Bab.14

...Tak mau kehilangan tapi lelah berjuang. bukankah aku rumah tempatmu untuk bersandar? Sendiri ku tak bisa, bersamaku tersiksa. Ini kenyataannya kita tak baik saja....

...(Lirik lagu Awdella - tertawaan hati)...

.

.

.

Syifa menundukkan pandangannya saat melangkah bersama Arman memasuki gedung perusahaan. Ia merasa kurang nyaman dengan tatapan semua orang. Ya, pernikahannya dan Arman memang berlangsung secara mendadak dan tentu saja menimbulkan pro dan kontra apalagi sekarang ia sedang mengandung.

"Kamu gugup?" tanya Arman tiba-tiba saat melihat Syifa bertingkah aneh.

"Bagaimana tidak gugup kalau semua orang melihat ku seperti tadi. Kak Devan mana lagi, apa dia masih tidur di rumah." Syifa terus menoleh kanan kiri, mencari keberadaan sang Kakak.

"Syifa, Arman!"

Syifa dan Arman berbalik ketika mendengar suara seseorang memanggil nama mereka dan orang itu adalah Devan.

"Kak Devan, sudah menunggu dari tadi?" tanya Syifa.

"Tidak juga, aku mengobrol dengan seseorang tadi." Devan beralih melihat kearah Arman yang berdiri di samping Syifa. "Man, Aku mulai bekerja hari ini, atau hanya perkenalan?"

"Kak Devan bisa mulai besok, hari ini sekretarisku akan mengantar Kakak menemui kepala departemen untuk mengetahui Kakak ditempatkan di bagian mana. Ayo kita ke lantai lima," ujar Arman lalu melangkah bersama Syifa dan Devan menuju lift.

~

Sesampainya di lantai lima, Syifa dan Devan terus mengikuti langkah Arman memasuki ruangan CEO. Dan benar saja sekretaris Arman sudah menunggu di sana, wajah Shila nampak tidak senang ketika melihat kedatangan istri dari atasannya.

"Shila, tolong kamu antar Pak Devan ke ruang Departemen perencanaan," pinta Arman kepada sang Sekertaris.

"Baik, Pak." Shila beralih melihat Devan tanpa memperdulikan Syifa yang jelas-jelas berdiri di samping Arman. "Mari ikut saya."

"Oh baik." Devan nampak sangat senang ketika melihat sekretaris Arman yang begitu cantik, ia melangkah dengan sangat antusias ketika diajak pergi oleh Shila.

Syifa bisa merasakan bahwa sekretaris Arman seperti tidak menyukainya, tatapannya begitu sinis dan tidak ramah. "Mas sekertaris kamu cantik tapi sepertinya judes."

"Sepertinya dia masih kesal karena gagal melakukan inseminasi buatan waktu itu," ujar Arman.

"Apa! Jadi dia yang seharusnya mengandung anak kamu, Mas? Pantas saja tatapannya sangat sinis. Dia pasti sangat membenciku," tutur Syifa seraya menghela napas pelan.

Bukannya khawatir Arman malah terkekeh sendiri, melihat ekspresi wajah Syifa yang menurutnya sangat lucu. "Sudahlah, dia tidak penting. Selama beberapa minggu belakangan, aku semakin sadar apa alasan Allah menitipkan bayi ku di rahim mu."

"Maksud Mas?"

Arman kembali terkekeh seraya mengangkat kedua bahunya. "Ayo masuk, aku ingin memperlihatkan kamu sesuatu."

Meski penasaran, Syifa hanya bisa mengikuti apa yang Arman perintahkan. Sesampainya di ruang kerja sang suami, ia menggedarkan pandangan, karena ternyata sang suami adalah pria yang begitu berprestasi terbukti dengan semua piala penghargaan yang terpajang di lemari kaca yang ada di ruangan itu.

"Ini untuk kamu." Arman mengulurkan tangannya ke hadapan sang istri sambil menggenggam sebuah buku.

"Ini buku apa, Mas?" tanya Syifa.

"Buku tentang kehamilan. Saat pertama kali aku bermimpi menimang seorang bayi laki-laki di pangkuanku, aku langsung membeli buku ini. Ambilah."

Senyuman tipis kini tergambar di wajah Syifa, di raihnya buku itu dari tangan Arman. "Mas yakin sekali kalau Cabay adalah laki-laki, jangan terlalu berharap nanti kecewa jika tidak sesuai ekspektasi."

"Aku tidak berekspektasi. Itu hanya mimpi, mau apapun jenis kelaminnya nantinya, dia tetap anak ku," ujar Arman.

"Syukurlah kalau begitu. Oh iya, aku mau ke toilet, sejak tadi mau buang air kecil," ucap Syifa di tengah obrolan mereka.

"Kebetulan toilet di ruangan ku sedang di perbaiki, sepertinya belum selesai. Tak jauh dari sini ada toilet, ayo aku antar." Ia hendak meraih pergelangan tangan Syifa tetapi di tolak. "Tidak usah, Mas. Aku bisa sendiri."

Arman mengerutkan keningnya, sebagai seorang pria yang sudah menduda selama kurang lebih empat tahun, ia tidak pernah ditolak oleh seorang wanita malah lebih sering para wanita mengharap perhatian darinya. "Kamu yakin tidak mau aku antar?"

"Iya, aku bisa sendiri. Kalau begitu aku keluar sebentar." Dengan langkah cepat ia keluar dari ruangan itu. Bukannya tidak mau tetapi Syifa merasa kurang nyaman saat berjalan bersama Arman, semua orang pasti memperhatikannya.

~

Setelah selesai buang air kecil Syifa keluar dari kamar mandi seraya membersihkan gamisnya yang terkena cipratan air wastafel. "Baju ku jadi basah seperti ini."

"Syifa."

Langkah Syifa terhenti ketika dihadang oleh seorang pria. Ia mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk karena membersihkan gamis. Dan tentu saja Syifa terkejut ketika melihat pria yang ada di hadapannya adalah, Firman.

Dunia memang begitu sempit karena Ia tidak menyangka sang mantan bekerja di perusahaan suaminya. Bukan karena tidak bisa merelakan, tetapi ada suatu kejadian di mana hubungan mereka berakhir dengan cara yang kurang baik.

"Maaf, bisa beri aku jalan? Jika Mas Firman ingin berdebat aku tidak punya waktu."

"Tidak, Syifa. Malah sebaliknya, aku ingin meminta maaf karena sudah suudzon kepadamu selama ini. Kak Devan sudah menceritakan semuanya kepada ku," ujar Firman penuh penyesalan.

Kak Devan kenapa menceritakan hal ini, aku benar-benar sudah tidak ingin membahas hal yang sudah berlalu, batin Syifa.

"Aku sudah memaafkan dan melupakan semuanya. Jadi tidak perlu di bahas lagi, permisi."

Melihat Syifa hendak melangkah pergi, Firman segera meraih pergelangan tangan mantan calon istrinya itu. "Aku masih mencintai kamu. Aku akan menunggu sampai kamu kembali kepada ku."

"Lepaskan tanganku!" Syifa menarik tangannya dari genggaman Firman, ia bisa menahan semua hinaan tapi tidak penyesalan yang hadir setelahnya. "Jangan pernah menyentuh ku."

Syifa menoleh ke kanan kiri, untung saja situasi nampak sepi. Ia takut ada yang salah paham dengan situasi ini. Dengan seluruh kekuatan yang ada ia berusaha untuk tetap tenang dan menahan air mata yang bergemuruh ingin keluar.

"Syifa, kamu menikah dengannya hanya karena terpaksa kan? Setelah anak itu lahir, kembalilah kepada ku." Dengan tatapan sendu Firman seolah tidak menyerah untuk mendapatkan cintanya kembali.

Tangan Syifa terangkat ke depan, ia mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Firman. "Di sepertiga malam aku selalu menyebut nama kamu Mas, calon Imam yang selalu aku rindukan. Tapi sekarang aku tidak merindukannya lagi. Lillahi Ta'ala, aku sudah tidak mengharapkan kamu kembali."

"Syifa aku--"

"Ada apa ini!?"

Firman dan Syifa sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Berjarak sekitar lima meter Arman berdiri di sana memandangi sang istri.

"Mas Arman." Syifa nampak takut ketika melihat Arman melangkah ke arahnya. Semakin dekat ia semakin takut Arman akan salah paham dan marah besar kepadanya.

Namun yang terjadi malah tidak terduga.

Arman meraih tangan Syifa dan menggenggamnya dengan erat. "Sayang, apa dia mengganggu mu?"

Karena tidak mau menimbulkan masalah Syifa dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak Mas. Kami hanya mengobrol sedikit, ayo pergi."

Tidak tahan dengan situasi itu, Syifa segera pergi meninggalkan tempat itu tanpa menunggu sang suami. Arman dan firman masih berada di sana saling melempar tatapan tajam seolah mengibarkan bendera persaingan.

Arman melangkah mendekati Firman hingga jarak mereka hanya tersisa setengah meter saja. "Ck, sepertinya kamu sudah tahu semuanya ya? Tak mau kehilangan tapi lelah berjuang, pecundang."

Saat segala penyesalan dihalangi oleh kenyataan, logika Firman terus bergelut dengan hati yang berusaha melawan takdir. Meski sudah memiliki calon istri tetapi ia yakin cinta itu masih kuat untuk Syifa.

"Ya, saya menyesal karena baru mengetahui semuanya. Sebagai sesama pria sekarang Saya ingin bertanya, do you love her? (Apa kamu mencintai dia?)"

Arman kembali terdiam. Sebagai seorang suami ia ingin melindungi sang istri tetapi jika di tanya cinta, jawaban apa yang harus ia berikan?

Bersambung 💕

Bab selanjutnya ➡️ (Cemburunya seorang suami)

Yuk mampir ke novel keren yang satu ini...

Terpopuler

Comments

Yanti Raisyafariz

Yanti Raisyafariz

Hayo jawab Arman

2023-06-08

0

mahyati Reva

mahyati Reva

do you love her? jawab dong

2023-05-21

0

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

klau melindungi ya jwb aja iya biar Firman nggak ganggu Syifa lagi

2023-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!