Chapter 13

Ayah, Mamah dan Tirta kini sudah berkumpul bersama Pak Rahman. Pak Rahman yang sudah selesai merapal sebuah mantera lalu menghentakkan telapak tangannya ke tanah. Lalu telapak tangan Pak Rahman terlihat seolah mengeluarkan asap putih yang tipis.

"Apa yang sedang anda lakukan pak? Apakah kita sudah bisa mengambil mustika itu sekarang?" tanya Ayah.

Lalu Pak Rahman kembali ke posisi berdiri, "Tadi saya merapal mantra kedap suara agar nanti siluman ular yang ada diluar area ini tidak bisa mendengar dan melihat aktivitas yang akan terjadi nanti!" jawab Pak Rahman.

Kemudian Pak Rahman memberikan aba-aba kepada mereka bertiga untuk bersama-sama menuju batu besar tempat mustika ular dan membongkar tumpukan batu hingga sang Ratu Ular keluar dari sarangnya untuk mengamankan mustika ular.

Rupanya rencana mereka berhasil. Sang Ratu Ular keluar dari sarangnya karena merasa terancam. Terlihat sosok siluman ular ini memang lebih besar dari yang sebelumnya. Tanda mahkota dibagian kepalanya menandakan kalau itu memang benar ratu ular cobra. Mereka bertiga melamun saat melihat betapa besarnya Sang Ratu Siluman Ular ini hingga bahkan ia bisa mengaum dan mendesis. Ayah, Mamah dan Tirta sempat melamun menatap pemandangan ekstrem dari makhluk tak kasat mata yang ada dihadapan mereka.

Namun Pak Rahman dengan tindakannya mampu membuat ketiganya kembali tersadar dari lamunannya. Pak Rahman membacakan sebuah mantra sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Layaknya tokoh-tokoh kartun anime yang hendak melakukan jurus pamungkas, Pak Rahman lalu berteriak sambil berlari ke arah Ratu Ular raksasa dan hendak menghunuskan sebuah senjata yang mirip dengan keris yang secara tiba-tiba muncul dari tangannya. Namun upaya Pak Rahman gagal lantaran sang ratu ular lebih dulu mendepak Pak Rahman dengan ekornya yang bergerak dengan cepat.

Karena serangan dari ratu ular tersebut, tubuh Pak Rahman terpental hampir belasan meter dan lalu terhenti karena menubruk pohon besar.

"Pak Rahman!" ucap Ayah berteriak karena melihat Pak Rahman yang terpental dan menubruk pohon.

"Kalian jangan hanya diam saja, saya tidak mungkin bisa melawan ratu ular sendirian! Cepatlah ambil mustika itu dan bawa pergi sejauh mungkin dari sini!" perintah Pak Rahman.

Namun Pak Rahman tidak menuruti perintah Pak Rahman. Ia tidak bisa tinggal diam jika melihat ada orang yang kesulitan. Oleh karena itu Ayah lalu mengambil sebuah kayu pohon lalu melempar ke arah ratu siluman ular untuk mengalihkan perhatiannya, lantaran sang ratu terlihat bergerak menghampiri Pak Rahman kembali.

"Hei ular terkutuk kemarilah! Jangan hanya berani melawan orang tua saja, lawanmu adalah aku, aku masih cukup muda. Kalau kau bisa menangkapku, maka kau akan mendapatkan daging yang lebih lezat!" ucap Ayah berteriak kepada Ratu Ular.

Sementara Ratu Siluman Ular berhasil dialihkan perhatiannya. Kini ia mulai menghampiri ke arah Ayah. Dengan gerakan yang cepat, ratu siluman ular raksasa kini sudah berada tepat di belakang ayah dengan melilit kepada pohon. Ayah yang kaget lalu terdiam dan menoleh ke belakang dengan perlahan. Saat Ayah menoleh ke belakang, tepat dihadapan wajahnya terlihat ratu ular yang begitu dekat dengan wajahnya. Jantung ayah berdetak dengan keras namun ayah tetap mencoba untuk tenang dan berpikir jernih.

"Apakah ini adalah akhir hidupku? Ahh kalau memang iya, setidaknya aku harus mati dalam keadaan yang tidak sia-sia. Mereka harus bisa membawa mustika ular itu!" gumam ayah dalam hati.

Ayah sudah pasrah kalau memang malam ini adalah akhir riwayat hidupnya. Yang terpenting Mamah, Tirta dan Pak Rahman bisa pergi membawa mustika ular itu dan menyelamatkan putrinya yang bernama Nana.

"Ayah kenapa ayah diam saja? Ayah cepat lari ayah!" teriak Tirta yang tidak rela kalau ayahnya sebentar lagi akan menjadi santapan ratu siluman ular.

"Maryam istriku! Berjanjilah kau untuk mengambil mustika ular itu dan bawa bersama dengan Tirta sejauh mungkin!" perintah ayah kepada mamah.

"Tapi mas, mana mungkin bisa aku meninggalkanmu disini! Tidak mungkin aku biarkan kamu mati dengan cara seperti itu!" ucap mamah berteriak.

"Apakah kamu tidak ingat kalau Pak Rahman bilang ratu ular ini sangat sakti, tapi lama-lama dia akan lemah dengan sendirinya kalau kita bisa menahannya sampai batas sisa energinya!-

"Untuk saat ini aku merasa kalau Pak Rahman sudah tidak muda lagi dan fisiknya juga sudah tidak prima. Tidak mungkin Pak Rahman bisa kuat bermain-main dengan Ratu Ular sampai Ratu Ular melemah kekuatannya!-

"Yang bisa bertahan melawannya sampai ke titik dimana kekuatannya habis saat ini hanyalah aku. Fisikku masih prima dan kuat kalau hanya bermain-main dengan Ratu Ular itu selama 12 jam. hehehe!" celoteh ayah panjang.

"Tapi mas aku tidak rela kalau harus kehilanganmu! Aku.....!" ucapan Mamah terhenti karena ayah lebih dulu berlari untuk menjauhi ratu ular dari markasnya.

Mamah dan Tirta yang melihat pengorbanan ayah, mereka tidak mau menyia-nyiakan pengorbanan ayahnya itu. Mamah dan Tirta segera mengambil mustika ular yang berada tepat di dalam lubang seukuran tubuh dewasa. Mereka masuk ke dalam lubang untuk mencari mustika ular yang dimaksud. Mereka menelusuri istana ular yang ada di dalam lubang itu secara perlahan agar bisa menemukan mustika ular.

Sementara Pak Rahman yang masih bersender pada pohon dengan nafas yang terengah-engah mulai mencoba mengontrol nafasnya agar kekuatannya bisa stabil kembali. Lalu ia bangkit dan berjalan menuju arah dimana ayah berlari memancing ratu siluman ular agar jauh dari istana siluman ular.

#### #### #### #### #### #### ####

Sementara di dimensi alam gaib. Kini Nana sudah naik ke atas rumah pohon dengan menggunakan alat mirip eskalator, namun yang membedakan eskalator alam manusia dengan alam gaib adalah bentuk dan cara kerjanya. Jika eskalator di alam manusia memiliki bentuk seperti tangga yang berjalan, maka eskalator di alam gaib hanyalah 1 buah benda mirip papan dari kayu yang jika di injak maka benda itu akan bergerak dengan sendirinya mengantarkan ke tempat tujuan, persis yang sering ditemui pada game supermario. Nana sempat takut saat menaiki eskalator alam gaib, namun karena hantu tuyul Dino mengatakan kalau di dunia gaib tidak akan ada yang namanya kecelakaan, jadi Nana tidak takut.

"Kak Dino, apakah ibunya kak Dino itu sering bermain sama kak Dino dan para tuyul yang lain?" tanya Nana.

"Sebenarnya ibu kami itu sangat berlawanan dengan kami. Kalau kami hobi bermain, maka ibu kami itu hobi mengurung diri di rumah sambil mengawasi anak-anak baik yang di dunia gaib maupun yang di dunia kalian para manusia!" ucap Hantu Tuyul.

"Maksudnya Kak Dino mengawasi anak-anak di dunia manusia itu apa?" lanjut Nana bertanya.

Hantu Tuyul Dino menjelaskan apa yang dimaksud dengan ucapannya yaitu kalau ibunya juga mengawasi anak-anak di dunia manusia yang sedang sedih, tersesat ataupun yang sudah tidak dipedulikan oleh orang tuanya, maka anak-anak itu akan di ambil oleh ibu mereka dan di angkat menjadi anak sampai orang tua aslinya mencari anak tersebut dan menyesali perbuatannya.

Hantu tuyul menceritakan bahwa di dunia manusia sangat banyak orang tua yang acuh tak acuh kepada anaknya, bahkan terkesan tidak menyayanginya. Hal itu terbukti dengan akhir-akhir ini banyak sekali anak kecil yang tersesat dan bahkan ada yang di usir oleh orang tuanya hanya karena hal yang sepele. Pada saat itulah ibu mereka akan menyamar menjadi orang tua anak manusia tersebut dan membawa anak manusia tersebut ke alam gaib.

"Lantas bagaimana kalau memang orang tua mereka benar-benar tidak mencari anak-anak yang ibu kamu bawa ke alam gaib ini kak? Apa yang akan terjadi dengan mereka?" lanjut Nana bertanya, namun kali ini Hantu Tuyul hanya diam dan tidak menjawab sama sekali pertanyaan itu.

Kini Nana dan hantu tuyul telah sampai di rumah ibunya para tuyul. Terlihat adanya perbedaan mencolok disini. Hantu Tuyul yang notabene sangat hobi bermain dan terlihat seperti balita dengan gaya busananya. Namun tidak dengan pemandangan disini, pemandangannya jauh lebih kelam dan gelap. Tempatnya begitu lembab dan ada bau amis seperti ikan yang sudah jadi bangkai. Suasana yang kelam menambah nuansa horor, Nana mulai panik dan takut, akan tetapi hantu tuyul berhasil membuat Nana tenang kembali.

"Ibu, ini aku bawa anak yang ibu maksud kesini. Dia udah jadi teman aku bu. hehehe" ucap Hantu Tuyul yang memang selalu cengengesan.

Tak lama kemudia terdengar suara langkah seperti suara langkah manusia yang berukuran besar, ia melangkah dengan gerakan yang lambat dan terkesan seperti patah-patah gerak langkahnya. Terlihat oleh Nana kalau itu adalah sosok hantu perempuan raksasa yang berambut panjang mirip sapu ujuk, berkulit hitam dan berwajah tertutup rambutnya. Rambutnya terlihat sedimit berlendir dan mengeluarkan aroma bau yang tidak sedap.

"Kak Dino itu ibu kamu siapa namanya?" tanya Nana berbisik kepada hantu tuyul.

"Itu ibu aku, namanya kalau oleh bangsa manusia ibuku sering disebut!-

"KOLONG WEWE!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!