Kecurigaan Amel

Suara bunyi ponsel berdering beberapa kali dalam sebuah kamar yang temaram.

"Paket sudah dikirim," suara wanita dari seberang terdengar memberi laporan.

Tanpa menjawab apa pun, wanita dalam temaramnya kamar itu menutup panggilan. Segaris senyum iblis terlihat jelas di bibirnya. Ia terdiam sesaat, tawa kecil terdengar kemudian. Dialah Asih, wanita cantik yang hidup dengan setumpuk dendam membara.

"Satu tumbal, satu nyawa! Jangan kau lupakan itu!" 

Sesosok makhluk muncul tiba-tiba dibelakang Asih. Tawanya terhenti seketika. Sosok makhluk dengan kuku hitam panjang itu menyentuh bahunya, dan berbisik di telinga Asih.

"Ingat perjanjian kita," bisiknya dengan suara serak dan parau terasa menggidikkan telinga.

"Hhh, baru 2 nyawa, kau masih berhutang 3 padaku! Kau juga jangan lupakan itu" sahut Asih geram.

Sosok itu terkikik, "Tentu saja aku mengingatnya, kau tinggal sebutkan kapan dan dimana. Aku dan anak-anakku tersayang akan melakukannya untukmu dengan senang hati!" bisiknya lagi pada Asih.

Sosok itu menghilang perlahan dalam gelap, menyisakan suara tawa yang meremangkan buku kuduk bagi siapapun yang mendengarnya.

Dalam gelap Asih kembali terdiam dan memejamkan matanya. Meresapi kesunyian malam yang diselimuti kepedihan dan berbalut dendam. Senyuman iblis mengembang di bibirnya yang mulai bergetar menahan amarah.

Aku akan menuntut balas untuk setiap penderitaan dan darah yang menetes dari tubuhku. Tidak ada kata maaf bagi kalian!

Tunggu saja, aku akan menjelma menjadi malaikat kematian bagi kalian semua!

*******

"Lunaaaaa!" jerit Amel memecah indahnya pagi.

"Kebiasaan deh, banguuuuun! Matahari udah nongol sampe ubun-ubun tau nggak sih! Kamu masih aja asik selimutan!"

Amel bersungut-sungut sambil membuka tirai jendela Luna, mematikan pendingin ruangan dan membuka lebar-lebar jendela kamar.

Luna yang mendengar teriakan Amel masih berpura-pura tidur dan diam dalam selimutnya.

"Aku tahu kamu udah bangun kan?! Ayo cepetan buka mata, kamu lupa hari ini kita harus belanja! Ada acara makan-makan disini kan nanti malam? Kita belum punya bahan, Lunaaaa!"

Amel kembali berteriak, kali ini ia.membuka paksa selimut yang membungkus tubuh Luna.

"Cck, masih pagi kali Mel! Supermaket juga belum buka! Nanti jam sebelasan kita berangkat, aku masih ngantuk!" gerutu Luna masih dengan mata terpejam.

"Hah, jam sebelas? Kamu nggak tau sekarang jam berapa neng? Ini dah hampir jam satu siang!" Amel kembali mendengus kesal seraya mengguncangkan tubuh Luna.

"Hah, jam satu! Serius?" Luna seketika bangun dan duduk.

"Kamu pikir? Kamu sakit, kok tumben sesiang ini baru nyadar?" Amel menyentuh kening Luna.

"Normal kok, semalem kamu ngapain aja emang? Perasaan lampu kamar mati dari jam 9 malam deh!" tanya Amel penasaran.

Luna hanya nyengir dan tidak menjawab. Ia bergegas turun dari ranjangnya ke.kamr mandi.

"Tunggu, aku siap dlm 15 menit!" serunya seraya menutup pintu kamar mandi.

Amel hanya bisa mengerucutkan bibirnya, hendak mengomel tapi batal karena Luna sudah keburu menutup pintu.

Amel merapikan selimut Luna, tapi ia dikejutkan dengan beberapa lembar foto yang keluar dari sebuah amplop coklat.

"Eeh, apa ini?" Rasa penasaran Amel mendorongnya untuk melihat foto yang tercecer.

"Lho ini kan foto Kakak angkatan, ada Rico, Lisa, Clara … trus siapa ini ya ooh si Rudi sama Arif kan? Ngapain foto mereka disini?"

"Komplit amat sama kegiatannya? Luna naksir salah satu dari mereka emang? Kok aneh gini ya?"

Amel bingung, ia menatap ke arah kamar mandi, terdengar suara nyanyian Luna Sari dalam. Perasaan Amel mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan Luna darinya. 

Amel kembali masukkan foto-foto itu ke dalam amplop coklat dan meletakkan kembali di tempatnya semula. Ia tidak ingin mencampuri urusan pribadi Luna. 

Bagi Amel Luna bak Dewi penolong. Luna banyak membantu Amel. Luna ada di saat ia mengalami kesulitan keuangan. Luna juga yang menolongnya saat Amel hampir saja mengambil jalan pintas menjual keperawanannya demi sejumlah uang untuk membayar hutang orang tuanya saat mengalami gagal panen.

Luna keluar dari kamar mandi sesaat setelah Amel keluar kamarnya. Berbalut handuk dan rambut yang masih meneteskan air ia melirik ke arah ranjang yang sudah rapi.

Ia menatap intens ke arah amplop coklat yang tergeletak di sebelah bantal. Luna menoleh ke arah pintu kamar memastikan pintunya tertutup rapat. 

"Apa Amel melihat isi amplop itu?" 

Terpopuler

Comments

Hana Nisa Nisa

Hana Nisa Nisa

🤔🤔🤔

2023-07-31

0

Fitri wardhana

Fitri wardhana

luna yg di bilang anaku yg akan ngasih tumbal,iya kan kk lia?

2022-10-24

2

Ali B.U

Ali B.U

habis ya,??
🆙 lagi kak

2022-08-23

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!