Keesokan harinya, Ayah, Mamah dan Tirta sedang mempersiapkan semua yang mereka butuhkan untuk melakukan ritual pembukaan portal pintu gaib. Ayah membuka buku mantera yang diberikan oleh Pak Rahman, ia menghapal mantera pembuka pintu gaib. Ia juga menghapal semua tata cara yang harus dilakukan pada saat melangsungkan ritual. Sementara Mamah dan Tirta juga diminta untuk menyiapkan alat-alat yang harus mereka bawa untuk bertahan hidup saat nanti sudah berada di dimensi alam gaib.
Mamah yang masih mengkhawatirkan kondisi Ibu Maya, terus memikirkan ucapan yang selalu keluar dari bibir tebal Bu Maya. Rasa penasaran masih bersemayam di pikirannya. Mengapa Bu Maya terus mengucapkan bahwa suaminya kejam? Bukankan sepengetahuannya, Pak Rahman adalah sosok suami yang baik hati dan tidak pernah terlihat marah. Bahkan, raut wajahnya pun tidak tampak seperti laki-laki yang temperamen.
Pak Rahman memang berprofesi sebagai paranormal dan kehebatannya sudah tersohor ke berbagai daerah. Apakah mungkin dahulu Pak Rahman melakukan pelet pemikat untuk mendapatkan hati Bu Maya, lalu karena kini Pak Rahman sudah mati disebabkan oleh Ratu Siluman Ular, kini pelet itu sudah hilang dan Bu Maya menjadi hilang rasa cintanya? Akan tetapi jarang sekali kalau ilmu pelet itu akan membuat yang terkena pelet menjadi gila bila si pengirim sudah meninggal.
"Apakah jangan-jangan Pak Rahman masih hidup? Tapi itu tidak mungkin?-
"Kalau Pak Rahman masih hidup, pasti ia menemui kami kemarin!" gumam Mamah di dalam batinnya.
Ayah yang menyadari kalau istrinya sedang melamun lantas menegur mamah, hingga lamunan Mamah pun menjadi buyar.
"Kamu tidak kenapa-napa kan, Maryam? Aku perhatikan kamu dari tadi terus melamun?", lalu menghampiri Mamah, "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Ayah.
"Tidak, Mas! Aku tidak memikirkan apa-apa!"-
"Aku hanya sedang teringat kepada Nana, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya. Jika nanti kita berhasil membawa ia kembali pulang, aku akan membuatkan kue donat cincin kesukaannya!" ucap Mamah yang tidak ingin suaminya tahu kalau ia masih memikirkan nasib Bu Maya.
Ayah pun tersenyum kecut. Sepertinya ia mengetahui kalau istrinya sedang tidak benar-benar jujur tentang perasaannya. Namun, Ayah bukanlah tipe suami yang akan memaksakan istri agar mau berterus terang. Justru Ayah akan tetap bersabar menunggu sampai istrinya sendiri yang akan menceritakan semua unek-unek di dalam hatinya.
Ayah yang mengerti kalau Mamah sedang memikirkan sesuatu lantas merangkul Mamah dengan penuh kasih sayang. Dikecupnya kening Mamah yang sedikit keriput. Mata Mamah membulat dan berbinar. Ia merasa sangat beruntung telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk berjodoh dengan Ayah, sosok suami yang benar-benar paling mengerti dirinya. Bibir Mamah pun merekah dan mengeluarkan sebuah kata, "Terima kasih, Mas! Kamu memang selalu bisa membuat hatiku kembali tenang dan damai, aku beruntung menjadi istrimu!" ucap Mamah seraya memeluk ayah dengan penuh manja, pelukannya sangat erat sampai-sampai Ayah merasa kesulitan bernafas.
"Terima kasih atas pujianmu Maryam sayang, akan tetapi tolong sedikit longgarkan pelukanmu, aku merasa kesulitan bernafas!" seru Ayah.
Keduanya pun tertawa bahagia bersama. Tirta yang tidak sengaja melihat momen romantis dari kedua orang tuanya pun ikut tersenyum bahagia karena kedua orang tuanya tetap tegar dan tetap saling menguatkan, meskipun sedang tertimpa musibah. Tirta merasa sangat beruntung telah terlahir dari pasangan yang akur dan saling mengerti satu sama lain.
"Mas, entah kenapa aku merasakan firasat yang buruk. Sepertinya musibah yang menimpa Bu Maya ada hubungannya dengan misi kita yang ingin menolong Nana!" ucap Mamah.
"Saat seseorang sedang dalam musibah, merasakan firasat yang buruk adalah hal yang wajar, Maryam!-
"Tetapi ketahuilah, kita pasti bisa melalui ini semua karena kekuatan cinta kita yang begitu besar terhadap anak-anak kita!" balas Ayah yang ingin menenangkan perasaan Mamah.
"Tapi, bagaimana jika seandainya firasatku ini menjadi kenyataan?" tanya Mamah.
"Maka kita harus menerima itu dengan lapang dada, karena itu adalah murni takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan!" jawab Ayah.
Mendengar kata-kata bijak yang terucap dari suami tercintanya itu, Mamah mencoba menenangkan diri untuk tidak terlalu berpikiran negatif. Ia kembali mencoba berpikiran jernih dan tidak terlalu menyangkutpautkan musibah yang menimpa Bu Maya dengan upaya mereka dalam menolong putri tercinta mereka yang bernama Nana.
"Aku pamit untuk keluar sebentar, mungkin aku akan pulang sore nanti!" ucap Ayah.
Mamah yang merasa penasaran karena Ayah ingin pergi dan bilang kalau ia akan pulang sore hari.
"Memangnya kamu mau keluar untuk apa, Mas?" tanya Mamah.
Ayah yang menyadari kalau istrinya merasa ada hal yang aneh darinya lalu membuat sebuah alasan yang masuk akal, "Aku akan pergi ke Masjid untuk beribadah dan memohon petunjuk serta kekuatan dari Tuhan. Bagaimanapun, saat kita sedang dalam kesulitan kita hanya bisa meminta pertolongan dari Yang Maha Kuasa bukan!" Jawab Ayah.
Mamah pun mengernyitkan dahinya, "Oh aku kira kamu ada kepentingan diluar sampai-sampai kau pergi sekarang dan baru akan pulang nanti sore!" ucap Mamah.
Lalu tidak lama kemudian, terdengar suara kumandang adzan dzuhur. Ayah pun bergegas keluar rumah untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah di masjid. Tirta juga ingin ikut sholat di masjid, akan tetapi Ayah melarangnya ikut ke masjid dengan dalih kalau Mamah harus ada yang menemaninya.
"Ayah pamit sebentar ya, Wassalamualaikum!" ucap Ayah.
"Waalaikumsalaam!" jawab Mamah dan Tirta berbarengan.
#### #### #### #### #### #### ####
Sementara di dimensi alam gaib, Pak Rahman sudah dekat dengan tempat dimana Nana berada yaitu di negeri para tuyul. Pak Rahman menyamar dengan berpakaian seperti Hantu yang bertugas menjaga keseimbangan alam gaib dengan alam manusia. Ia memakai jubah serba hitam dan membawa senjata semacam klewang yang panjangnya sekitar satu meter lebih tiga puluh sentimeter. Ia juga merapal sebuah mantra dan secara tiba-tiba datanglah Iblis Harimau yang sangat seram dan mengerikan. Warna kulit dan bulunya adalah hitam, bola matanya berwarna merah darah, gigi taringnya panjang sampai menyentuh tanah, dan tinggi Harimau itu sekitar tiga meter. Pak Rahman menjadikan Harimau Iblis itu sebagai tunggangannya menuju rumah hantu Kolong Wewe yang ada di pohon besar di tengah-tengah negeri para tuyul.
Harimau itu berlari dengan sangat cepat sehingga hanya perlu waktu sebentar saja, Pak Rahman sudah berada di negeri para tuyul. Dengan kecepatan kilat, Iblis Harimau yang menjadi tunggangan Pak Rahman kini sudah hampir dekat dengan Rumah Kolong Wewe. Ia tidak mempedulikan hantu tuyul yang sedang asyik bermain di dekat pohon besar tersebut. Banyak hantu tuyul yang mati karena terlindas oleh Iblis Harimau yang menjadi kendaraan Pak Rahman. Negri para tuyul di alam gaib pun kini berubah menjadi negeri yang kelam. Langitnya yang cerah mendadak kini menjadi merah padam.
Para Tuyul yang biasanya terlihat selalu ceria kini berubah menjadi penakut. Mereka takut saat melihat Harimau Iblis yang berlari dan menghancurkan apa saja yang dilewatinya.
"Rrrroooooaaaaarrrrrr!" suara Harimau Iblis mengaum dan memporak-porandakan negeri para Tuyul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments