Bab.4

"Syifa, lahirkan anak itu untuk saya."

Devan dan sang Ayah saling menatap satu sama lain saat mendengar permintaan Arman. Situasi ini benar-benar tidak mereka sangka-sangka, entah harus senang atau sedih.

Melihat Syifa hanya terdiam, Devan pun menghampiri Arman. "Heh, enak saja. Anda pikir Adik saya ini tempat penampungan janin? Jangan egois, Syifa lah yang berhak atas dirinya sendiri, dia punya masa depan."

"Saya akan memberikan apapun asal Syifa bersedia untuk melahirkan anak itu. Saya tidak bisa melepaskan anak yang ada di rahimnya," ujar Arman dengan segala keseriusannya. Ia yakin anak di rahim Syifa adalah jawaban dari mimpinya waktu itu.

"Memberikan apapun?" tanya Ayah Syifa tiba-tiba. Melihat dari penampilan cara bicaranya, Ayah Syifa yakin Arman bukan laki-laki biasa.

"Iya, saya akan memberikan apapun yang Syifa minta," jawab Arman saat menoleh melihat kearah Ayah Syifa.

Devan sadar jika sang Ayah kembali goyah saat di tawarkan uang, dan itu sama saja menjatuhkan martabat keluarga mereka. "Ayah apa-apaan sih, dia pria asing yang tidak kita kenal."

"Kamu diam saja, nak Arman ini sudah berbaik hati menawarkan pertanggungjawaban. Kamu tahu mengugurkan kandungan itu adalah dosa besar." Ayah mendekati Syifa yang hanya tertunduk sejak tadi. "Syifa, kamu setuju kan?"

Perlahan Syifa menegapkan kepalanya, melihat semua orang yang saat ini menanti jawaban darinya. "Kalian semua, kecuali dia. Keluar dari ruangan ini, ada yang harus saya bicarakan dengannya."

"Arman, kamu yakin akan menikahinya?" tanya Gavin berbisik kepada sang sahabat.

"Kamu keluar saja, aku yang akan menyelesaikan semuanya," bisik Arman balik.

"Baiklah, aku tunggu kamu di ruangan ku," ujar Gavin lalu melangkah keluar bersama Annisa. Ayah dan Kakak Syifa menyusul keluar.

Sekarang tinggallah Arman dan Syifa yang ada di ruangan itu. Mereka saling menatap dalam diam, seolah bergelut dengan perasaan masing-masing.

Mereka hanyalah dua orang asing yang tidak saling mengenal satu sama lain, tetapi takdir hendak menyatukan mereka. Tidak ada yang tahu apa alasan mereka di pertemukan dengan cara seperti ini, kecuali Allah SWT yang telah menggariskan semuanya.

"Anda mengajak saya menikah demi anak yang tumbuh di rahim saya. Lalu bagaimana dengan faktor lain? Rumah tangga di bangun haruslah di dasari cinta, kesetiaan dan kasih sayang. Kita hanyalah dua orang asing yang tidak saling mengenal, tidak ada kasih sayang, apalagi cinta. Apa Anda sadar telah begitu egois, menjadikan rahim saya sebagai sebuah jaminan?"

Pertanyaan Syifa telah mencakup segala keluh kesahnya atas masalah ini. Ia hanyalah seorang wanita biasa yang ingin menikah satu kali seumur hidup dengan pria yang mencintainya, namun ia yakin tawaran Arman bukanlah untuk itu.

Tangan Arman tercengkram erat, ia merasa tertampar dengan ucapan Syifa. Wanita di hadapannya ini benar-benar di luar ekspektasi, tadinya Ia berpikir Syifa mau bicara berdua karena ingin bernegosiasi tentang uang, tetapi nyatanya wanita itu bukanlah wanita mata duitan seperti yang dia pikirkan, meski ia sudah menawarkan seluruh hartanya.

"Istriku sudah lama meninggal, aku pikir tadinya inseminasi buatan adalah jalan terbaik untuk memiliki anak dengan membayar seorang wanita yang sudah bersedia menyewakan rahimnya."

Arman mulai membungkuk, menekuk lututnya lalu bersimpuh di samping ranjang rumah sakit. Ia pikir ini adalah usaha terakhirnya sebelum menyerahkan semua keputusan kepada Syifa.

"Ternyata kesalahan prosedur rumah sakit ini membawa kamu terseret ke kehidupanku. Syifa, meski bukan berdasarkan cinta, menikahlah denganku setidaknya sampai anak itu terlahir. Aku akan bertanggungjawab atas semua kebutuhan mu dan aku ... aku tidak akan menyentuhmu selama pernikahan. Aku yakin kamu tidak akan tega membunuh janin tak berdosa dan aku yakin kamu tidak akan mau mengandung anak itu tanpa sebuah ikatan pernikahan, jadi terimalah pinangan ku demi anak itu."

Air mata Syifa mulai berjatuhan tanpa suara dan bahkan tanpa ekspresi. Ia terus melihat Arman yang berlutut di bawah, semua yang di katakan Arman kepadanya tidak bisa ia pungkiri.

Wanita baik macam apa yang membunuh janin tak berdosa dan wanita baik mana yang mengandung tanpa seorang suami. Bagai di hadapkan dengan buah simalakama, Syifa berada di tengah-tengah pilihan yang sama-sama menjerumuskan.

Namun adakah jalan lain yang terbaik untuk masalah ini, selain berdamai dengan keadaan?

"Saya bisa melihat jika Anda benar-benar menginginkan anak ini. Tapi hidup saya ...." Syifa mencekram kedua tangan dengan mata terpejam saat kembali mengingat bagaimana cara Firman pergi meninggalkannya dan bagaimana takdir membolak balik kenyataan hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang pria asing yang ingin menjadikannya istri di atas kertas.

Perlahan Syifa kembali menegapkan kepalanya, melihat Arman yang masih setia berlutut disana. "Berikan saya waktu untuk berpikir, Anda bisa kembali kemari besok."

Arman segera berdiri dari posisinya. Meskipun belum mendapatkan jawaban yang ia inginkan tetapi setidaknya Syifa mau mempertimbangkan. "Baiklah, aku akan kembali besok dan aku harap kamu setuju."

Syifa memalingkan wajahnya tanpa membalas ucapan Arman. Ia rasa sudah cukup bicara, hatinya baru saja hancur dan logikanya sudah lelah untuk berpikir, ia harap esok hari, setidaknya akan punya energi lebih untuk menghadapi segala ujian hidup.

~

Gavin langsung berdiri dari posisinya saat melihat Arman masuk. Sejak tadi ia menunggu dengan gelisah karena Arman yang tiba-tiba saja akan menikahi Syifa.

"Kenapa melihat ku seperti itu?" tanya Arman yang saat ini berdiri di hadapan Gavin.

"Kamu gila, Arman Alfarizi. Bagaimana bisa kamu menawarkan pernikahan kepada wanita itu? Kamu tidak lihat jilbab yang menutupi mahkotanya, dia hanya wanita biasa yang tidak bisa kamu beli dengan uang." Gavin nampak menggebu-gebu saat meluapkan semua yang ia pendam sejak tadi.

"Aku tahu dia tidak bisa di beli dengan uang. Tapi apa salahnya aku menawarkan pertangungjawaban."

"Atas dasar apa, cinta? Tidak mungkin, aku tahu bagaimana kamu sangat mencintai almarhumah Cynthia. Aku yang akan menangani semua ini meskipun rumah sakit ku terancam tutup, kamu tidak perlu melangkah sejauh ini demi anak di rahim wanita itu. Kita bisa melakukan inseminasi buatan lagi kepada wanita yang benar-benar bersedia di nilai dengan uang."

"Hufft, kita lihat saja besok. Keputusan apa yang akan dia ambil. Vin, apa kamu sadar jika kesalahan prosedur ini bukanlah sebuah kebetulan. Aku mulai berpikir jika Allah ingin Syifa yang mengandung anak ku, bukan Shila."

Sejenak Gavin terdiam, merenungi semua ucapan Arman. "Sulit, aku tidak bisa memakai logika ku jika kamu sudah membawa-bawa Allah. Tongkat kayu saja bisa jadi perahu jika Allah sudah berkehendak."

"Nah itu, tidak ada suatu kebetulan di dunia ini kecuali Allah sudah berkehendak," ujar Arman dengan antusias.

Gavin kembali memberikan tatapan tak percaya seraya menggelengkan kepala. "Gila, giliran masalah seperti ini kamu bisa jadi ustadz dadakan. Belajar sholat yang benar dulu sana!"

Bersambung 💖🥰

Assalamualaikum, nuansa religi dan kental akan pelajaran hidup akan menjadi fokus utama. Namun kisah romantis, kocak dan penuh konflik yang menguras air mata juga akan menjadi poin penting. Ikuti terus kisah Arman dan Syifa 🙏

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

cerita yg sangat bagus thour. aku baru baca langsung kebawa ceritanya 😞😞😞😞

2024-03-03

0

Tiarlan Siahaan

Tiarlan Siahaan

novelnya baguuuss kakak...😍😍😍

2023-06-10

1

Yanti Raisyafariz

Yanti Raisyafariz

Masih penasaran

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!