"Kakek, maafkan aku kek, tapi ini demi Andhi juga kek, Andra tidak mau Andhi nanti semakin terluka" ujar Dirandra yang tak melawan meskipun kakek Indra memukulnya berkali kali
Andhira hanya terdiam melihat kakeknya memukuli calon suaminya yang membatalkan pernikahan mereka hanya demi alasan kenangan masa lalu
Mahesa dan teman temannya datang bersamaan masuk dengan paksa ke ruangan itu dengan wajah penuh kemarahan
Dirandra berkali kali jatuh ambruk karena pukulan mereka, hingga akhirnya Andhira berdiri di depan tubuh Diranda yang sudah tersungkur di lantai
"Andhi, menyingkir lah, akan kami beri pelajaran dia yang sudah menyakiti hatimu dan hati penduduk desa" ujar Mahesa
"Apa kalian benar menyayangiku?" ujar Andhira dengan tatapan matanya yang sudah mulai berembun
Mahesa melepaskan kepalan tangannya melihat tatapan Andhira dan memeluknya, Kakek Indra sudah meredakan emosinya dinasehati oleh nenek Gita, sementara teman yang lain kini mulai meredakan amarahnya juga
"Andhi, kau sangat tahu, bahwa kami semua sangat menyayangimu, dan kau bisa mengandalkan kami" ujar Mahesa
"Bukalah kalung yang ku pakai saat ini, tanganku masih basah karena gambar hena ini " ujar Andhira dengan terbata
Mahesa semakin sedih hatinya, meskipun Andhira di sakiti saat ini, ia tetap melindungi Dirandra
"Berikanlah pada Andra sekarang, Mahesa " ucap Andhira saat Mahesa berhasil melepaskan kalung indah itu dari leher Andhira
"Andra, carilah wanita dan anak yang ada dalam ingatan masa lalumu itu, jika nanti sudah kau temukan, datang lah kemari temui aku bersama mereka, bawalah kalung liontin itu agar kau bisa ingat jalan kembali ke sini " ujar Andhira dan kemudian bergegas pergi meninggalkan semua orang, tatapan matanya masih kosong, dan ia menolak berbicara dengan siapa pun
Dirandra masih diam dengan ucapan Andhira, karena dalam hatinya ada keraguan tentang masa lalunya akan membahayakan Andhira, tidak hanya ingatan tentang seorang wanita dan anak kecil yang mengganggu Dirandra, tapi ingatan tentang dia yang berada dalam sebuah pertarungan yang menyisakan banyak korban berjatuhan, meskipun ia tak ingat secara terperinci, namun ketakutan akan bahaya untuk Andhira itulah yang membuat Dirandra membatalkan pernikahan mereka
"Andra, lihatlah meskipun kau melukai hatinya, namun dia tetap mempercayaimu untuk pergi mencari masa lalumu dan tetap menunggu jawabanmu disini, sungguh jika bukan karena Andhi, maka aku pastikan abu mu sudah di tabur di sungai saat ini " ujar Mahesa dengan geram dan meninggalkan Dirandra sendirian
Kini rumah kakek Indra sudah tak ramai lagi, warga desa berpamitan pulang setelah kakek Indra mengatakan permintaan maaf bahwa pernikahan cucu nya di batalkan, saat ini penduduk desa ikut merasakan kesedihan Andhira, bahkan langit pun nampak suram seolah ikut berduka bersama Andhira
Tidak ada lagi tawa dari Andhira, tatapannya begitu kosong dan yang dilakukan hanya berdiam diri di kamar
"Kakek, sungguh aku lebih suka jika Andhira marah atau menangis saat ini " ujar nenek Gita dengan tangisannya
"Andhi, sudah berkali kali di kecewakan oleh orang yang dia sayangi, dan sepertinya saat ini kita biarkan dia terlebih dahulu, hingga waktu mengobati hatinya " jawab kakek Indra
Nenek Gita menganggukan kepalanya tanda setuju
Keesokan harinya yang seharusnya adalah hari bahagia atas pernikahan nya Andhira dan Dirandra, berubah menjadi hari perpisahan, Dirandra berpamitan pada kakek Indra dan nenek Gita sambil memohon maaf setulus hatinya, Kakek dan nenek sudah mengikhlaskannya, semua penduduk desa ikut mengantar kepergian Dirandra, meskipun mereka kecewa, namun Dirandra masih menempati hati warga desa
Mahesa memukul wajah dan perut Dirandra sekali lagi, kemudian memeluknya sambil menangis
"Cepat temukan kenangan masa lalumu, dan cepatlah kembali kepada kami, aku benci padamu Andra sangat benci " ujar Mahesa dalam pelukan Dirandra
"Aku mengerti, Mahesa " jawab Dirandra sambil mengeratkan pelukannya kepada teman baiknya itu
Andhira berdiam diri melihat Dirandra yang berpamitan padanya, tidak ada tawa senyum atau ucapan sama sekali, Andhira hanya menatap dalam mata Dirandra, dan tatapan ini semakin mengiris hati Dirandra
"oh Dewa, wanita yang sangat aku cintai saat ini, harus aku sakiti, tolong jaga dia, dan lindungi dia dewa" do'a Dirandra dalam hati
"Andra, sebesar apapun keinginanku untuk menghentikan mu, namun di tempat lain ada yang lebih membutuhkan mu, dan aku tidak boleh egois bukan, meskipun aku berhak melakukannya, pergilah dan cepatlah kembali, meskipun kembalinya dirimu sangat menyakitkan nanti " batin Andhira
Kedua insan itu hanya saling berbicara dengan tatapan, dan tidak ada gangguan dari warga desa, terlihat masih ada cinta dari tatapan mata keduanya, namun takdir berkata lain
Dirandra berjalan menyusuri tepi sungai dimana ia ditemukan kakek Indra dan Andhira kala itu, Dirandra terus berjalan bahkan masuk ke hutan belantara demi menemukan masa lalunya, meskipun jalan licin dan harus mendaki ketika ada bukit, tetap ia lewati dengan harapan dapat menemukan jawaban dan bisa segera menjumpai Andhira kembali
"Sungguh pun jika bukan karena bayangan banyaknya korban berjatuhan itu, dan tangisan wanita dan anak malang itu, aku lebih memilih bersamamu Andhi, bersabarlah aku pasti kembali, dan semoga ada jalan terbaik " batin Dirandra yang mencoba memberi semangat diri untuk terus berjalan sendirian
7 hari berlalu setelah kepergian Dirandra, proyek ikan asin dan kerupuk ikan masih di jalankan oleh kakek Indra, Mahesa dan kawan kawannya di desa, keuntungan dari proyek itu masih stabil dan dapat di nikmati oleh semua warga bahkan tidak terpengaruh meskipun Dirandra tidak ada
"Andhi, ini adalah laporan mingguan Produksi kita saat ini, laba yang di dapat masih stabil bahkan kita dapat tengkulak baru yang memesan jumlah besar untuk dia bawa ke pasar kota lain " ucap Mahesa yang menemani Andhira duduk melihat tepi sungai yang masih sering ia datangi untuk menyendiri sambil memainkan harmonikanya
"Terimakasih Mahesa, Andra pasti sangat senang jika usahanya tidak surut, meskipun dia belum datang " jawab Andhira
"Andhi, apa kau masih menunggu nya, apa kau yakin, dia akan kembali lagi ke sini ? " tanya Mahesa
"Aku yakin, Andra pasti kembali " tegas Andhira
"Baiklah, sekarang saatnya istirahat, aku akan temani kau bermain musik, jreng jreng jreng jreng,,,,,, " ujar Mahesa dengan senyuman nya yang lebar
"Baiklah,,,,, " ujar Andhira
Irama lagu yang di mainkan Andhira masih saja menyayat hati, meskipun Mahesa sudah mengimbanginya dengan mencoba membuat irama itu menjadi senang dengan gitarnya, namun ternyata malah tidak menyatu, hingga akhirnya Mahesa mengalah dan ikut memainkan irama sesuai hati Andhira
Alunan musik itu terdengar pilu, namun warga desa tidak ada yang mengusiknya, mereka masih ikut berduka bersama Andhira dan penuh harap jika Dirandra akan kembali membawa kebahagiaan di desa mereka lagi
Disisi lain jauh dari pemukiman desa, Dirandra berhasil memanjat sebuah tebing dan masuk ke kawasan hutan lindung pribadi milik keluarga bangsawan, karena hutan itu begitu tertata rapih, Dirandra berjalan perlahan menyusurinya, ia merasa bahwa mengenal tempat ini, namun entah kapan hanya keyakinannya yang terus membawa dia melewati hutan tersebut, hingga sampai di sisi persimpangan jalan Dirandra memilih jalan ke arah kanan dan keluarlah ia dari hutan dan berakhir di sebuah pasar tradisional
Dirandra yang sudah merasa lapar, akhirnya berhenti di sebuah meja penjual kue, ia dengan lahap menikmati kue tersebut, setelah 7 hari terkurung dalam hutan, akhirnya bisa bertemu manusia lain lagi
Brakkkk,
Meja yang di tempati Dirandra di jatuhkan oleh beberapa orang dan kue yang di nikmati Dirandra saat ini jatuh berserakan di lantai, Dirandra di tarik paksa oleh mereka dan tidak diberi kesempatan untuk melawan ketika tangan kanan dan kirinya di pegang oleh mereka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments