Asih yang Menggila

Asih bersenandung kecil, wajahnya sumringah memasuki gudang tua. Seorang lelaki tua menyambutnya dan membukakan pintu tempat dimana Asih menyekap dua orang pemuda itu.

"Tinggalkan tempat ini pak tua, aku butuh privasi!"

Lelaki tua itu menunduk lalu berjalan pergi meninggalkan Asih. Pintu kamar terbuka, dan lampu dinyalakan. Dua orang lelaki muda dengan wajah pucat mengerjapkan mata. Asih tersenyum lebar.

"Selamat pagi!" Asih meletakkan nampan berisi makanan ke hadapan mereka.

Dengan cepat Arif dan Rico meraihnya. Mereka memang kelaparan dan kehausan. Mereka tak memperdulikan Asih yang menyeringai pada keduanya.

"Cckk, lihatlah kalian berdua. Sungguh menyedihkan." Asih berjongkok di depan keduanya.

Tangannya meraih dagu Rico, "Hai sayang, apa kau tidak mengenalku lagi?" Tanyanya dengan sedikit mengejek. Rico terdiam, berhenti mengunyah makanan dan menatap wajah Asih.

"Lu-Luna?" Rico tergagap mengenali wajah ayu didepannya.

"Luna?" Asih menggelengkan kepalanya, ia berdecak kesal lalu ganti bergeser ke arah Arif yang juga menghentikan kegiatan makannya. "Kau juga tidak mengenaliku sayang?"

Keduanya termangu, ingatan mereka kacau. Mereka tak tahu lagi siapa wanita cantik yang sedang berjongkok dan menatap mereka dengan wajah menggoda.

Asih menggigit bibir bawahnya, ia kembali mengingatkan keduanya. "Apa kalian lupa dengan suara ******* ini?"

Asih berbisik di telinga keduanya, menyebutkan nama keduanya dan mendesah seolah mencapai puncak kenikmatan. 

Tangan Arif dan Rico mendadak gemetar, dengan mata nanar mereka menatap Asih. 

"Ka-kau … kau," 

Asih mengangguk dengan wajah berpura-pura sedih. "Asih, ini aku Asih. Gadis lugu yang kalian permainkan, gadis desa yang kalian gilir tanpa ampun di kebun jagung!" 

Asih mulai terbakar amarah, "Gadis desa yang dengan rela mengantarkan makanan untuk kalian! Gadis bodoh yang mengikuti nafsu bejat kalian!"

Airmata Asih tak lagi bisa terbendung, suaranya bergetar menahan pilu dan amarah yang luar biasa.

"Apa kalian lupa, bagaimana wajahku menjerit dan memohon ampun waktu itu?"

"Kalian lupa, dengan kenikmatan sesaat yang kalian dapat dari tubuhku!"

Asih berteriak dan menangis sejadinya, mengingat kisah pilunya saat ketiga lelaki menggilirnya. Memaksanya memuaskan nafsu mereka bertiga. Masih jelas dalam ingatan Asih bagaimana ketiganya dengan kasar dan tanpa ampun menyetubuhi dirinya berkali kali hingga pingsan dan mengalami pendarahan. 

Yang lebih miris lagi perbuatan mereka bahkan direkam oleh dua orang wanita lain yang ikut tertawa dan menikmati adegan demi adegan yang menghancurkan masa depan Asih.

Rico dan Arif terguguk menyesal. Mereka merangkak dan menyentuh kaki Asih. 

"Ampun, ampuni kami! Maafkan kami Asih!"

Asih yang semula menangis, kini perlahan tertawa kecil. "Apa katamu? Maaf? Setelah video itu beredar luas? Setelah kepedihan yang kalian berikan padaku?"

Asih tertawa dengan keras, dan ia kembali bicara dengan mata melotot. "Kalian menghancurkan hidupku! Kalian bahkan meninggalkan benih yang aku tidak tahu siapa ayahnya!" Asih berteriak lantang.

Rico dan Arif saling memandang dengan wajah sangat ketakutan. Kini mereka tahu kenapa mereka disekap dan disiksa. Dosa masa lalu yang mereka, kini harus dibayar tunai.

"Kami benar-benar khilaf saat itu Asih," suara Rico bergetar tangannya meraih tangan Asih.

"Kami mengaku salah!" Sambung Arif.

Asih tak bergeming. Ia menatap keduanya dengan penuh kebencian. Asih kembali berjongkok, membingkai wajah kedua lelaki muda itu dengan jemarinya.

"Sudah terlambat sayang, aku … tidak bisa, mereka sudah sangat kelaparan!"

Senyum mengerikan di bibir Asih semakin membuat wajah keduanya pucat.

"Me-mereka?" Keduanya tergagap dan melepaskan tangan Asih.

Suara geraman muncul tiba-tiba di belakang Asih. Bau busuk dan anyir tercium menusuk hidung keduanya. Rico dan Arif mundur perlahan. Mereka gemetar dan Asih tersenyum, "Waktunya makan anak-anak!"

Suara geraman semakin terdengar menggema, bukan hanya satu atau dua tapi tujuh sekaligus. Sosok anak kecil dengan wajah mengerikan muncul dari balik tubuh Asih. 

"Tidak! Jangan! Tolong kami Asih! Ampuni kami!" 

"Ampun? Berharap saja kalian sedang bermimpi!" Asih menyeringai pada keduanya berlalu meninggalkan mereka, mematikan lampu dan mengunci pintu.

Suara jeritan dan teriakan bersahutan dalam kamar gelap dan pengap itu. Tawa Asih terdengar lantang memenuhi gudang tua itu. 

"Kematian kalian adalah kepuasanku!"

Ardi menunggunya di luar gudang dengan wajah khawatir. Asih tersenyum dan langsung menggandeng tangan Ardi. 

"Apa semua berjalan lancar?" Tanya Ardi penasaran.

"Tentu saja sayang, semuanya berjalan sesuai rencana ku!" Asih bergelayut manja di tangan Ardi.

"Ada yang harus aku tunjukkan padamu!" Ujar Ardi.

"Tentu, ayo kita masuk ke dalam."

Asih berseri seri menaiki anak tangga. Ia menggandeng Ardi mesra. Matanya tidak absen menggoda Ardi. Mbok Jum kembali mengintip dari dapur, ia mengelus dada.

Asih hanya melirik sinis mengetahui mbok Jum melihat kelakuannya. Dengan cepat ia menarik tangan Ardi untuk segera masuk ke dalam kamarnya.

"Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?" 

Ardi menelan ludah dengan kasar saat Tahu Asih mengunci kamarnya. "Video, ini ehm … video tentang, dua gadis itu!"

Ardi berusaha keras menahan diri saat Asih berjalan melenggok ke arahnya. Menggodanya dengan agresif. Ardi mundur selangkah. Jakunnya naik turun melihat Asih perlahan melepaskan satu persatu pakaian yang menempel di tubuhnya.

"Kau bilang apa tadi?" Asih berbisik nakal di telinga Ardi, tubuhnya kini tak tertutup apapun lagi.

Asih mendekatkan tubuhnya hingga Ardi bisa menyentuh area sensitifnya. "Kau bilang apa tadi …,"

 Asih kembali berbisik dan menyelusuri telinga Ardi dengan lidahnya membakar gairah Ardi yang kini menegang sempurna. Diraihnya tangan Ardi untuk menyentuh pinggang ramping yang terbuka.

Wajah keduanya tak lagi berjarak, Asih mengecup lembut bibir Ardi yang setengah terbuka. Membiarkan Ardi membalasnya dengan liar. Menyusuri setiap sudut mulutnya dengan lidah yang bertaut. Tangan Ardi begitu cepat menguasai tubuh polos Asih menyentuh setiap jengkal area sensitifnya. 

Asih mengerang, merasakan kenikmatan yang diberikan Ardi dengan sentuhan tangan dan lidahnya yang nakal. Ardi memberikan tanda kepemilikan dimana mana, seolah mengisyaratkan tubuh Asih adalah miliknya.

Asih mendorong Ardi ke ranjang, mereka bergumul tanpa henti meloloskan suara ******* panjang kenikmatan duniawi yang semu. Hingga akhirnya penyatuan mereka berakhir dengan erangan nikmat bersama yang panjang. 

Ardi memeluk Asih, ia sangat mencintai Asih. Tapi tidak dengan Asih. Ia kembali tersenyum, dan berbisik.

"Kau lelah?" Tanyanya pada Ardi yang masih berada diatas tubuhnya, "Hari ini aku milikmu, nikmatilah sepuasmu sayang!"

Asih sengaja berbisik dan memancing kembali naluri lelaki Ardi. Bisikan yang membuai Ardi. Asih membalik posisi, kini dia berada diatas tubuh Ardi. Senyum nakal menggoda Ardi.

 Yang terjadi selanjutnya pergumulan panas keduanya yang kembali terulang. Asih tak peduli lagi dengan erangan kenikmatannya yang menembus dinding kamar. Tujuan Asih harus tercapai hari ini.

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Kalo skrg gw ndukung Asih buat bls dendam. Yg gw heran ko tega ya yg videoin Asih di perkosa, pdhl mreka perempuan jg. Coba stiap pria tkg pemerkosa dpt balesan kaya gini, angka kriminal kasus perkosaan lngs musnah. Org bakal mikir ribuan kali sblm menyalurkan nafsunya

2023-01-11

2

Namika

Namika

kata maaf gk akan memperpanjang umur kalian😡

2022-09-30

3

Namika

Namika

miris😔

2022-09-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!