Bab.5

Di selimuti pekatnya malam dengan cahaya remang-remang lampu tidur rumah sakit, tepatnya di sepertiga malam yang begitu hening. Kedua telapak tangan Syifa menengadah ke atas, air matanya bercucuran deras saat menghadap Allah SWT untuk meminta sebuah jawaban dari segala kegelisahan hati.

Getaran hati tidak terelakkan, pasrah dan pasrah hanya di hadapannya. Tiada suatu kebetulan kecuali Allah telah berkehendak dan tiada cobaan yang di bebankan kepada seseorang kecuali ia mampu untuk melewatinya.

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Tuntun aku untuk melalui semua takdir yang engkau gariskan, kuatkan aku lahir dan batin, apapun yang akan aku putuskan setelah malam ini."

Allahumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samawati wal ardhi wa man fii hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samawati wal ardhi wa man fii hinna.

Desiran hebat menghujam sekujur tubuhnya. Cinta dan harapan kini telah pergi, berganti luka yang bersemayam di dalam hati. Syifa, tidak pernah menyangka akan di hadapkan pada situasi yang membuatnya kehilangan arah.

Namun sekali lagi, ia tahu Allah SWT menggenggam hatinya lebih baik dari pada manusia. Kekecewaan yang berlarut hanya akan mengurangi frekuensi rasa syukur atas perhatian Allah kepadanya saat ini.

Ya, segala bentuk cobaan hidup adalah bukti jika Allah masih perhatian kepada hambanya. Ia sedang mengangkat derajat orang yang mampu melawati segalanya.

Setelah selesai melaksanakan Sholat tahajud, Syifa berdiri dari posisinya, melangkah menuju jendela dan menyibak tirai putih yang menutupi sinar rembulan yang masih setia menerangi pekatnya langit.

"Bismillahirrahmanirrahim, ku teguhkan hati ku untuk sebuah keputusan yang akan mengubah cara pandang ku terhadap dunia." lafadz itu kembali terucap saat ia telah yakin akan satu keputusan yang akan ia ambil esok hari.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Makan dulu, apa kamu akan aborsi?" tanya Devan saat meletakan semangkuk bubur di hadapan sang adik.

Dengan wajah yang masih nampak pucat, Syifa menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku sudah memutuskan akan melahirkan bayi ini."

Devan yang tadi nampak santai, kini berubah kaget. Dalam satu malam ia mendengarkan pengakuan yang tidak ia duga."Jadi kamu mau menikahi, Duda tajir itu? Syifa, jangan dengarkan Ayah, dia itu memang mata duitan dan tidak mengerti situasi. Perasaan kamu sendiri bagaimana, apa kamu benar-benar sudah melupakan Firman. Ahk aku tidak mengerti jalan pikiran mu."

Sejak kemarin Syifa nampak terheran-heran dengan sikap sang kakak yang begitu posesif, padahal biasanya Devan adalah seorang kakak yang lebih bertingkah seperti seorang adik yang tidak mau melakukan apapun dan sering membuat masalah.

"Apapun yang terjadi aku tidak akan pernah menggugurkan kandunganku. Jika aku tidak menikah dengan pria itu, lalu siapa yang akan membiayai hidupku selama mengandung anak ini, Kak Devan?"

"Ya ... ya tidak juga sih, Kamu tahu sendiri aku belum dapat pekerjaan." Mata Devan tak henti-hentinya mencari sebuah objek untuk ia jadikan pengalihan pembicaraan. "Eh itu sejak kapan kamu buka infusnya?"

"Tadi malam, aku buka sendiri. Oh iya, Ayah mana?" tanya Syifa seraya menoleh kanan kiri.

"Ada di depan rumah sakit. Biasalah merokok," jawab Devan seraya meniup-niup bubur yang sudah ia sendok. "Makan, wanita hamil tidak boleh kekurangan gizi."

Mata Syifa nampak berkaca-kaca. Meskipun sang kakak sering membuatnya susah tetapi di saat-saat seperti ini ,kakaknya adalah sandaran terhebat, yang selalu memberi perhatian dikala yang merasa sedih.

Tanpa ragu Syifa melahap bubur yang sudah ditiup oleh kakaknya tadi. "Buburnya hambar."

"Ya makanan rumah sakit mana ada yang enak. Oh iya pria bernama Arman itu akan datang lagi hari ini kan?"

"Hem, begitulah. Kak bisa tolong ambilkan jilbab ku, aku takut jika tiba-tiba ada yang masuk."

...***...

"Jadi hari itu saat pemeriksaan Saya tidak diberikan prosedur inseminasi buatan ... jadi sekarang saya tidak hamil?" Shila nampak terkejut ketika Arman menjelaskan semua yang terjadi kemarin.

"Benar, tapi kamu tenang saja saya akan membayar setengah dari uang perjanjian. kalau begitu sekarang kamu bisa kembali bekerja."

Arman handak melangkah keluar dari ruangannya namun langsung dicegat oleh Shila. "Tapi Pak, apa Anda tidak ingin mencoba inseminasi buatan kepada saya, lagi pula wanita itu belum tentu setuju kan?"

"Tugas kamu sudah selesai dan cukup sampai di sini, jangan campuri urusan saya dan kembalilah bekerja atau kamu akan saya pecat!" tegas Arman lalu lanjutkan langkahnya keluar dari ruangan tersebut.

Shila masih berada di sana menggerutu kesal karena segala rencananya tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi. "Ah sial! Gagal sudah rencana ku untuk menjadi nyonya."

~

Selama perjalanan menuju rumah sakit Arman terlihat sangat gelisah karena ia takut mendapatkan jawaban yang tidak ia inginkan. malam tadi saja iya tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terus memikirkan calon anaknya yang ada di rahim Syifa.

Tidak didasari oleh cinta, dipertemukan oleh semesta dengan cara yang tidak logis, dan juga sebuah keputusan untuk menikah tanpa dilandasi oleh keseriusan untuk menjalin tali kasih sehidup semati dengan wanita yang baru.

Sekali lagi hanya demi anak, demi penerus keluarga yang tidak ingin terputus. Bagaimana tidak, Arman adalah anak tunggal dan kedua orangtuanya telah lama meninggal dunia. Ia hanya mempunyai satu paman yang membimbingnya hingga sukses seperti sekarang.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Arman sudah sampai di halaman rumah sakit. Ia turun dari mobil seraya merapikan jas kerjanya.

Langkah demi langkah ia tapaki, masuk dalam rumah sakit yang menjadi saksi sebuah peristiwa yang membuat ia akan memiliki anak dari rahim seorang wanita asing yang tidak pernah ia bayangkan.

Klek.

Saat membuka pintu ruangan di mana Syifa dirawat, Arman bisa melihat Kakak, Ayah dan Syifa sendiri sedang melihat ke arahnya. "Ehm, selamat siang semuanya."

"Ah nak Arman, sepertinya mau bicara berdua dengan Syifa ya." Ayah berdiri seraya menarik tangan Devan. "Ayo kita keluar dulu."

"Kenapa sih, aku mau mendengar dia bicara apa, jangan-jangan dia mau mengancam Syifa lagi," ucap Devan seraya memandangi Arman dengan sorot mata tajam.

Ptak!

Satu setilan jari sang Ayah mendarat tepat di kening Devan. "Heh, kutu beras. Ayo ikut ayah." Dengan paksa Ayah menarik depan keluar dari ruangan itu.

Setelah kepergian kedua orang itu Arman mendekati Syifa yang hanya terdiam seraya menoleh ke arah jendela. "Bagaimana, apa keputusan kamu?"

Mendengar ucapan Arman, Syifa mengalihkan pandangannya seraya menyunggingkan senyum karena tidak ada basa-basi di antara mereka.

"Ck, Anda benar-benar orang yang tidak suka membuang-buang waktu bahkan hanya untuk menanyakan bagaimana kabar Saya pagi ini. Huftt, baiklah karena anda sudah bertanya maka saya akan menjawab."

Syifa menarik napas sedalam-dalamnya seraya meneguhkan hati, ia yakin tidak akan goyah dan sanggup menghadapi semuanya. "Baiklah mari kita menikah. Namun, apa Anda bisa memberi jaminan untuk tidak terbawa perasaan?"

"Tentu saja karena aku sangat mencintai almarhumah istriku," jawab Arman dengan lugas.

Sejenak mata Syifa nampak terpejam saat mendengar jawaban Arman. "Calon suami saya pergi begitu saja dan meninggalkan rasa cinta yang tidak tahu kapan akan hilang. Insyallah, Anda tenang saja saya tidak akan melibatkan perasaan dalam hubungan pernikahan kita."

Arman tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. "Syukurlah jika kamu berpikir seperti itu."

"Dan satu hal lagi, setelah anak ini lahir saya tetap boleh menjenguknya dan dia harus tahu bahwa saya adalah ibunya meski nanti tidak lagi berstatus sebagai istri anda."

Arman terdiam sebentar menatap wajah Syifa. Ia mengerti, setiap wanita mempunyai naluri sebagai seorang ibu dan tentu saja ia bisa mengabulkan semua permintaan Syifa karena menurutnya hal itu bukanlah sesuatu yang rumit. "Baiklah, saya setuju. Mari menikah, Syifa Khairunnisa."

Bersambung 💕

Jangan lupa like, komen n ikuti terus kisahnya sampai selesai, see you 😘

Terpopuler

Comments

Endank Susilowaty

Endank Susilowaty

mudah2an keputusan yg km ambil baik untuk km syifa

2023-06-23

0

Yanti Raisyafariz

Yanti Raisyafariz

Keputusan pinal...

2023-06-08

0

Hikmah Bae Ya

Hikmah Bae Ya

kakanya Syifa sama bgt kaya KK ku. walaupun pengangguran dan suka motmrotin adeknya tpi disaat adenya lagi susah dialah yg paling setia nemenin 😭

2023-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!