Dirandra mencoba berdiri meskipun tanpa tongkatnya, namun ia hanya mampu berdiri tidak mampu melangkah, therapy yang di jalaninya selama ini belum maksimal, karena dirinya masih bertumpu pada alat bantu tongkat tersebut dan bergantung pada bantuan Andhira, melihat Dirandra yang kesulitan berdiri itu membuat para pria di desa itu tertawa mengejek, saat Andhira ingin memapahnya lagi, Dirandra menolak
"Andhi, akan aku buktikan aku mampu" ujar Dirandra
"Andra, jangan memaksakan, ayo kita pulang, nanti aku bilang kakek buat tongkat baru, gak usah perdulikan mereka " ujar Andhira
"Tidak Andhi, tongkat itu akan ku dapatkan kembali " tegas Dirandra
"Hahahaha, berdiri saja susah, apalagi mau mengambil ini, sudah mah cacat malah besar kepala bisa mengalahkan kita yang sempurna " ujar salah seorang dari mereka
"Minggir Andhi, dan lihatlah nanti, mereka akan bertekuk lutut di hadapan pria cacat ini"! tegas Dirandra
Andhira segera menepi dan membawa kotak makanan yang akan di bagikannya, warga lain banyak berdatangan menyaksikan pertandingan tersebut, bahkan ada yang melakukan taruhan bahwa Dirandra akan kalah
Andhira mulai khawatir pada Dirandra, takut jika nanti Dirandra kalah maka akan memperburuk mental nya yang belum sembuh, hanya berdoa dalam hati yang bisa dia lakukan saat ini
Dirandra mengamati keadaan sekitar dan kelilingnya saat ini, ia mengamati jarak antara dirinya dan pria pria tersebut, jumlah mereka ada 5 dan berdiri dengan jarak kurang lebih 10 cm, posisi mereka membentuk seperti piramida, dimana 1 orang sebagai puncaknya ada di belakang dan paling tengah yang memegang tongkat Dirandra, 2 orang sedikit di sisi pinggir berada di depan pemegang tongkat dan 2 lagi berada paling kiri dan kanan dan lebih maju dari 2 orang di belakangnya
Dirandra terdiam melihat posisi mereka, sudah di pastikan bahwa mereka sengaja membuat ruang tersebut dengan alasan pria yang sudah berjalan dengan kaki tanpa tongkat akan susah menggapai ke puncaknya, sementara mereka yang sempurna akan mudah berlari mengalahkan Dirandra
Andhira masih khawatir dan sangat cemas saat ini, bahkan ia ingin pulang sendiri memanggil kakeknya untuk membantu Dirandra, saat ini Andhira takut jika Dirandra gagal maka upaya yang ia lakukan dalam proses therapy akan mengalami kegagalan juga
"oh dewa, apa yang harus ku lakukan, tolong biarkan Andra menang, meskipun harapannya kecil" do'a Andhira yang meskipun pelan namun masih bisa di dengar orang di sekitarnya, dan mereka pun berharap akan kemenangan Dirandra, karena tidak ingin pertikaian itu berlarut larut ke depannya
"Dewa, pasti kau tahu keputusan ku akan jadi jalan terbaik, jika aku berjalan maka aku akan terlambat dan gagal, jika aku diam mereka akan menghinaku lagi, dan aku tidak ingin Andhi kecewa" batin Dirandra
Awan kemudian menjadi gelap, dan mulai terdengar suara guruh, dan akhirnya hujan turun dengan deras, warga segera menepi menghindari derasnya hujan, tapi tidak dengan 6 orang yang sedang bertarung, mereka masih di posisi yang sama, karena Dirandra tak bergerak sedikitpun,
"Andra, ayo kita mulai, hujan sudah deras sekali, jangan seperti patung saja di sana !" teriak salah seorang dari mereka yang mulai sudah tidak sabar
"Aku sudah memulainya, kalian yang belum bergerak saja " ujar Dirandra dengan tegasnya
"Jangankan sampai sini ambil tongkatmu, bergerak dari posisimu saja tidak kau lakukan" ujar si pemegang tongkat dengan sinisnya
"Hahahah," hanya tawa Dirandra yang dia keluarkan
"Astaga, Andra masih bisa dia tertawa saat aku sangat mencemaskannya " ujar Andhira sambil kesal
Dirandra melambai lambaikan tangannya kearah warga dan Andhira, sementara ke lima musuhnya bahkan bertambah kesal akan tingkahnya
Hujan semakin deras, genangan air semakin banyak, tubuh mereka pun semakin basah, kelima orang itu pun mulai lengah akibat terkena air hujan, Dirandra segera menggeser tubuhnya ke arah samping kiri, disana ada sebuah papan tipis bekas pintu, tapi kondisi masih utuh meskipun tipis, dan posisi papan itu berada di tanah yang lebih tinggi dari posisi kelima lawannya, mereka berlima masih bingung dengan sikap Dirandra yang malah bergerak menjauhi mereka, namun seketika Dirandra langsung meluncur ke bawah dengan papan tersebut dan di bantu derasnya aliran air hujan, sampai akhirnya Dirandra berhasil mencapai si pemegang tongkat dan mendapatkannya kembali meskipun di tepi akhir, papan Dirandra berhenti beraksi karena terbentur pagar rumah warga
Si pemegang tongkat yang merasa kecurian, segera berteriak memanggil teman temannya dan mereka segera berlari mengejar Dirandra, ternyata alam masih membantu Dirandra, hujan deras tidak mau berhenti, sampai akhirnya mereka berlima tepeleset tanah yang licin dan terjatuh dari larinya tak jauh dari posisi papan Dirandra berhenti
"ya Ampun, kalian tak perlu hormat seperti itu padaku, membuatku terharu " celoteh Dirandra sambil tersenyum karena tongkatnya berhasil ia dapatkan, dan kelima musuhnya jatuh tersungkur di tanah tanpa terkecuali
Ketika Dirandra bangkit berdiri dan memakai tongkatnya lagi, Andhira segera berteriak senang dan berpelukan dengan warga disana, mereka sangat bangga jika ternyata Dirandra masih bisa mengalahkan kelima orang tersebut bahkan tidak ada perkelahian sama sekali, tapi disisi lain yang memasang taruhan Dirandra akan kalah, harus bisa tersenyum kecut karena mereka salah
Hujan pun sudah mulai berhenti, namun kelima orang tersebut masih tersungkur di tanah seolah tak mau bergerak menghadapi kenyataan bahwa orang cacat itu berhasil mengalahkan mereka yang masih sehat dan tidak ada cacat
"Bangunlah, hujan sudah berhenti, tak perlu malu, sudah tidak ada warga lagi di sini" ujar Dirandra kepada 5 orang musuhnya itu
"Ayolah, kalian bangun, pulanglah dan bawa makanan ini untuk makan, ganti baju yang basah mandi air hangat, makan dan istirahat" ujar Andhira kepada mereka
Mereka berlima bangun dan menatap mata Andhira dan Dirandra, dengan sendu dan meminta maaf
"Maafkan kami Andre, sudah menghinamu dan meragukan kemampuan mu" ujar salah satu dari mereka dan kemudian di anggukan kepala oleh yang lainnya tanda mereka setuju meminta maaf "Kami juga minta maaf Andre dan Andhi kenapa kamu begitu baik, hingga membuat kami sangat menyayangimu dan tak ingin sesuatu yang buruk menimpamu" ujar yang lain
"Tentu aku percaya kalian sangat menyayangiku, tapi lihatlah penilaian kalian salah dan penilaian aku benar bukan ?" jawab Andhira sambil tersenyum
"Ya kau benar Andhi, walaupun kami sakit hati karena harus melepaskan untuk Andre, tapi kami rela, karena Andre sudah membuktikan bisa menjagamu walaupun tak beradu otot" ujar mereka kembali
"Gunakan akal mu, jangan gede otot saja, tidak perlu ada kekerasan jika bisa secara damai " ujar Dirandra
Mereka berlima akhirnya memeluk Dirandra, kami serahkan wanita yang kami sayangi di desa ini kepadamu, jika dia memilihmu, maka tolong jaga dan jangan sakiti, atau nanti kami akan datang dengan lebih banyak yang berotot " ujar pria yang sebelumnya memegang tongkat Dirandra sambil tertawa
"Siap bos, laksanakan!" jawab Diranda diiringi dengan tawa
Pertikaian selesai, makan sudah di bagi, Dirandra dan Andhira kembali ke rumah, di sambut oleh senyuman manis dari Kakek Indra yang sudah tahu kejadian tadi karena sempat hadir saat ada warga memanggil namun tidak di sadari oleh Dirandra ataupun Andhira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments