Perangkap Maut

Mereka tiba di supermarket sekitar jam dua siang, Amel dan Luna asik memilih bahan makanan yang hendak mereka masak malam nanti.

"Mau bikin apa kita Mel?"

"Ehm gimana kalo kita bikin budae jjigae (sup kuah apa Korea), keknya seger deh Lun, sama biasa kita buat bulgogi (daging bakar) aja gimana?" 

Amel menjawab sambil memilih potongan daging tipis, fillet ayam, sosis, beberapa macam sayuran dan juga tidak ketinggalan beberapa bungkus mie instan.

"Heh, makanan apaan tuh? Pake bahasa yang biasa aja kenapa sih Mel," Luna mengerutkan keningnya bingung dengan nama makanan asing yang disebutkan Amel.

"Hmm, tampang boleh kaya, makanan viral nggak tahu! Kebangetan kamu Lun!" Cibir Amel.

"Hhm, ini nih yang salah. Kaya bukan berarti kita seenaknya buang uang. Menghemat dan memakai seperlunya saja itu namanya bener!" sahut Luna cuek sambil mengambil dua macam dumpling ikan.

"Iya, iya deh apa kata kamu aja. Kamu bosnya yang penting ini semua kamu yang bayar!" ujar Amel dengan seringai jenaka.

"Hmmm, gitu dong nurut kata Luna!" Luna menanggapi dengan menaikkan sebelah alisnya.

Tak lama kereta belanjaan sudah penuh dengan aneka bahan makanan, beberapa cemilan dan tentu saja beberapa botol minuman bersoda. Luna membayar semua belanjaan dengan kartu debit miliknya. Amel hanya mengekor dan menuruti kemana langkah Luna.

"Kita beli es krim dulu yuk!" ajak Luna pada Amel.

Luna dan Amel duduk di salah satu bangku food court sambil menikmati semangkuk es krim pesanan mereka. Luna masih asyik dengan ponselnya sementara Amel memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.

"Lun, tumben hari ini pacar kamu nggak datang?"

"Ada urusan dia sama temennya," sahut Luna tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.

"Oh, nanti malam dia datang juga?" tanya Amel lagi.

"Iya dong sama temennya, cakep lagi! Mau nggak aku kenalin, biar kamu nggak jomblo permanen!" 

"Cakep? Baik nggak, cakep doang nggak baik percuma bisa-bisa dikadalin doang nanti!" Amel berkata dengan mulut penuh es krim.

"Iiiiish telen dulu baru ngomong!" gerutu Luna yang melihat Amel menjawab dengan mulut penuh es krim.

"Hari gini cari model gitu mana ada Amel sayang? Cakep itu udah sepaket sama playboy!"

"Naaah kan itu dia, kalo model begitu mah nggak aja deh!"

"Trus kamu mau cari model gimana?" tanya Luna penasaran.

"Hhm, yang kayak Reza Rahadian cakep and bikin melted," jawab Amel menerawang membayangkan sosok si artis.

"Jjiiiah melted konon, keju kali melted!"

Mereka terkekeh, dan kembali menghabiskan es krimnya. Ponsel Luna berdering, wajahnya berubah saat melihat nama yang tertera di layar.

"Bentar Mel, aku jawab dulu!" pamit Luna pada Amel.

Amel hanya memperhatikan kemana Luna pergi. "Tumben pake acara jawab di tempat lain biasanya juga main jawab aja dia?" 

Amel kali ini sedikit heran dengan sikap Luna yang tak biasa. Usai menerima panggilan Luna hanya diam terpaku di tempatnya, memejamkan mata dan menundukkan kepala. Tangannya menggenggam erat ponsel miliknya. Tubuhnya gemetar.

"Lun, kamu nggak apa-apa?" tanya Amel yang mendekatinya dengan membawa kereta belanja mereka.

"Hei, aku … nggak apa-apa kok?"

"Did something happen?" ( Apa ada yang terjadi?)

"Yeah, ayah. Beliau sakit parah, aku disuruh pulang segera," jawab Luna dengan mata memerah.

"Ya ampun, terus kamu mau pulang sekarang?" Amel memeluk tubuh Luna yang masih gemetar, membuat Luna sedikit terkejut. 

Untuk sesaat Luna ragu membalas pelukan Amel. Tapi kemudian tangannya memeluk pinggang Amel erat.

Maafin aku, Mel …,

"Nggak, mungkin besok biar Ardi yang antar aku," jawab Luna ketika mengurai pelukan Amel.

"Oke, sekarang kamu nggak usah sedih. Kita seneng-seneng malam ini, sedih nya ditunda besok! Aku yakin ayah kamu pasti sembuh!" Amel menghibur Luna dan mengusap jejak air mata di pipinya 

Luna tersenyum mengiyakan perkataan Amel. Mereka pun beranjak pergi menuju pelataran parkir untuk segera pulang ke rumah.

...----------------...

Malamnya rumah kontrakan Luna sudah ramai dengan kedatangan teman satu kelasnya, tak ketinggalan si ratu gosip Arini. Pacar Luna, Ardi juga sudah datang membawa serta teman laki-laki seangkatannya. 

"Malam sayang, wah rame nih! Bakalan seru keknya malam ini!" sapa Ardi tak lupa memberi kecupan di pipi Luna.

"Hai, aku kangen kamu! Seharian nggak chat kemana?" tanya Luna dengan bergelayut manja pada Ardi.

"Hhm, baru aja sehari!" jawab Ardi mencolek hidung Luna mesra.

"Sehari? Itu lama tau!" gerutu Luna sembari menunjukkan seringai wajah cemberut pada kekasihnya yang tampan.

"Cuma beberapa jam aja kan, ini dah ketemu lagi masa masih kangen juga?" Ardi kembali mengecup puncak kepala Luna.

"Uhuuuk … duh kalo pacaran jangan di depan para jomblo deh, ngalih dah ke tempat lain!" celetuk Rudi yang tampak jengah melihat kemesraan Luna dan Ardi.

"Hhhm, bilang aja kamu iri Rud!" teriak Clara yang berdiri tak jauh dari Amel.

Suara tawa terdengar kompak menyahut ejekan Clara pada Rudi.

"Udah yuuk, kita mulai acara makannya mumpung udah mateng semua!"

 Amel membagikan piring dan mangkuk kecil kemudian mengajak teman-temannya yang lain untuk menikmati makan malam. Mereka berkumpul mengelilingi kompor portable dengan panci berisi sup Korea diatasnya.

Rudi dibantu Arif meletakkan irisan daging tipis yang sudah dibumbui ke atas panggangan. Aroma daging bakar yang menggoda menyeruak hingga ke halaman rumah.

"Waaah, wangiiii banget bikin laper!" Rico yang baru saja datang mengendus endus aroma yang menggugah selera makannya.

"Eh Rico, Lisa, kalian baru datang? Kirain nggak jadi ikutan?" sapa Ardi yang menggandeng tangan Luna.

"Hhm, ya jelas datanglah kapan lagi coba makan-makan enak gratis lagi. Mumpung kita belum sibuk!" sahut Rico.

Ardi tertawa, "Gabung gih, kita mau ke depan dulu bentaran!"

Rico memperhatikan Ardi dan Luna sejenak, matanya bak elang mengincar mangsa tajam mematikan. Tapi sejurus kemudian ia tertawa.

"Jiiiah, paling juga mau enak-enak, ya kan!"

"Huuush, mau tau aja urusan orang! Pergi sana!" usir Ardi berpura-pura memasang wajah mengancam.

"Iya, iya, nikmati masa muda bro sebelum benang merah mengikat kita!" 

"Gaya lo lebay! Pake benang merah segala, mo jadi detektif emang?!" gerutu Ardi diikuti gelak tawa.

...----------------...

"Jebakan kita berhasil," ujar seorang lelaki muda di sebuah kamar tertutup.

"Hhm, lanjutkan kerjamu! Buat mereka mengakui perbuatannya di depan yang lain!" Asih menyeringai, mengintip dibalik tirai jendela yang langsung menghadap ke arah sekumpulan anak muda itu.

"Tapi untuk apa?" Lelaki muda itu kembali bertanya.

"Hhh, mereka harus merasakan apa yang aku rasakan dulu! Buat mereka malu dengan kelakuan mereka, sampai mereka tidak ingin menampakkan diri di depan umum!"

"Lalu kita bunuh mereka satu persatu! Orang akan menganggapnya depresi dan tidak akan mencurigai siapa pun!" sambung Asih dengan tatapan yang mengerikan.

"Tapi, gimana kalau rencana kita gagal?!" tanya lelaki muda itu.

"Gagal?" Asih menatap wajah tampan lelaki muda di depannya.

"Aku tidak mengenal kata gagal, mereka akan membereskannya untukku!"

Asih terkikik membayangkan wajah mereka yang memohon di kakinya untuk diselamatkan. Baginya pembalasan itu sangat manis meski ia harus menebusnya dengan nyawa sekalipun. Dendam menghilangkan jiwa manusianya. Asih menjelma menjadi iblis.

Darah kalian adalah kepuasanku!

Terpopuler

Comments

Fitri wardhana

Fitri wardhana

nyamuk....eh nyimak mksdny

2022-10-24

4

Olla Romlah

Olla Romlah

apakah Luna itu asih?
klo emang bener Luna itu asih berarti Ardi itu jati donk🤔🤭 ehh mumet aku ka Lia🤭😊

2022-10-14

3

Anksu Namum

Anksu Namum

aduh sampe sini aku belum ngeh deh...

2022-08-24

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!