Hantu Kolong Wewe. Algojo itu pun mendobrak pintu istana dengan menggunakan Harimau Iblis untuk menyeruduk pintu istana. Pintu istana pun kini terbuka lebara, terlihat Hantu Kolong Wewe bersama satu Hantu Tuyul sedang berada di dalam istana, keduanya menatap ke arah Algojo dengan tatapan waspada dan penuh amarah. Mereka maraha karena Algojo telah membuat banyak kerusakan di negerinya.
Sang Algojo turun dari Harimau Iblis tunggangannya, lalu ia melangkah menghanpiri hantu Kolong Wewe dan Hantu Tuyul.
"Segera berikan anak kecil itu kepada kami! Dia telah melanggar perbatasan alam gaib dengan alam manusia, dia harus di eksekusi!" ucap Sang Algojo dengan suaranya yang menggema bagaikan suara raksasa.
Hantu Kolong Wewe dan hantu Tuyul hanya terdiam tanpa menjawab ucapan dari sang Algojo. Sang Algojo pun marah hingga ia mengeluarkan senjatanya yang mirip dengan senjata klewang. Hanya saja, Klewang yang satu ini bisa berubah menjadi senjata yang membara dan sangat panas, bahkan panasnya bisa memusnahkan bangsa gaib. Melihat Sang Algojo yang sudah mengeluarkan senjata, membuat hantu Tuyul angkat bicara.
"Kami tidak tahu apa maksud anda, tidak ada anak kecil dari bangsa manusia disini!" jawab Hantu Tuyul dengan suara khas anak-anak.
"Kalian jangan membihongiku! Aku bisa merasakan dan mencium bau dari anak manusia!" Sang Algojo kini mengerahkan kekuatan yang ada pada senjatanya hingga membuat senjatanya kini menjadi berwarna merah membara.
"Ku perintahkan sekali lagi! Berikan anak itu atau akan kuhancurkan istana ini beserta dengan kalian semua!" perintah Sang Algojo.
Sebenarnya Sang Algojo yang asli tidak akan bisa merasakan ataupun mencium bau manusia jika sudah ada di dalam istana. Hanya saja, Algojo yang saat ini adalah penyamaran dari Pak Rahman agar bisa mengelabui bangsa gaib. Pak Rahman sebenarnya telah merencanakan ini sejak pertama kali ia kembali dari Ibu kota. Ia bisa mengetahui dimana Nana berada dikarenakan sebelumnya ia menggunakan Boneka Susan yang pernah di tetesi darah dari Tirta. Tirta adalah kakak kembaran Nana, setiap manusia yang kembara pasti memiliki struktur DNA yang sama. Dengan begitu, Pak Rahman bisa memanfaatkan darah Tirta untuk menemukan kembarannya yang tersesat di alam gaib. Di istana Kolong Wewe inilah, bau yang sama dengan Tirta tercium sangat kuat oleh penciuman Pak Rahman yang menyamar menjadi Sang Algojo.
"Kami benar-benar tidak tahu, Tuan Algojo pasti telah salah menebak dan...!" suara Tuyul itu terhenti dan tergantikan dengan suara, "Shreeeeeet!" suara senjata Algojo yang menebas tepat di tangan Hantu Tuyul, sehingga membuat tangannya terputus.
"Baiklah akan ku beri kesempatan satu kali lagi! Cepat berikan anak perempuan itu, atau kalian semua akan ku musnahkan!" kembali Sang Algojo mengancam mereka.
Hantu Tuyul mulai merasa takut, sementara Hantu Kolong Wewe mundur ke belakang. Sepertinya Hantu Kolong Wewe sedang merencanakan perlawanan.
#### #### #### #### #### #### ####
Sementara di dimensi alam manusia, di sebuah rumah sakit bagi penderita gangguan jiwa. Ayah sedang berada di rumah sakit jiwa tersebut. Rupanya Ayah ingin menjenguk Ibu Maya, istri dari Pak Rahman. Sepertinya ia ingin memberitahukan kepada Ibu Maya perihal kematian Pak Rahman agar Bu Maya bisa sedikit tenang. Ayah di antar oleh suster menuju kamar perawatan Bu Maya berada. Saat sudah sampai di depan pintu kamar, suster pun membuka pintu kamar tersebut. Terlihat ruangan yang rapih, luas dengan cat warna putih bersih khas rumah sakit pada umumnya.
Suster pun membangunkan Bu Maya yang tertidur dalam keadaan masih duduk di ranjang. Tetapi Bu Maya tidak juga bangun dari tidurnya. Menurut suster, Bu Maya memang sering sekali seperti ini. Ia sering tertidur dalam keadaan duduk, karena jika ia tidur dalam keadaan berbaring, ia selalu mengigau dan memukul-mukul dinding. Itulah sebabnya mengapa ranjang Bu Maya tidak mereka dekatkan dengan dinding.
Ayah merasa terharu melihat kondisi Bu Maya yang mengenaskan. Ia melihat jari-jemari tangan Bu Maya penuh luka memar sehabis ia memukuli dinding kamar Rumah Sakit. Andai saja Pak Rahman tidak mengorbankan dirinya sendiri, mungkin keluarga Pak Rahman tidak akan menjadi kacau seperti ini.
"Kasihan sekali, Bu Maya! Pasti ia sangat terpukul karena telah kehilangan suami dan anaknya! Tetapi apapun yang terjadi, aku harus memberitahukan kabar sebenarnya tentang suaminya!" gumam Ayah dalam hati.
"Silahkan Pak Andi jika memang nanti pasien sudah bangun, anda bisa mengajaknya mengobrol. Jika ia mengamuk, segera tekan tombol emergency agar kami bisa segera menuju kesini!" ucap Suster menghimbau Ayah.
"Baiklah suster, terima kasih telah mengantarkan saya! Maaf jika merepotkan anda!" ucap Ayah.
"Sudah kewajiban kami merawat dan membantu keluarga pasien rumah sakit jiwa agar bisa saling menguatkan, agar pasien bisa cepat pulih kembali jiwa dan raganya!" jawab suster lalu melangkahkan kakinya keluar kamar.
Sementara Ayah lalu duduk di kursi yang disediakan untuk tamu besuk. Ia menunggu dan berharap agar Bu Maya bisa bangun sendiri dari tidurnya.
Namun saat Ayah sudah duduk dan suster sudah keluar. Tiba-tiba Bu Maya pun terbangun dan langsung menarik tangan Ayah dan mencengkeram tangan Ayah. Ayah dibuat kaget dengan cengkeraman Bu Maya. Cengkeraman tangannya yang kuat membuat Ayah tidak tahan dan ingin segera melepaskan tangannya.
"Hentikan, Bu Maya! Tidakkah kau ingat kepada saya? Ini aku Andi sahabat suamimu Pak Rahman!" pekik Ayah kepada Bu Maya, rupanya ucapan Ayah membuat Bu Maya melepaskan tangannya lalu diam termenung di atas ranjang rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments