LEMBU

LEMBU

Chapter 1

"kakak, aku mau dong ikut main sama kakak dan teman-teman kakak. aku juga kan mau punya teman" rengek Nana pada kakak kembarnya Tirta.

"aduh bukannya kakak nggak mau ajak kamu main. tapi kakak sama Dimas, Edo dan Linda itu mau mancing di Situ Cikaret pakai perahu rakit. Nanti takutnya kamu banyak gerak dan bikin perahu malah tenggelam. Kakak kan belum pandai berenang" jawab Tirta menegaskan.

Tapi Nana terus merengek dan menangis memaksa agar kakaknya mau mengajaknya bermain dan memancing bersama dengannya. Tirta yang lelah mendengar tangisan adiknya akhirnya menerima permintaan Nana dan mengijinkan Nana untuk ikut bersamanya memancing di Situ Cikaret.

Tirta dan Nana menunggu teman-teman yang lain di tempat yang sudah mereka sepakati. Selang beberapa menit kemudian teman-teman yang lainnya pun sudah sampai.

Mereka berlima segera menaiki perahu rakit yang memang selalu ada di Danau Situ tersebut. Tirta yang pertama naik ke perahu rakit lalu memberikan aba-aba kepada teman-temannya untuk ikut naik ke perahu rakit. Dimas, Edo dan Linda kini sudah berada di atas perahu rakit, kini giliran Nana yang naik ke perahu rakit.

"kak Tirta aku nggak jadi ikut mancing deh. Aku nggak berani kalau harus naik perahu rakit dari bambu ini" ungkap Nana.

"Aduh kamu ini ngerepotin banget sih Na. Kalo kamu nggak mau naik, kamu mau kami tinggalin disini sendirian?" tanya Tirta.

Sambil mengernyitkan dahinya lalu Tirta melanjutkan ucapannya, "nanti kamu diculik hantu loh. hihihihi"

"ahhhh ya sudah kalau begitu aku ikut. tapi kakak harus janji ya buat jagain aku!" pinta Nana.

Tirta dengan sigap menjawab sambil mengacungkan jempolnya ke arah Nana pertanda bahwa ia berjanji, "siap adikku. mana pernah aku enggak jagain kamu"

Akhirnya Nana pun kini sudah berada di atas perahu rakit bersama dengan Tirta, Dimas, Edo dan Linda. Tirta, Dimas dan Edo sama-sama mengayuh perahu rakit agar bisa sampai ke tengah Danau Situ. Menurut mereka ikan-ikan banyak berkumpul di tengah Danau Situ Cikaret, sebab seringkali Tirta melihat para penjaring ikan mendapatkan banyak ikan jika berada di tengah Danau Situ. Setelah sampai di tengah danau, Tirta, Edo dan Dimas sama-sama menggunakan alat pancing milik mereka masing-masing. Sementara Linda dan Nana hanya asyik menonton ketiganya beraksi layaknya seorang mancing mania sungguhan.

"striiikee..." ucap Dimas karena ia merasakan bahwa pancingannya bergetar pertanda bahwa ada yang menyangku di kail miliknya.

"wah tarik terus Dim. kayaknya ikannya gede tuh" ucap Tirta sambil membantu Dimas menggulung reel pancingannya agar ikan tertarik ke permukaan.

Benar saja apa kata Tirta, ternyata yang menyambar kail milik Dimas adalah ikan jenis Ikan Gabus yang berukuran berat. Tirta memperkirakan berat ikan itu sekitar satu kilogram lebih. Melihat hal itu, Tirta dan Edo pun menjadi terbakar semangatnya. Mereka berdua tidak mau kalah dengan Dimas.

"yesss striikeee" kali ini giliran kail milik Edo yang disambar ikan.

Benar saja, kail milik Edo pun disambar oleh ikan Gabus yang ukurannya sedikit lebih kecil dari ikan Gabus yang menyambar kail milik Dimas. Kira-kira ikan yang menyambar kail milik Edo beratnya sekitar setengah kilogram. Tirta yang melihat kedua temannya berhasil mendapatkan ikan yang besar merasa iri hatinya. Ia kesal kenapa kail miliknya tidak kunjung disambar oleh ikan.

"kalian lihat saja, akulah yang akan mendapatkan ikan paling besar dari pada milik kalian" ucap Tirta dengan sinis.

Tidak terasa sudah lama mereka melanjutkan memancing. Dan seperti biasa, hanya kail milik Edo dan Dimas yang sering disambar oleh ikan. Meskipun kali ini hanya ikan kecil yang mereka dapat, tapi itu cukup untuk menyulut perasaan emosi di dalam dada Tirta hingga ia berucap, "sialan.. ada apa sama kailku? kenapa nggak ada ikan yang menyambar kailku?!" Tirta emosi.

"ahhh.. pasti ini karena kamu ikut Nana, biasanya aku selalu dapat ikan paling banyak kalau kamu tidak ikut. Tapi sekarang aku malah tidak dapat sama sekali!" ucap Tirta sambil menunjuk ke arah Nana.

"ih kok kakak tega banget bilang begitu ke Nana. kan tadi Nana juga udah bilang kalau Nana nggak jadi ikut. Nana takut naik perahu rakit" jawab Nana yang merasa dirinya hanya menjadi beban untuk kakaknya.

"ya itu dia, kamu tuh nyusahin banget. pokoknya besok-besok kamu jangan pernah lagi ikut kakak main. kakak males main sama kamu!" hardir Tirta kepada adiknya.

Nana hanya bisa terdiam dan salah tingkah. Ingin rasanya ia segera pulang agar kakaknya tidak merasa terbebani lagi oleh dirinya. Akan tetapi hal itu tidak mungkin karena sekarang mereka berada tepat di tengah-tengah Danau Situ Cikaret. Kalau Nana memaksa untuk pulang dengan berenang ke tepian, sudah pasti ia akan tenggelam.

Ditengah-tengah keheningan, Tirta yang masih emosil lalu melemparkan segenggam umpan cacing tanah ke arah tempat ia melemparkan kail sambil berkata "Danau sialan, pokoknya kalau aku belum dapat ikan aku nggak akan pulang!". Teman-teman yang lain hanya terdiam melihat Tirta penuh dengan emosi.

Namun tak lama setelah Tirta melempar, lalu terdengar suara gema Adzan Ashar. Seluruh teman-teman mengajak Tirta untuk pulang, akan tetapi Tirta tidak mengijinkan mereka pulang sebelum ia dapat ikan.

Selang beberapa menit setelah adzan selesai tiba-tiba benang pancing milik Tirta pun bergetar pertanda ada ikan yang menyambar. Dengan sigap Tirta segera mengambil joran pancing miliknya dan menggulung reel pancingan.

"ughh.. berat sekali tarikannya. apakah aku mendapatkan ikan yang besar?" gumam Tirta dalam hati.

"Edo.. Dimas cepet bantuin aku buat narik benang pancingnya. aku kayaknya nggak kuat kalau sendirian" pinta Tirta.

Edo dan Dimas ikut menarik dan menahan joran pancing agar tidak terbawa oleh tarikan dari ikan. Mereka penasaran ikan apa yang menyambar kail milik Tirta. Akhirnya mereka bisa sedikit mengendalikan pancingan, ikan yang menyambar kail milik Tirta sudah mulai muncul ke permukaan air. Rupanya ini juga ikan Gabus tapi berukuran sangat besar. Kalau dilihat dari ukurannya kira-kira beratnya sekitar 10 kilogram lebih. Melihat ikan yang sangat besar itu terus berusaha melawan tarikan dari kail milik Tirta, Nana nampak sedikit takut. Karena takut Nanapun memeluk Linda.

"tenang Nana jangan takut. itu cuma ikan yang berukuran besar. nanti kalau berhasil dapat, kita bakal bakar-bakar ikan nanti malam" ucap Linda agar Nana bisa lebih tenang.

"bukan begitu kak Linda. Aku seperti melihat kalau mata ikan itu seperti sedang marah" jawab Nana.

"hahahaha... kamu ini aneh-aneh saja Nana. Semua ikan pemangsa itu memang selalu terlihat sedang marah. apalagi dia tahu kalau nasibnya akan berukung di meja makan. hehehe" ucap Linda bercanda.

Akhirnya ikan pun berhasil di dapatkan. Namun entah kenapa Nana merasakan ada hal yang janggal dan meminta agar kakaknya melepaskan ikan besar yang ia dapatkan. Mendengar hal itu Tirta naik pitam dan memarahi Adiknya. Sementara Nana hanya menangis karena sudah tidak tahan lagi dimarahi oleh Tirta.

"ahh aku pikir adikmu ada benarnya juga Tirta" ucap Dimas membenarkan permintaan Nana.

"masalahnya ikan yang kamu dapat ini sangat besar dan kemungkinan akan membuat kita sulit mengayuh perahu rakit ini"

"Bagaimana kalau nanti perahu rakit ini terbalik karena tidak seimbang. tentu kamu nggak mau hal itu terjadi kan?"

"lagian juga kami semua sudah mengakui kalau ikan yang kamu dapat adalah paling besar, kamu memang lebih hebat dari aku dan Edo".

"hmmm.. padahal tadinya aku kira kita akan makan besar kali ini. tapi ya sudahlah akan aku lepaskan ikan ini" jawab Tirta sambil melepaskan ikan miliknya.

"kali ini aku turutin keinginan kamu Nana. tapi besok-besok aku gamau lagi kamu ikutin aku main!" lagi-lagi Tirta menghardik adiknya dengan perkataan yang menyakitkan hati.

Ikan besar itupun sudah dilepaskan, lalu kini mereka semua memutuskan untuk pulang kerumah Tirta untuk memasak ikan hasil mereka memancing. Namun belum sampai ke tepi danau. Tiba-tiba perahu rakit mereka terguncang seolah ada yang menyundul perahunya dari bawah. Nana yang memang penakut hanya bisa memeluk Linda. Tirta yang merasakan ada hal aneh langsung segera memerintahkan semua teman termasuk adiknya untuk sama-sama berada di tengah perahu agar perahu tidak terbalik.

"kakak aku takut" ucap Nana kepada Tirta.

"jangan takut Dek, kakak pasti akan lindungun kamu" balas Tirta meyakinkan Nana.

"kakak beneran udah gamau main sama aku lagi ya?" tanya Nana secara tiba-tiba.

Tirta yang mendengarnya merasakan hal aneh "loh kenapa kamu nanya begitu Na. jangan terlalu dipikirin omongan kakak, kakak itu tadi cuma e...". Tiba-tiba perahu pun berguncang keras, lalu ada pusaran air di bawah perahu rakit yang mereka naiki. Tak lama setelah itu perahu mereka pun terbalik dan meraka semua tenggelam ke danau.

Beruntung Tirta, Edo dan Dimas bisa berenang. Dan Linda bisa diselamatkan oleh Dimas. Tapi kemanakah Nana? Tak ada satupun di antara mereka yang berhasil menemukan Nana.

"Mungkinkah Nana tenggelam?"

"Ataukah Nana dimakan oleh Ikan? tentu tidak mungkin"

"atau mungkin Nana terhisap ke pusaran air?"

Pikiran Tirta pun berkecamuk. Sepintas teringat ucapan terakhir dari adiknya.

"kakak beneran udah gamau main sama aku lagi ya?"

Tirta merasa dirinya sangat keterlaluan karena telah memaki Nana selama di atas perahu rakit. Ditengah lamunan Tirta lalu lamunan itu terpecahkan oleh ucapan Linda.

"Sepertinya Nana ditarik oleh Lembu" ucap Linda.

Terpopuler

Comments

💎hart👑

💎hart👑

👣👣👣

2022-09-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!