Bab.20

...Hadist riwayat Ahmad, Rasullullah bersabda:...

...Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, "Siapa mereka itu?", "Mereka itu adalah orang-orang yang mencintaikarena Allah 'Azzawajalla."...

.

.

.

"Aduh! Kalau tau seperti ini tadi naik mobil ku saja," ketus Shila saat membantu Devan mendorong motor.

Sepertinya mereka akan gagal menjenguk Arman karena kondisi yang sudah hampir malam dan mereka belum juga menemukan bengkel.

Sial bagi Shila padahal Ia sudah menyiapkan akting terbaiknya jika bertemu Arman nanti. Sekeranjang buah segar pun sudah ia beli sejak istirahat kantor tadi.

"Ini motor Ayah ku, motor ku kemarin di pakai Arman, aku tidak tau dia taruh di mana. Kalau kita naik motor ku, pasti tidak akan mogok seperti ini," kilah Devan, sebenarnya motornya jauh lebih butut dari milik sang Ayah.

"Banyak alasan, aku lelah mau menunggu taksi saja di sini."

Devan berbalik saat Shila berhenti membantunya mendorong motor. "Ini hampir magrib, kawasan ini rawan begal sama copet loh."

"Ah sial! Kenapa aku malah terjebak di sini sama orang seperti kamu."

Devan terlihat kesal ketika Shila terus saja menyalahkannya. Padahal Ia juga tidak mau hal ini terjadi, ia yang awalnya suka kepada Shila yang cantik, kini menjadi kesal sendiri karena sikap Shila tidak sesuai ekspektasinya. "Eh gorong-gorong Sudirman, ngomong lagi aku tinggal nih."

Merasa tidak terima, Shila menarik kerah baju Devan dari belakang. "Apa kamu bilang, gorong-gorong Sudirman? Eh aku ini Sekertaris perusahaan besar, cantik dan berprestasi."

"Terserah kamu, tuh di depan ada bengkel, aku mau mampir kalau kamu mau lanjut jalan, silahkan." Ia kembali mendorong motornya menunju sebuah bengkel yang berjarak sepuluh meter darinya.

Sementara Shila masih di sana mendengus kesal atas apa yang terjadi kepadanya sore ini. Ia memandangi para anak punk dan juga preman yang ada di depan sana tentu saja ia takut untuk berjalan sendiri.

Akhirnya Ia memutuskan untuk ikuti ke bengkel. Devan berdecak tak percaya ketika melihat Shila beranjak duduk di sampingnya. "Takut Bu jalan sendiri?"

"Ini terpaksa ya, karena di depan sana banyak preman. Mana ponsel habis baterai, hari ini benar-benar sial!"

Devan kembali tekekeh sendiri melihat sikap jual mahal Shila.

...~~...

Di sepertiga malam yang begitu pekat. Syifa terbangun hendak melaksanakan sholat tahajud, seperti biasanya. "Alhamdulillah, bisa bangun jam segini." Saat hendak turun dari ranjang, ia tersadar jika sang suami tidak berada di sampingnya.

Malam tadi, Syifa ingat Arman bilang akan bekerja lembur. Satu hari saja Arman libur maka pekerjaan akan menumpuk untuk itu karena sudah merasa lebih baik ia mengerjakan semua pekerjaannya di rumah.

"Astaghfirullah, jangan-jangan Mas Arman belum pernah tidur."

Tanpa membuang waktu, Syifa segera melangkah keluar. Untung saja ruang kerja sang suami berada tepat di samping kamarnya.

Klek.

Pintu ruangan itu terbuka, namun langkah Syifa terhenti di ambang pintu saat ia melihat sang suami sedang melaksanakan ibadah Sholat malam. Hatinya kembali tersentak, pria yang saat menikah dengannya bingung di mana arah kiblat kini mulai kembali kejalannya.

Masyaallah, sungguh sempurna ciptaan mu ya Allah. Aku tidak pernah berekspektasi tinggi jika dia benar-benar ingin kembali ke jalan mu, tapi saat ini aku bisa melihat jika dia adalah seorang hamba yang merindukan surga mu, batin Syifa.

Perlahan ia melangkah, duduk di belakang sang suami. Pandangannya fokus melihat punggung kokoh yang sedang bermunajat kepada-nya.

Entah apa yang Syifa pikiran. Tatapan begitu sendu, seolah merindu sosok suami yang tak bisa ia sentuh. Rasa itu mulai hadir dan mengusik sanubari, ia hanya bisa memeluk bayang-bayang bagai bulan yang di kekang malam.

"Syifa, kamu disini."

Syifa yang sejak tadi tenggelam dalam lamunannya sendiri, akhirnya tersadar. Ia menatap sang suami yang saat ini hanya berjarak setengah meter darinya. "Oh iya Mas, maaf tadi aku pikir Mas masih lembur ... Mas Shalat tahajud ya?"

"Istikharah dan tahajud, sudah lama aku tidak shalat malam. Doanya sampai lupa, aku sampai membuka buku dan internet," jawab Arman sambil melipat sajadahnya.

Syifa mencengkram lututnya saat mendengar pernyataan sang suami. Sebagai seorang wanita yang biasa melaksanakan ibadah shalat tersebut tentu saja ia mengerti apa makna dan tujuan ketika seseorang melaksanakannya.

"Apa Mas sedang bingung untuk memutuskan sesuatu?"

Arman kembali duduk di depan Syifa setelah selesai merapikan sajadahnya. "Aku merasa terjebak dalam satu situasi. Aku tidak tahu jalan apa yang harus aku ambil, kali ini aku mencoba melibatkan Allah di dalam masalah ku, seperti yang kamu bilang, Allah memang tidak bisa membuat aku melupakan rasa kehilangan itu tapi Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lain."

Ya Allah ada apa dengan tatapan itu, aku tidak ingin salah paham dengan situasi ini, batin Syifa.

"Apa aku boleh ... boleh tau, apa yang membuat Mas bingung untuk mengambil keputusan, pekerjaan ya?"

Bukannya menjawab Arman malah tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Bukan, ini rahasia ku dan Allah. Masih dalam proses memantapkan diri, kamu kepo ya?"

Syifa tersenyum seraya menundukkan kepalanya. Andaikan pernikahan mereka ada harapan mungkin kemesraan akan terajut indah, namun ia tahu batasan hingga tidak berani berharap terlalu jauh.

Setelah merasa bisa mengontrol perasaannya ia kembali menatap Arman. "Alhamdulillah, aku ikut senang melihat Mas Arman kembali percaya kepada Allah. Apapun yang membuat Mas bingung, semoga cepat mendapatkan jawaban. Kencangin lagi sepertiga malamnya."

Perlahan tangan Arman bergerak, mengusap lembut pucuk kepala sang istri. "Dampingin Mas ya, semoga semakin taat, agar kelak bisa menjadi teladan untuk Cabay."

Deg.

Sekujur tubuh Syifa terasa bergetar, untuk pertama kalinya ia merasakan sentuhan sang suami di bagian kepalanya. Nyaman dan membuat hati semakin resah. Ingin menghindar tapi tubuhnya terasa begitu kaku seolah enggan untuk beranjak.

"Insyallah Mas. Kalau begitu aku kembali ke kamar ya, mau shalat juga takut waktunya habis." Ia segera berdiri dan melangkah keluar dari ruang kerja Arman.

Arman masih di sana, memandangi kepergian Syifa hingga menghilang dari balik pintu. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan. Dia adalah wanita yang baik, aku tidak bisa membuatnya terluka. Hadirkan cinta itu segera, jika memang engkau menghendaki aku bersamanya, batin Arman.

~

Di dalam kamar, Syifa hendak pergi ke kamar mandi untuk berwudhu tetapi tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Karena penasaran dan takut ada pesan penting ia pun mengecek ponselnya.

"Pesan dari nomor baru, siapa ya." Sempat merasa ragu saat hendak membuka pesan chat tersebut tetapi rasa penasarannya lebih besar. Sedetik kemudian ia nampak terkejut sampai-sampai menutup mulut dengan tangan kanannya.

Ya, siapapun yang menjawab bahwa pesan itu dikirim oleh Firman maka jawabannya, Benar.

[Assalamualaikum sang pemilik hati. Aku tahu kamu masih kesal dan marah kepadaku. Di sepertiga malam ini, melalui jalur langit Aku bermunajat meminta untuk kembali dipersatukan denganmu. Aku masih disini menunggu kamu untuk kembali.]

Bersambung 💕

Bab selanjutnya ➡️ (Doa mana yang terkuat?)

Guys! mampir ke novel keren yang satu ini ya, berikan dukungan dana tap favorit, terimakasih 🙏

Terpopuler

Comments

aisyahara_ㅏㅣ샤 하라

aisyahara_ㅏㅣ샤 하라

firman & arman said "mari bertarung di jalur langit,kita liat doa siapa yg syahid" 🫣😁😁

2024-03-16

0

dewi

dewi

🤣🤣🤣🤣🤣

2023-06-17

0

Ayu syahfitri

Ayu syahfitri

lah firman brrti secara tidak langsung lu minta arman dan syifa pisah dong.. gila luuu

2023-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!