Bab.17

Empat tahun silam...

"Mas, aku mau pulang ke Bogor. Rindu sama Bapak, boleh ya?" tanya Chyntia sambil mengoles selai di atas roti bakar yang ia siapkan untuk sang suami.

Arman meletakkan cangkir kopi yang sejak tadi ada di tangannya. Di tatapnya sang istri dengan senyum merekah seperti biasa. "Anak tunggal kesayangan, Bapak. Boleh saja, tapi harus aku yang antar."

"Mas kan kerja, aku sudah biasa menyetir sendiri dari dulu. Mas sedang merintis usaha jangan banyak liburnya." Cynthia meletakkan roti selai kacang itu di atas piring Arman. "Katanya mau punya rumah sendiri dengan halaman luas."

"Iya sih, tapi aku--"

Ucapan Arman terhenti begitu saja ketika dering ponsel mengalihkan pandangannya. Ia nampak kaget ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Tanpa membuang-buang waktu langsung saja ia menerima panggilan telepon itu.

[Assalamualaikum, Arman.]

"Waalaikumsalam, Pak Indra."

[Saya sudah mempertimbangkan untuk menerima proposal permohonan kerja sama yang kamu ajukan. Apa bisa kita bertemu pagi ini?]

Bukannya langsung menjawab Arman malah menoleh menatap ke arah sang istri yang duduk di sampingnya. "Itu saya ... saya--"

Cynthia menepuk punggung tangan sang suami sambil menggelengkan kepalanya, pertanda bahwa ia meminta sang suaminya untuk tidak menolak permintaan Pak Indra.

"Baik, Pak. Saya akan langsung ke perusahaan Bapak."

[Bagus, saya tunggu sampai jam sembilan pagi ini. Kalau begitu saya tutup dulu.]

Saat panggilan telepon itu sudah terputus Arman meletakkan ponselnya lalu kembali menatap sang istri. "Pak Indra mau bertemu aku pagi ini. Apa kamu benar-benar tidak apa-apa pergi sendiri ... atau besok saja ya."

Cynthia menggelengkan kepala dengan wajah cemberut yang dibuat-buat. "Mbok bilang, asam urat Bapak kambuh. Bapak selalu saja menyembunyikan hal ini dari ku. Mas, izinin aku pergi ya, boleh ya?"

Melihat sang istri sudah merayu dengan jurusan andalan, tentu saja Arman tidak bisa berkata tidak. "Oke, boleh. Tapi ingat mengemudi dengan hati-hati dan fokus. Setelah bertemu Pak indra, aku akan langsung menyusul."

"Asik, terimakasih suami baik titipan Allah. Oke Aku siap-siap dulu ya." Chyntia terlihat begitu antusias, ia berdiri dari posisi duduknya lalu melangkah menuju kamar dengan riang gembira.

Tiada kebahagiaan bagi Arman kecuali melihat senyum di wajah istrinya. Meski hanya tinggal di apartemen kecil dengan satu mobil dan juga sebuah motor butut, Arman begitu bersyukur karena memiliki Cynthia dan sisinya.

Hari itu mungkin akan menjadi penyesalan penyesalan terbesar Arman. Karena setelahnya ia bahkan tidak bisa lagi melihat senyum di wajah manis sang istri.

~

Pukul sembilan pagi, ketika Arman memarkirkan motornya di depan perusahaan Pak Indra. Ia melihat langit yang tiba-tiba saja berubah menjadi hitam pekat, di iringi angin kencang dan setelah beberapa saat hujan mulai turun.

Rasa khawatir pun kembali menghampiri, ia segera mengambil ponselnya di saku celana untuk menelepon Cynthia. "Assalamualaikum, Sayang kamu sudah di mana?"

[Waalaikumsalam, Mas. Aku sudah di jalan]

"Di sini hujan deras. Kamu hati-hati ya."

[Apa, Mas? Hallo, aku tidak dengar.]

"Hallo Chyntia, kamu dengar aku?"

[*****]

Panggilan telepon itu tiba-tiba saja terputus. Entah firasat apa yang Arman punya, bukannya masuk ke gedung perusahaan tetapi ia malah kembali menaiki motornya pergi dari tempat itu.

Dengan kecepatan 60 km per jam Arman menyusuri jalanan untuk mencari keberadaan istrinya. Hati dan pikirannya benar-benar tidak tenang karena setelah menikah ini adalah pertama kalinya ia mengizinkan sang istri untuk mengendarai mobil sendiri ke Bogor.

Dua puluh menit perjalanan, ia tiba-tiba saja tersentak saat melihat asap hitam membumbung tinggi beberapa KM di hadapannya.

Dengan segala kekuatan yang tersisa, ia menghampiri kerumunan itu hingga akhirnya pandangannya tertuju kepada plat mobil yang terbalik di tengah jalan. Ia menjatuhkan motornya begitu saja lalu berlari sekencang mungkin menuju mobil itu.

"Jangan mendekat, Pak! Berbahaya."

Beberapa orang mencoba untuk menahan Arman karena mobil itu baru saja mengeluarkan asap dan kemungkinan akan segera meledak.

"Lepaskan saya, istri saya ada di dalam sana!"

Duaarrr!

"Chyntia!" Mobil itu meledak dan terbakar. Tepat di depan mata Arman. Tubuh Arman melemas, kedua kakinya pun serasa tidak lagi menginjak bumi.

Kedua orang itu menarik tubuh Arman menjauh karena kondisi yang benar-benar berbahaya. Namun Arman tetap saja mencoba untuk melepaskan diri. "Lepaskan! Chyntia, jangan tinggalkan aku!" Ia menangis histeris sambil terus memberontak untuk di lepaskan. Tapi tak ada yang membiarkan ia mendekati mobil itu.

Duaarrr!

Ledakkan kedua Kembali terjadi. Hancur sudah harapan Arman, ia kehilangan separuh jiwanya tepat di depan mata.

~

Beberapa minggu berlalu. Setelah pemakaman, Arman terus duduk meringkuk di sudut kamar sambil memeluk sebuah bingkai foto. Tatapannya terlihat begitu kosong, hampa bagai tak bernyawa.

"Arman?" Gavin masuk mencoba untuk menenangkan. Ia sedih ketika melihat sahabatnya begitu terpukul karena kepergian Chyntia. Sudah beberapa hari ini, ia terus datang dan melihat keadaan yang masih sama.

Rambut yang mulai memanjang dengan tubuh kurus karena kurang makan membuat Gavin tidak bisa menahan kesedihannya, tetapi tetap dia mencoba untuk kuat agar sahabatnya bisa kembali seperti dulu.

Sebagai seorang dokter ia tahu jika Arman mengalami trauma psikis yang cukup berat, namun semua itu bisa di sembuhkan. "Man, jangan seperti ini terus. Semua yang terjadi adalah bagian dari takdir dan kita tidak bisa melawan itu. Kamu harus kuat, masih ada Paman, Aku dan juga sepupu kamu di sini."

Air mata Arman kembali menetes di wajah pucatnya. "Aku mengizinkan dia untuk pergi ke Bogor, Vin. Tapi dia malah pergi meninggalkan aku selamanya. Kenapa Allah membebankan semua ini kepada Vin. Aku tidak sanggup kehilangan Chyntia. Aku kehilangan kepercayaan ku kepada Allah."

"Istighfar, Arman. Jangan bicara seperti itu." Gavin mencengkram erat kedua sisi bahu Arman. "Aku yakin Chintya sudah tenang di sana dan dia pasti mengharapkan kamu untuk kembali bangkit menata hidup. Aku akan membantu kamu untuk mengobati trauma mu."

Arman menatap sang sahabat dengan derai air mata yang tak kunjung surut. "Dengan cara apa Vin? Apa kamu bisa melumpuhkan ingatanku agar aku tidak lagi mengingat kejadian itu? Tidak kan, berhentilah membuang-buang waktu mu di sini."

Gavin tidak tahu harus menjawab apa, ia menundukkan kepalanya sambil meminjamkan mata, meratapi ketidak mampuannya membantu Arman untuk bangkit dari keterpurukan.

Namun Gavin tidak menyerah. Secara bergantian ia, paman dan juga sepupu Arman selalu datang ke apartemen itu dan tidak pernah membiarkan Arman sendirian.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS Al-Baqarah 216.

Ayat ini mengingatkan pada pil obat pahit yang mesti ditelan karena kebutuhan untuk sembuh. Kadang kita lupa jika membenci sesuatu yang terjadi, padahal itu baik untuk kita.

Memang berat untuk menerima kenyataan dan berdamai dengan keadaan. Setelah hari itu, Arman terus melawan keterpurukan dengan di bantu oleh semua orang yang menyayanginya.

Empat tahun berlalu, Arman kembali hidup meski tidak tahu arah dan tujuan. Ia bekerja siang dan malam bukan mengejar harta dan tahta, tetapi untuk mengalihkan pikiran dari luka yang tak juga sembuh setelah sekian lama.

Sekarang satu persatu mimpi Chyntia Arman wujudkan. Ia sudah memiliki rumah mewah dengan halaman luas, beberapa mobil merek ternama yang berjajar rapi di garasi rumah dan juga perusahaan yang semakin berkembang pesat.

Untuk apa? Arman pun tidak tahu untuk apa semua itu ia wujudkan. Karena sang pemilik mimpi telah pergi untuk selamanya.

Bersambung 💕

Bab selanjutnya ➡️ (Istri cerewet ku)

Tadinya mau langsung up bab istri cerewet ku, tapi author cerita sedikit tentang trauma Arman 🥺 Hari ini berencana mau crazy up loh 😁🤭🙏

Terpopuler

Comments

ela aditya

ela aditya

bosyen sama arman yg masih mengingat ingat chintya terus 🙄

2023-07-04

0

dewi

dewi

nangis Bombay kak.. 😭😭😭😭😭😭

2023-06-17

0

Yanti Raisyafariz

Yanti Raisyafariz

Nyesek

2023-06-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!