Bab.10

Malam semakin pekat, Arman tak juga beranjak pergi dari balkon utama rumahnya. Sejenak ia memikirkan ucapan Syifa siang tadi. Jika ia ingat-ingat lagi terakhir kali ia melaksanakan ibadah shalat lima waktu, saat Chyntia masih disisinya.

Semenjak mengalami trauma pasca kehilangan sang istri, Arman benar-benar kehilangan arah, baik itu tentang agama ataupun cinta yang telah mati rasa.

Namun hari ini ia kembali tertampar ketika Syifa menanyakan hal yang sebenarnya sepele tetapi ia telah lupa. Meskipun sepele tetapi ia merasa menjadi pria bodoh tak berguna.

Bahkan ia tidak tahu arah kiblat. Dulu ia dan Chyntia tinggal di apartemen dan saat pindah ke rumah itu ia tidak lagi melaksanakan ibadah karena merasa Allah tidak pernah berpihak kepadanya, ia begitu terpukul setelah kematian Chintya.

Arman mencoba untuk menyembuhkan diri dengan kesibukan dunia, agar lupa dengan segala luka yang ditorehkan oleh semesta. Akankah hatinya kembali melunak setelah sekian lama?

"Mas belum tidur?"

Lamunan Arman buyar seketika, saat mendengar suara seseorang tepat di samping kirinya, ia menoleh dan mendapati Syifa di sana. "Kamu sendiri kenapa belum tidur? Wanita hamil tidak boleh begadang."

Syifa memandang kearah langit yang di penuhi bintang-bintang, ia tersenyum saat melihat langit yang begitu cerah. "Hm, aku tidak terbiasa tidur di tempat baru, mungkin sebentar lagi."

Apa aku harus bertanya tentang hal itu kepadanya, sepertinya dia orang yang cukup terbuka, batin Arman.

"Syifa, apa kamu mau mendengar satu cerita?"

"Boleh saja, apa tentang kisah hidup, pekerjaan atau cinta?"

Apa benar aku harus bertanya, tapi sepertinya dia paham tentang agama, batin Arman.

"Aku pernah terjatuh bahkan sampai saat ini aku merasa tidak bisa bangkit lagi, kehilangan Cynthia ada hal yang paling menyakitkan yang pernah aku rasakan. Ada satu waktu, dimana aku membenci takdirku sendiri dan menyalahkan dunia atas segala yang menimpaku saat itu. Melihat kamu yang begitu panik saat sajadahmu ketinggalan, tiba-tiba Aku mengingat almarhumah istriku dia juga begitu, terkadang dia terlalu ceroboh hingga lupa menaruh mukena dan juga sajadahnya. Ck, aku merasa begitu lucu ketika mengingat semua momen itu. Kini aku hanya seorang pria yang kehilangan arah, merasa buta di tengah kilaunya cahaya, aku juga bingung tujuan ku tetap hidup saat ini untuk apa."

Tadinya Syifa berpikir Arman pasti akan bercerita tentang hal yang konyol tetapi nyatanya suaminya terlihat begitu serius. Hal itu membuat dia penasaran seperti apa wanita yang bernama Chintya itu hingga bisa membolak-balikkan dunia seorang Arman Alfarizi.

Ingin bertanya tapi merasa begitu lancang, jadi sebisa mungkin Syifa menghindari hal tersebut karena tak ingin melanggar privasi seseorang. "Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu. Itulah yang aku yakini sampai saat ini. Coba terapkan kata-kata itu mulai sekarang, hati Mas akan lebih tenang."

Arman terdiam sebentar, tertegun mendengar semua ucapan Syifa yang membuat jiwanya bergetar. "Hm, kamu benar sepertinya aku harus mengubah pola pikir ku agar lebih sehat, demi anak ku kelak. Aku rasa Chintya pasti juga marah jika melihat hidup ku kacau seperti sekarang."

Lagi-lagi dia menyebut nama itu. Sepertinya cinta Mas Arman kepada mendiang istrinya begitu besar, batin Syifa.

"Syifa, besok aku akan--"

Kruk...kruk...krukk.

Arman menghentikan ucapannya ketika mendengar suara perut keroncongan. "Kamu lapar?"

Dengan wajah yang memerah karena malu Syifa menggelengkan kepalanya perlahan. "Bukan aku, tapi Cabay."

"Astaga, dia kuat makan juga ternyata."

Arman dan Syifa tertawa bersama, karena merasa lucu dengan situasi yang terjadi saat ini. Bagaimana tidak kehadiran Cabay di dalam rahim Syifa membuat keadaan antara mereka lebih melunak dari pada awal pertemuan.

Ya, setidaknya Arman dan Syifa ingin melalui sembilan bulan ke depan secara lebih santai layaknya dua teman yang tinggal dalam satu atap.

...**...

Keesokan harinya, Arman kembali bekerja seperti biasa. Setelah memarkirkan mobil di basement kantor, ia melangkah menuju lobby seraya tersenyum kepada semua orang yang menyapanya.

Pagi ini karyawan sudah sibuk seperti biasa, berlalu lalang keluar dan masuk untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Langkah Arman pun terhenti ketika secara tidak sengaja pandangannya melihat sesosok pria yang baru saja bertemu dengannya kemarin.

"Selamat pagi, Firman."

Ya, hari ini Firman juga sudah kembali bekerja namun situasinya sedikit berbeda ada rasa canggung ketika kembali bertemu dengan Arman setelah kejadian kemarin. "Oh i-iya, selamat pagi Pak."

Arman ikut berdiri di samping Firman yang sedang menunggu pintu lift terbuka. "Aku dengar dari Syifa, kalau kamu adalah mantan calon suaminya?"

Firman mencoba untuk menahan diri karena yang sedang bertanya kepadanya adalah sang atasan, tetapi hatinya bergemuruh menahan gejolak emosi, ia benci situasi ini. "Yah begitulah. Sampai satu kejadian yang membuat saya meninggalkan dia."

"Kamu sudah mendengar penjelasan darinya?" tanya Arman sambil memicingkan mata.

"Untuk apa mendengar penjelasan dari seorang wanita yang mengaku suci dan tak tersentuh, tetapi malah hamil diluar nikah. Maaf jika saya lancang tapi karena Anda sudah terlanjur membahas hal ini, saya ingin bertanya apakah Anda sudah lama menjalin hubungan dengan Syifa hingga membuat dia hamil?"

Tangan Arman tercengkram erat, andai saat ini ia tidak berada di kantor sudah pasti kepalan tangannya mendarat tepat di wajah Firman. "Ck, apa kau benar-benar mencintai Syifa? Perasaan mu terlalu dangkal untuk di sebut cinta. Jangan pernah menghinanya lagi, dia ada di bawah perlindungan ku."

Arman menepuk pundak Firman lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu ada rasa kesal tersendiri ketika melihat pria yang sempat ditangisi oleh Syifa, tidak lebih dari seorang pecundang.

~

Sesampainya di ruangan kerja, Arman langsung disambut oleh sang sekretaris yang selalu saja memandangnya dengan sorot mata yang aneh. "Selamat pagi Pak, pagi ini kita ada meeting di luar. Apa kita bisa berangkat sekarang?"

"Ah tidak seperti itu, Aku ada tugas lain untukmu," ucap Arman kepada Shila.

"Tugas lain, apa itu?" tanya Shila balik.

"Pergilah ke mall sekarang, belikan aku perlengkapan shalat untuk wanita dan juga pria setelah itu beli beberapa kotak susu ibu hamil berbagai rasa, rapat pagi ini biar aku yang handle sendiri," tutur Arman lalu melangkah pergi. Ia yakin jika tetap berada di sana, Shila akan bertanya berbagai hal kepadanya.

Setelah Arman masuk Shila menghentak meja, ia marah dan kesal karena saat itu gagal melakukan inseminasi buatan. "Ah sial, pasti untuk wanita itu, seharusnya aku yang mendapatkan perhatian dari Pak Arman."

Bersambung 💕

Bab selanjutnya ➡️ (Kepanikan Arman)

Yuk mampir ke novel keren yang satu ini....

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

shila punya niat jelek ingin jadi nyonya arman. tapi salah Tuhan ngk berkenan. 😇😇

2024-03-03

0

Yanti Raisyafariz

Yanti Raisyafariz

Klo shila yg hamil bisa bahaya...

2023-06-08

0

Dhelmilia

Dhelmilia

shila ingin diperhatiin si arman. arman udah perhatian sama kamu tuh buktinya si arman nyuruh2 kamu terus shila.

2023-05-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!