Bab.18

"Di minum dulu, Mas." Syifa meletakkan secangkir teh di atas meja yang ada di balkon kamar.

Arman sedang duduk termenung di balkon sambil memikirkan semua yang telah terjadi kepadanya beberapa jam yang lalu. Sudah lama rasa trauma itu tidak kambuh tetapi ketika terkena hujan, bayangan kejadian empat tahun silam, kembali menyiksa hati dan pikiran.

Perlahan ia menoleh menatap sang istri yang duduk di sampingnya. "Kamu kenapa pergi menyusul ku tadi, jangan berkendara saat hujan, bahaya."

"Aku khawatir Mas. Dan firasat ku benar kan? Tadi aku melihat kondisi terburuk seorang Arman Alfarizi. memang tidak ada luka berdarah, tapi air mata mampu menjelaskan semuanya."

"Ya, kamu benar aku selalu mengalami trauma ketika hujan tapi hari ini adalah yang terburuk." Arman tertunduk ketika mengingat momen di mana ia memeluk Syifa seraya menangis tersedu-sedu. "Ck, aku sangat malu berhadapan dengan mu setelah menangis seperti bayi."

Syifa menatap sang suami dengan begitu dalam. Setelah beberapa minggu, sedikit demi sedikit ia bisa melihat bahwa dibalik tubuh yang kokoh terdapat hati yang begitu rapuh.

"Orang-orang selalu berkata bahwa rasa kehilangan akan sembuh dengan seiring waktu. Tapi aku tahu orang yang berkata seperti itu adalah, orang yang tidak pernah merasakan kehilangan, mereka hanya membaca teori tentang kehilangan. Ya, kata sembuh itu tidak akan berlaku bagi orang yang mengalami kehilangan, tapi yakinlah Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lain."

Arman kembali melihat ke arah Syifa, baru kali ini ada ucapan seseorang yang bisa masuk ke dalam logikanya. Ia merasa begitu tenang ketika mendengar semua pernyataan Syifa. "Terimakasih, karena kamu sudah menghibur ku."

"Sama-sama, Mas." Syifa kembali terdiam, sesekali ia menoleh ke arah sang suami. izinkan aku untuk menyembuhkan luka itu mas meski aku tidak tahu akhir apa yang akan Allah berikan kepada kita, batin Syifa.

"Mas, malam ini ... tidur di kamar saja ya."

Arman terlihat terkejut ketika mendengar permintaan sang istri namun jika boleh jujur ia kesulitan jika harus tidur di ruang kerja, sementara kamar-kamar tamu belum sempat renovasi.

"Maksudnya kamu akan membuat garis katulistiwa lagi?"

"Iya, tidak apa-apa kan? Walau bagaimanapun kita ini suami istri tidak seharusnya tidur di ruangan berbeda. Mas tenang saja Aku tidak mengharapkan apapun."

Melihat wajah Syifa yang terlihat begitu Syifa Arman merasa bahwa Syifa mulai merasa keberadaannya sebagai istri Tidak dianggap. "Hufft, baiklah. Aku akan tidur di kamar ini mulai sekarang. Huacim!"

"Tuhkan, mulai pilek. Kenapa juga Mas harus duduk di luar saat dingin seperti ini. Ayo masuk, nanti sakit lagi."

"Iya-iya kamu cerewet juga ternyata." Arman berdiri dari posisinya lalu melangkah masuk ke dalam kamar.

Malam itu Arman dan Syifa tidur di satu ranjang yang sama meski dihalangi garis khatulistiwa yang dibuat sendiri oleh mereka.

~~

Keesokan paginya Arman terbangun dan mendapati jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi tentu saja ia kaget. Namun saat mencoba untuk berdiri kepalanya terasa pusing dan tubuhnya begitu lemas.

"Mas jangan bergerak dulu." Syifa segera meletakkan nampan yang ia bawa dari dapur ke atas meja lampu tidur.

Malam tadi sang suami demam tinggi hingga tak henti-hentinya mengigau. Sepanjang malam Syifa terjaga hingga pagi ini ia kembali membuatkan bubur untuk suaminya.

"Aku harus bekerja, Syifa. Pagi ini ada rapat penting."

"Mas dengarkan aku, badan kamu panas sekali. Sebentar lagi dokter Gavin akan datang, jangan banyak bergerak dan berbaringlah."

"Kamu memanggil Gavin? Syifa aku--"

"Jangan banyak bicara, sekarang Mas harus makan bubur yang sudah aku buat, minum obat dan kembali beristirahat. Ini semua demi kesehatan Mas juga, ayo buka mulutnya."

"Kenapa kamu jadi memerintah aku seperti ini. Aku tidak suka bubur." Arman memalingkan wajahnya karena tidak mau menuruti perintah Syifa.

"Mas,Cabay pasti tidak mau kalau kamu sakit. Kamu harus sehat, panjang umur agar nanti bisa membesarkan Cabay." Syifa kembali menyodorkan sesendok bubur tepat di depan mulut Arman.

"Jangan menggunakan Cabay sebagai senjata, itu curang namanya." Arman melahap sesendok bubur yang disodorkan oleh sang istri. "Kenapa sekarang tubuhku jadi lemas seperti ini biasanya bekerja sampai subuh pun aku tidak akan sakit."

"Karena tubuh mas tau, sekarang sudah ada pawangnya ... eh astaghfirullah, maksudnya perawat."

Arman berdecak tak percaya mendengar ucapan Syifa. Tiba-tiba di tengah obrolan mereka, terdengar bunyi bel dari lantai dasar.

"Sepertinya Dokter Gavin sudah datang. Aku turun sebentar ya Mas." Syifa bergerak cepat keluar dari kamar lalu melangkah menuruni tangga menuju pintu utama kediaman mewah itu.

Untung saja semenjak minum obat yang diberikan oleh Dokter Anisa, Syifa tidak lagi mengalami mual dan tubuhnya pun lebih kuat dari biasanya. Meski terkadang Ia menginginkan sesuatu tetapi takut untuk memintanya kepada Arman.

Ya, Syifa masih saja segan karena sejak dulu terbiasa mandiri.

Klek.

"Assalamualaikum, Syifa. Bagaimana keadaan suami kamu?"

"Waalaikumsalam. Sudah tidak terlalu panas Dok. Silahkan masuk." Syifa membuka pintu lebar-lebar agar Kevin bisa leluasa untuk masuk.

"Arman itu jarang sekali sakit apa kemarin terjadi sesuatu?"

Seolah bisa membaca keadaan Gavin tentu saja tahu apa saja yang bisa membuat Arman jatuh sakit. Karena saat sedang terpuruk Gavin lah orang yang selalu menjaga dan merawat sahabatnya itu.

Sepertinya aku harus cerita ke Dokter Gavin, batin Syifa.

"Kemarin sore Mas Arman terjebak hujan di jalan ketika mengendarai motor. Dan saat aku menyusul, Dia seperti orang yang ketakutan."

Helaan nafas Gavin terdengar lirih. Ia tidak menyangka trauma psikis yang dialami Arman kembali lagi setelah sekian lama. "Ya, dia memang pernah mengalami trauma berat. Tapi sudah satu tahun belakangan ini, tidak kambuh. Apa dia di kamar?"

"Iya Dok. Silahkan naik, saya mau ke dapur untuk membuat minuman," jawab Syifa.

"Tidak usah repot-repot, Syifa. Kopi hitam tanpa gula satu ya, hehe."

"Ahaha, oke. Kalau begitu saya permisi ke belakang dulu."

Setelah kepergian Syifa, Gavin pun segera melangkah naik ke lantai dua. Ia tidak perlu bertanya karena dibanding Syifa mungkin ia lebih tahu tentang seluk-beluk rumah itu.

Saat Gavin membuka pintu kamar, Arman baru saja keluar dari kamar mandi. "Kambuh lagi?"

Arman melangkah duduk di tapi ranjang serayah membersihkan wajahnya dengan sebuah handuk kecil. "Hem, seharusnya kau tidak usah datang. Aku baik-baik saja, tapi istri ku yang cerewet itu malah membuat kehebohan, kamu tidak memberitahu paman kan?"

" Hahaha, istri cerewet? Kamu ada-ada saja, tenang saja, aku tidak menelpon beliau. Tapi kenapa kamu bisa mengalami trauma itu lagi, apa gejala-gejala seperti badan bergetar dan napas tersengal-sengal kamu alami lagi?

Tidak Arman pungkiri kemarin sore ia mengalami semua itu. "Mungkin karena aku sudah lama tidak terkena air hujan. Tapi sekarang aku baik-baik saja, hanya demam ringan, minum Paracetamol juga sembuh."

Lagi-lagi Gavin ingin meminta sesuatu yang mungkin tidak akan ditanggapi oleh sang sahabat. Melihat Arman sakit seperti ini, ia tahu betul sahabatnya itu butuh kasih sayang dari seorang istri. "Man, buka hati kamu untuk Syifa. Aku serius kali ini."

Hati yang telah lama mati suri di minta untuk kembali mencintai. Arman dengan segala trauma dan rasa cintanya kepada Chintya, bisakah dia berikan kepada wanita lain?

"Kenapa kamu meminta aku untuk mencoba mencintainya?"

"Arman, kamu dan dia sudah menikah dan sebentar lagi kalian akan memiliki anak. Apa kamu tega memisahkan anak dan ibunya? Lagi pula Syifa adalah wanita yang baik sholehah, mandiri. Apa kurangnya coba. Lupakan luka itu, mulailah hidup kembali."

Sejenak Arman kembali memikirkan ucapan sang sahabat, memang tidak ada salahnya mencoba membuka hati, tetapi apakah ia bisa mencintai wanita selain Chyntia. Ia takut hanya akan melukai hati Syifa.

"Gavin, apa menurut kamu aku bisa jatuh cinta lagi?"

Bersambung 💕

Bab selanjutnya ➡️ (Rencana Firman)

Gaes yuk mampir ke novel keren yang satu ini ..

Terpopuler

Comments

Mrs Ketawang

Mrs Ketawang

bisa bgt arman...
buka hatimu
maka qm akn temukan ketulusan dr syifa

2023-06-20

0

Yanti Raisyafariz

Yanti Raisyafariz

Buka hati mu....

2023-06-10

0

mahyati Reva

mahyati Reva

ya bisa lah bang arman, mkanya dicoba

2023-05-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!