Bab.11

Jam makan siang kantor, Arman mengajak Gavin untuk makan siang bersama di salah satu restoran yang tidak jauh dari rumah sakit di mana Gavin bekerja.

Saat masuk ke dalam restoran Gavin melambaikan tangannya melihat sang sahabat sudah menunggu di salah satu meja di pojok ruangan. Langsung saja Gavin melangkah menghampiri Arman masih dengan jas putih yang melekat pada tubuhnya.

Semenjak selesai akad, untuk pertama kalinya ia dan Arman kembali bertemu. Ia sudah tidak sabar ingin mendengar cerita Arman tentang pernikahannya dengan Syifa.

"Hy, bro. Sudah pesan makanan?" tanya Gavin.

"Sudah, duduklah sebentar lagi makanannya pasti datang," jawab Arman.

"Pengantin baru, sudah langsung kerja saja. Syifa sendirian di rumah?" tanya Gavin sesaat setelah duduk di hadapan Arman.

"Iya, dia sendiri. Aku mulai berpikir untuk mencari pembantu, tapi yang bisa menjaga privasi. Kamu tahu sendiri bagaimana hubungan ku dengan Syifa," jawab Arman lalu kembali menyeruput kopinya.

Gavin meletakkan kembali buku menu yang sempat ia pegang. Tiba-tiba Ia berpikir Kenapa Arman begitu menjaga jarak dengan Syifa dan tidak mencoba untuk membuka hati. Ya, semua orang mempertanyakan hal itu karena Arman sudah hampir empat tahun belakangan ini menyendiri.

"Arman, apa kamu benar-benar sudah tidak bisa membuka hati untuk wanita lain selain Cynthia? kamu masih muda dan sangat sukses, terbelenggu seperti ini hanya akan membuat kamu terpuruk."

Arman menghela napas pelan, lagi-lagi seseorang kembali mempertanyakan hal yang sama. "Chintya masih menjadi surga yang selalu aku rindukan, Vin. Aku tahu kamu dan paman khawatir kepada ku, tapi sungguh aku baik-baik saja. Syifa sudah aku anggap sebagai teman, aku tidak menutupi apapun darinya, kami saling bercerita dan bicara dengan santai. Semua berjalan dengan baik, kamu tenang saja."

"Teman, yakin? Bagaimana jika terlanjur nyaman dan akhirnya takut kehilangan. Hati-hati loh, apapun bisa terjadi jika Allah sudah berkehendak. Jangan bicara seperti itu hingga mendahului kehendaknya, bucin baru tau rasa."

Arman berdecak saat mendengar ucapan Gavin. Ia tahu, segala sesuatu yang diridhoi oleh kehendaknya akan menjadi nyata tetapi keyakinan itu masih begitu erat tersimpan dalam hatinya. "Jangan banyak bicara, kamu sendiri masih menyimpan perasaan itu kan? Hati-hati nanti Dokter Annisa di ambil orang."

"Yaelah Man, kamu malah balik menyerang aku itu namanya."

Arman terkekeh sendiri saat melihat ekspresi wajah Gavin yang menurutnya sangat lucu.

...ΩΩΩΩΩ...

Pukul lima sore, Arman sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Sesekali ia menoleh melihat paper bag yang ia letakkan di sebelahnya. Paper bag itu berisi perlengkapan sholat, dan juga susu ibu hamil untuk Syifa.

Syifa bisa berlapang dada menerima keadaan ini membuat Arman merasa terbuka dan tidak segan untuk menyesuaikan diri. Sejauh ini ia merasa semua berjalan lancar karena mereka bisa berkomunikasi dengan baik.

Arman menghentikan laju mobilnya lalu melangkah keluar untuk membuka pagar rumah. Ia sudah terbiasa menyendiri dan melakukan semuanya sendiri, termasuk membuka pintu pagar yang biasa dilakukan oleh satpam.

Setelah selesai memarkirkan mobil di halaman ia hendak keluar namun dering ponsel membuatnya kembali duduk. "Reva, tumben sekali dia menelepon. Bukannya dia sedang berlibur dengan pacarnya."

Merasa heran karena tiba-tiba saja sepupunya menelepon dari Malaysia, Arman terdiam sebentar kemudian memutuskan untuk menerima telepon tersebut. "Hallo, kenapa Va?"

[Apa hadiah dari ku sudah sampai? Aku mengirim sesuatu untuk Kakak ipar ku, kamu menikah tidak bilang-bilang, aku kan mau pulang ke indo.]

Arman mengerutkan keningnya, ia heran kenapa tiba-tiba saja Reva mengirimkan hadiah untuk Syifa. Seingatnya ia tidak pernah menceritakan tentang pernikahan ini kepada sepupunya itu tetapi ia yakin sang Paman adalah biangnya.

"Kamu tidak usah pulang. Kalau minggat jangan tanggung-tanggung."

[Hey aku bisnis woman. Semoga Kakak ipar suka hadiah dari ku, itu oleh-oleh dari Paris.]

Arman beranjak keluar dari dalam mobil dengan ponsel yang masih menempel di telinga. "Mamangnya kamu mengirim apa?"

[Haha, you know. Sesuatu yang bisa dia pakai saat malam hari, berbahan kain tipis dan menerawang.]

Mata Arman membulat dengan langkah yang semakin bergerak cepat. "Hey, dia bukan wanita yang bisa memakai pakaian seperti itu."

[Kenapa? Kan cuma di depan kamu. Selamat bermalam Jum'at, aku tutup dulu.]

"Ah sial," ucap Arman, saat sepupunya benar-benar mengakhiri panggilan telepon tersebut ia mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Syifa.

Sesampainya di dalam, ia melanjutkan langkahnya menaiki tangga dan ternyata sang istri sedang duduk di sofa lantai dua, sambil memegang kotak besar yang ia yakini adalah hadiah dari Reva.

"Syifa!"

Baru saja Syifa hendak menggunting bubble wrap yang melapisi kotak tersebut tetapi langsung dicegah oleh sang suami yang tiba-tiba saja datang. "Mas Arman. Kok wajahnya pucat seperti itu?"

"Syifa, jangan buka kotak itu. Sini berikan kepada ku." Arman nampak begitu panik, ia hendak meraih kotak itu namun Syifa malah mempertahankannya.

"Kenapa? Kata orang suruhan paman, ini adalah hadiah untukku dari sepupu Mas Arman yang tinggal di Malaysia."

"Iya aku tau, tapi jangan di buka. Kamu tidak akan bisa menerimanya."

"Kenapa tidak? Aku adalah orang yang sangat menghargai pemberian orang lain." Syifa melanjutkan aktivitasnya menggunting bubble wrap pelapis kotak.

Arman hanya bisa pasrah ia terduduk lemas di hadapan sang istri. "Setidaknya aku sudah memperingatkan mu, Reva itu adalah orang gila tentu saja sesuai dengan hadiah yang diberikan."

"Astaghfirullah," ucap Syifa saat melihat isi dari kotak itu. Baju berbahan kain satin tipis dengan merek ternama dunia, warnanya merah maroon dan begitu menerawang.

Melihat ekspresi Syifa, Arman hanya bisa menghela nafas panjang, ia sudah mencoba untuk mengingatkan tetapi Syifa yang begitu keras kepala tetap kekeh untuk membuka hadiah dari sepupunya. "Bagaimana, kamu masih mau menerimanya?"

Syifa menutup kembali kotak itu lalu melihat kearah Arman. "Ini baju haram, Apa Mas ingin aku memakai ini?"

Wajah maskulin yang ditumbuhi sedikit bulu halus itu mendadak memerah ketika mendengar pertanyaan Syifa. "Ma-mana mungkin aku menginginkan hal seperti itu." Ia berdiri dari posisinya meraih kotak yang ada di atas pangkuan Syifa. "Aku akan menyimpan ini, maafkan Reva karena sudah mengirim hadiah seperti ini."

Arman melangkah cepat meninggalkan tempat itu, ia kembali ke mobil untuk mengambil perlengkapan Sholat dan juga susu untuk Syifa.

Setelah itu Arman kembali ke ruangan tersebut, Syifa pun masih berada di sana, ia nampak termenung sepertinya memikirkan hadiah yang sempat ia lihat tadi.

"Jangan di pikirkan lagi. Ini hadiah yang sebenarnya, tadi aku meminta sekertaris ku untuk membeli perlengkapan shalat dan juga susu ibu hamil untuk kamu." Arman meletakkan paper bag itu di atas meja.

"Untuk ku?" perlahan tangan Syifa bergerak meraih paper bag besar tersebut. Ia bisa melihat empat kotak susu, mukena, tasbih dan juga sajadah.

Namun yang membuatnya heran adalah, satu paper bag kecil yang ada di tangan Arman. "Itu apa?"

"Oh ini ...." Arman terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan Syifa namun untuk apa yang merasa malu karena ia ingin memulai sesuatu yang baik. "Ini perlengkapan sholat untuk ku. Ehm, sepertinya sudah mau magrib, aku mau mandi dulu."

Arman berbalik hendak pergi ke ruang kerja, tetapi langkahnya kembali terhenti saat tiba-tiba saja Syifa menggenggam pergelangan tangannya. "Kenapa?"

"Kita sholat bersama, Mas adalah imam ku sekarang."

Bersambung 💕

Bab selanjutnya ➡️ (Suami siaga)

Yuk mampir ke novel keren yang satu ini...

Terpopuler

Comments

Yanti Raisyafariz

Yanti Raisyafariz

Pakai aja syifa....

2023-06-08

0

Dhelmilia

Dhelmilia

hayo lo arman, syifa minta kamu jadi imam.bikin arman jadi deg2an.

2023-05-27

0

mahyati Reva

mahyati Reva

cieeee...sholat jamaah ma babang arman

2023-05-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!