Mbok Ratem

Pak kades lari tunggang langgang meninggalkan yang lain. Baru kali ini ia benar-benar melihat sosok hantu menyeramkan. Bukan hanya satu tapi dua sekaligus. Tubuhnya seketika terasa gatal, efek dari ketakutan luar biasa.

"Astaghfirullah! Ngeri banget, mimpi apa saya ketemu demit begituan! Ya Allah …," katanya disela nafas yang tersengal-sengal sambil menggaruk garuk badan.

Ia berhenti sebentar untuk mengambil nafas, menunduk dan kembali menggerutu. Tanpa sengaja pak kades terlalu dalam menunduk dan melihat ke arah belakang melalui kedua kakinya.

Sepasang kaki pucat kebiruan dengan kulit mengelupas menggantung tepat di belakang pak kades. Kain putih lusuh menutupi sebatas mata kaki. 

"Luput … luput, lha kok apes men aku! Demite kok Yo ngetutke lho!" gumamnya menahan tangis karena begitu takutnya.

(Sial ... sial, lha kok apes banget aku! Setannya kok ya ngikutin lho!)

Dengan tubuh gemetar pak kades perlahan berdiri, dan berbalik. Meski takut, rasa penasaran membuatnya ingin melihat langsung sosok yang melayang itu.

"Tolong saya …," sosok itu mengeluarkan suara yang pelan, konstan sekaligus meremangkan bulu roma.

Pak Kades semakin dibuat gemetar, dengan suara tergagap dan tangan yang gemetar menunjuk ke arah sosok wanita menyeramkan itu. Kakinya ingin berlari tapi tak kuasa bergerak,

 "Haa-han-hantu …,"

Pak kades lemas tak berdaya dan akhirnya pun jatuh pingsan. Sosok menyeramkan itu tertawa panjang kepalanya bergerak kaku dan aneh, dari mulutnya keluar beberapa belatung dan darah yang berbau busuk.

Sosok itu terbang lagi ke arah pepohonan rindang di sekitar desa. Suara tawanya masih saja terdengar meski sosoknya telah hilang.

Suara Bagyo dan Rohman yang ketakutan membelah keheningan malam.

 "Tolong … tolong, demit … Ono demit mabur!" (Ada setan terbang)

Mereka berteriak bersahutan.

Berlari tanpa arah sambil sesekali menoleh ke belakang. Tiga warga lainnya ikut menyusul di belakang, sementara pak Hansip tak terlihat sama sekali.

"Tolong … tolong, Pak'e, Bu'e, tolong …," suara mereka yang berteriak sontak membuat beberapa warga mengintip dari balik jendela.

Beberapa warga yang penasaran pun akhirnya memutuskan untuk keluar rumah, mendekati Bagyo dan Rohman yang kini terjatuh dan saling menindih dengan tiga warga lain.

"Eeh ada apa ini kok ribut-ribut tengah malam! Pake acara tindih-tindihan kayak mau bikin tumpeng aja!" Warga yang kebingungan bertanya sambil membantu berdiri Bagyo dan empat orang lainnya.

"Ada apa to?! Kok kalian ketakutan semua begini!" Tanya mbok Ratem yang juga keluar dari gubuk sederhana miliknya.

"Nganu mbok, itu … itu lho!" Bagyo menjawab dengan gemetar dan pucat.

"Itu? Itu apa? Jawaben sing jelas to?!" Mbok Ratem masih bingung dan kembali bertanya.

"Itu mbok, demit, setan, hantu!" Bagyo menunjuk ke arah dimana mereka bertemu sosok wanita dan bayi menyeramkan.

"Setan?" Warga yang penasaran kompak bertanya.

"Wah ngimpi kowe, seumur umur belum pernah aku liat setan di desa kita!" Salah satu warga berkilah mematahkan ucapan Bagyo.

"Walah kang, sumpah aku ora ngapusi! Tenan Iki lho, saksine akeh termasuk pak kades!" Rohman ikut menjawab.

"Pak kades? Mana, kok nggak ada?" tanya yang lain.

"Pak kades edyaaan, wis mlayu sek! Wargane ditinggal malah!" gerutu Bagyo yang kesal.

(Pak kades gila, udah lari duluan! Ninggalin warganya malah!)

"Lha terus pak kades, pak sekdes, sama mas Hansip dimana?" Mbok Ratem bertanya, ia celingukan mencari sosok yang dicari.

"Walah mbok, kita nggak tau kemana mereka! Orang semua lari ketakutan waktu demit itu cekikikan!" Rohman menjawab.

"Wah kasihan kalau mereka ditangkap tuh setan, Ayuk kita cari mereka bareng-bareng! Bawa obor! Masa iya demit kagak takut sama kita kalo ramean begini!" Salah satu warga yang berani bertindak mengomandani warga.

Warga pun sepakat mencari termasuk mbok Ratem satu satunya tetua wanita yang ikut mencari. Mbok Ratem bukan wanita tua biasa, ia juga merangkap dukun pijat bayi yang sedikit memahami dunia pergaiban.

Beramai ramai, warga desa berkeliling sambil membunyikan kentongan mencari pak Kades, pak sekdes dan juga pak Hansip.

"Pak kades … pak sekdes … mas Hansip!"

Suara lantang bersahutan memanggil ketiganya. Bagyo membawa rombongan warga ke arah tempat dimana mereka meninggalkan pak Hansip.

"Mas Hansip … pak sekdes!" teriak Rohman dengan lantang.

"Eh, itu kayaknya mas Hansip deh!" ujar salah satu warga yang melihat sosok berbaju hijau di depan sana.

Warga kompak mengarahkan senter ke arah yang dimaksud, "Eh, iya bener! Itu mas Hansip! Ayo buruan kita kesana!"

Dengan segera rombongan warga mendekati pak Hansip yang sudah tergeletak di jalan desa. "Mas, mas Hansip!"

Rohman mengguncangkan tubuh pak Hansip agar segera tersadar. Usahanya berhasil pak Hansip yang baru berumur tiga puluhan itu perlahan membuka mata.

"Alhamdulillah," suara berjamaah warga kompak terdengar.

"S-saya kenapa?" pak Hansip linglung.

"Lha, kok nanya kita? Mas Hansip yang kenapa kok tidur disini?" tanya warga yang memakai sarung kotak-kotak hitam.

Pak Hansip mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, lalu tiba-tiba meloncat memeluk Bagyo.

"Ha-ha-hantu! I-itu tadi di-disana!" tunjuknya ke arah atas dengan gemetaran.

"Eh mas Hansip tu demit udah mup on, kagak adalagi!" celetuk salah satu warga yang diam-diam ikut merinding dan melihat sekeliling.

"A-aman ya?" Pak Hansip masih tergagap takut.

"Aman!" jawab warga kembali bersama.

"Satu dah ketemu, hayuk cari pak sekdes keburu dibawa lari sama setan!" Mbok Ratem kembali mengajak warga untuk berkeliling.

"Saya liat pak sekdes lari ke arah sana!" Pak Hansip memberi petunjuk.

Jalan desa yang sepi dan gelap. Kanan kiri jalan hanya ada kebun sayur milik warga. Dingin dan berkabut. Tak ada lampu penerangan di jalan. 

Warga saling berhimpitan, merapatkan tubuh satu sama lain dengan obor di tangan. Beberapa memakai senter untuk menerangi jauh ke depan. Kentongan yang dibawa warga sama.sekali tidak dibunyikan.

Suara jangkrik dan hewan malam terdengar bersahutan, suasana horor tercipta seketika membuat ciut nyali para warga.

"Mbok … mbok, kita pulang saja yuk! Ngeri ini mbok!" Rohman yang sedari tadi selalu memegang tangan Bagyo berbisik pelan pada mbok Ratem yang berjalan paling depan.

Rengekan Rohman tidak diindahkan mbok Ratem, ia hanya melirik dan berdecak kesal. "Kamu tega sama pak sekdes? Kalo dia mati terus gentayangan cariin kamu gimana?" Mbok Ratem menakuti Rohman.

"Waah, ya jangan dong mbok! Iish, simbok nih malah bikin saya tambah takut aja!" Akhirnya Rohman pun hanya bisa pasrah dan menggerutu tanpa suara.

Suara burung hantu terdengar dikesunyian malam. Gumaman wanita yang tak jelas terdengar begitu meresahkan di telinga mbok Ratem. Seringai sinis muncul di bibirnya yang berwarna oranye, hasil dari kebiasaannya menginang sirih.

"Kowe wani mrene ?!" Mbok Ratem bertanya entah pada siapa.

(Kamu berani datang?)

Warga desa yang ikut dibelakang mbok Ratem kebingungan sekaligus ketakutan. Wanita tua di depan mereka sedang berinteraksi dengan sosok tak kasat mata. Sekali lagi mbok Ratem bertanya sendiri, 

"Lungo Kowe! Panggonanmu ora ana ing kene! Muliha lan balia marang bendaramu!"

( Pergi kamu! Tempatmu bukan disini! pergi dan kembalilah pada tuanmu!)

Warga saling berpandangan, mereka bingung. Entah siapa yang dimaksud mbok Ratem. Yang terdengar selanjutnya hanya suara panjang lolongan anjing hutan diiringi suara cekikikan wanita yang meremang bulu roma.

...☘️☘️☘️☘️☘️☘️...

...sore teman2 terimakasih atas dukungannya. Maaf up sangat lambat yaa, karena memang harus membagi waktu dengan yg lain🙏...

...semoga masih bisa menikmati ceritanya, sekali lagi terimakasih atas dukungan teman2 yang all out selalu bikin sy mesam mesem tiap bc komen🤭love u guys😘😘...

...mohon maaf kalo ada penulisan bahasa daerah yang salah ya, saya juga rada liieuur cari di Kamus🤭...

...MET istirahat sore...

...cium jauh ~ Lia😉...

... ...

Terpopuler

Comments

Rafa Retha

Rafa Retha

Aq padamu mbok Ratem😍😍😍

2022-09-23

1

Denisa

Denisa

makasih kak lia,tambah penasaran tp tambah serem juga 😁

2022-09-17

3

Namika

Namika

lanjut

2022-09-16

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!