Bab.19

Gavin semakin serius saat Arman bertanya hal itu kepadanya. Sebagai seorang sahabat ia saja lelah melihat Arman menjalani hidup tanpa sebuah tujuan yang jelas.

"Man, yang harus kamu lakuin adalah mencoba membuka hati dan melupakan trauma itu. Kamu tidak mau Syifa terluka? Gampang, jangan katakan apapun kepadanya, cukup kamu jalani saja, nah nanti kalau bunga-bunga di hati kamu sudah mekar, niat kamu juga sudah kuat, baru kamu nyatain."

Sulit untuk mengambil sebuah keputusan, tapi tiba-tiba saja Arman memikirkan nasib anaknya kelak, yang harus tumbuh tanpa di dampingi sosok seorang Ibu.

"Tapi bagaimana jika sampai anak ku lahir, cinta itu tidak hadir juga?"

Ya, wajar jika terbersit keraguan, karena cinta pertama dan terakhir yang sempat terucapkan menjadi taruhannya. Chyntia, adalah sosok luar biasa yang menoreh sejuta kenangan indah dan juga luka, untuk menggantikannya mungkin Arman membutuhkan lebih banyak keyakinan dan juga waktu.

Gavin merasa kehabisan kata-kata, namun ia tidak bisa membiarkan sahabatnya yang akhirnya mempunyai keinginan untuk mencoba. Ia memeriksa bagian dada sang sahabat dengan stetoskop. "Ente sholat istikharah deh, minta petunjuk sama Allah. Ini hati keras sudah seperti batu."

Klek.

Pintu kamar itu kembali terbuka, terlihat Syifa melangkah masuk dengan secangkir kopi di tangannya. "Sudah selesai di periksa Dok?"

"Oh ini, suami kamu baik-baik saja. Badannya juga tidak panas lagi. Ini hanya efek dari kambuh dia kemarin, nanti aku resepkan obat."

"Terimakasih, Dok. Silahkan di minum dulu." Syifa meletakkan secangkir kopi itu di sebuah meja sofa yang ada di kamar tersebut.

"Oh iya terimakasih." Gavin melangkah menghampiri Syifa dan langsung duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Wah enak ya punya istri. Ada yang buatin kopi, jagain saat sakit, dan yang paling penting ada yang temenin tidur. Nikmat Allah mana yang kau dustakan."

Bug.

Arman melempar bantal dan tepat mengenai bahu Gavin. "Bisa diam?"

"Mas, jangan seperti itu. Dokter Gavin tamu kita," tegur Syifa.

"Tuh dengar kata istri Soleha. Tamu itu adalah raja, nah ini malah di tabok pakai bantal," sambung Gavin lalu kembali menyeruput kopinya.

Arman kembali menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang seraya memandangi sang istri yang masih berdiri di samping sofa di mana Gavin duduk. "Bubur ku sudah mulai dingin, apa kamu masih mau berdiri di situ?"

"Astaghfirullah, iya ya. Aku sampai lupa," ucap Syifa lalu segera duduk di tepi ranjang, melanjutkan aktivitasnya menyuapi sang suami. "Masih hangat kok, ayo makan lagi."

"Astaga, sepertinya aku harus segera pergi dari sini," sahut Gavin.

...ΩΩΩ...

"Aku ingin membatalkan pernikahan ku dan Laras Bu," ucap Firman dengan kepala tertunduk di hadapan sang Ibu.

Praaakk!

Ibu menghentak meja dengan cukup keras, ia tidak habis pikir apa yang membuat Firman mengucapakan hal itu, padahal pernikahannya tidak sampai satu bulan lagi.

"Kamu jangan asal bicara, apapun yang terjadi kamu akan tetap menikahi Laras. Dua minggu lagi kita berangkat ke Riau."

Keadaan Firman benar-benar tidak baik-baik saja, dulu ia sempat ragu dan memutuskan untuk melupakan semuanya tapi kini ia kembali berbalik dan mengejar mimpi yang sempat ditinggalkan.

"Aku tidak bisa menjalani hubungan tanpa perasaan. Mencoba untuk memaksakan hanya akan membuat aku dan dia sama-sama hancur. Ingat Bu, ini keinginan Ibu bukan aku."

"Ibu kecewa sama Kamu Firman. Demi siapa kamu seperti ini, hah? Syifa, sudah menikah dan kamu mau mengejar istri orang, sadar kamu."

"Aku yakin perasaan Syifa masih untuk ku. Aku tau dia tidak mencintai suaminya, karena mereka menikah hanya karena keadaan. Segala tuduhan Ibu kepadanya itu tidak benar. Dia bukan wanita yang seperti itu."

"Apa maksud kamu?"

"Syifa hamil bukan karena berzina tapi hanya karena kesalahan prosedur rumah sakit. Aku tidak akan melepaskan dia Bu, aku mau dia kembali kepada ku."

"Gila kamu Firman!"

"Aku memang sudah Gila dan aku akan melakukan apapun demi membawa dia kembali kedalam hidup ku!"

Tak ingin berdebat lagi dengan sang Ibu, Firman memilih pergi untuk bekerja. Keputusannya sudah bulat dan tidak ada yang bisa membuatnya goyah.

Cukup satu kali ia meragukan kata hatinya, dan ternyata ia benar-benar menyesal setelah mengetahui semua faktanya.

~

"Shila...Shila, main yuk," ucap Devan yang berdiri di ambang pintu ruang kerja Shila.

Dengan malas Shila menoleh memandangi Devan dengan ekspektasi tak suka. "Maaf ya, saya sibuk. Silahkan kembali ke ruangan Anda."

"Kamu kenapa sih jutek sekali. Oh iya hari ini Arman tidak masuk karena sakit kan? Aku mau pergi menjenguknya nanti."

Hah, menjenguk Pak Arman, aku harus ikut nih, batin Shila.

Tiba-tiba saja Shila berdiri dari posisinya lalu melangkah menghampiri Devan. "Saya boleh ikut? Ada beberapa berkas yang harus saya antar ke pak Arman."

"Boleh kok boleh. Nanti sepulang kerja aku kesini lagi jemput kamu."

"Oke."

~

Di tempat berbeda.

Arman yang merasa bosan di dalam rumah memilih untuk pergi ke halaman belakang, sekalian berolahraga ringan dengan peralatan gym-nya yang ada di sana.

Sambil mengangkat barbel kecil, ia duduk di sebuah kursi yang ada di sana seraya terus melamun tentang ucapan Gavin pagi tadi.

jika aku belajar menerima keberadaannya, apa mungkin cinta itu bisa hadir ... tapi bagaimana dengan perasaannya sendiri apakah dia juga mau membuka hatinya atau masih mencintai mantan calon suaminya, batin Arman.

"Mas!"

Bug.

Karena kaget dan tidak siap secara tidak sengaja Arman menjatuhkan barbel yang ada di tangannya hingga mengenai telapak kakinya. "Aw sakit."

Syifa yang tadi hendak memanggil sang suami untuk makan siang bersama, tiba-tiba menjadi panik ketika melihat sang suami kesakitan karena tertimpa barbel. "Mas tidak apa-apa, maaf tadi aku tidak bermaksud mengejutkan Mas."

Arman terlihat kaget ketika tiba-tiba saja Syifa bersimpuh di hadapannya seraya mau makai telapak kakinya terasa berdenyut karena tertimpa barbel. "A-aku baik-baik saja." Ia memicingkan matanya saat melihat suara isakan lirih. "Kamu menangis?"

Kepala Syifa mendongak ke atas melihat sang suami yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Kaki Mas sakit gara-gara aku."

"Tidak apa-apa. Berdirilah dan duduk di samping ku." Arman mengulurkan tangannya untuk membantu sang istri berdiri.

Syifa pun tanpa ragu meraih uluran tangan sang suami, ia melangkah duduk di samping suaminya seraya menundukkan kepala karena merasa bersalah. "Huuft sepertinya bawaan bayi. Aku jadi gampang sedih. Mungkin saja kedepannya aku akan lebih gampang kesal atau marah, semoga Mas bisa sabar menghadapi ku."

"Hm baiklah. Mungkin juga kedepannya, aku akan melakukan hal yang tidak kamu duga, jadi semoga kamu siap ya." Arman tekekeh sendiri mendengar ucapannya. Ia tidak percaya akhirnya mengatakan hal itu.

Mata Syifa tiba-tiba saja membulat, ia menyilangkan kedua tangannya ke bagian bagian depan tubuhnya seraya memicingkan mata ke arah sang suami. "Maksud Mas apa?"

"Hahaha, hey apa yang kamu pikirkan? Jangan negatif thinking seperti itu." Arman mencoba untuk berdiri meski telapak kakinya terasa berdenyut. "Ayo masuk, kamu sudah selesai masak kan?"

Syifa menganggukan kepalanya lalu ikut berdiri. "Mas bisa jalan sendiri?"

"Bisa, menggendong kamu saja aku masih sanggup."

"Tu kan, Mas buat orang negatif thinking terus." Wajahnya nampak memerah, Ia pun menjadi salah tingkah.

Arman kembali tekekeh melihat ekspresi wajah Syifa yang menurutnya sangat lucu. "Astaghfirullah, aku cuma bercanda. Ayo masuk."

Bersambung 💕

Bab selanjutnya ➡️ (Bisakah aku kembali?)

Yuk mampir ke novel keren yang satu ini...

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

belajar untuk menerima kenyataan Man, yg udh pergi biar berjalan dengan sendirinya ngk kasihan apa sm yg meninggal nanti merasa di beratin. 🤭🤭😁

2024-03-03

0

ruhaynizz

ruhaynizz

jngan biarkan anak tmbuh tanpa didikan seorang ibu man

2023-05-28

0

Annisa Rahma

Annisa Rahma

shila ga usah mengharapkan arman lagi deh,, ga bakal lu dapetin 😂

2023-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!