"Kalian sudah datang, sini duduklah kita makan bersama " ujar Kakek Indra
"Tidak boleh!" larang Nenek Gita
"Aihhhh, nenek ada apa lagi, kami lapar nek, masa tak boleh makan ?" tanya Andhira
"Mandilah dulu ganti baju kalian yang basah dan kotor itu, nanti boleh makan " perintah nenek Gita
Andhira dan Dirandra yang baru sadar jika mereka memang sudah sangat kotor, kemudian tertawa kecil bersama dan segera bergegas pergi ke kamar masing masing untuk membersihkan diri
"oh ya ampun Andhi saat ini kamu jelek sekali dan tidak sadar diri !" ucap Andhira saat berada di dalam kamar melihat dirinya di depan cermin yang terlihat begitu berantakan
Andhira segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri sendiri dan berganti baju dengan cepat agar kakek dan nenek nya tidak lama menunggu
Andhira sudah kembali ke ruangan makan dengan dress selutut nya dan berwarna hijau, di tambah dengan senyumannya yang merekah menambah kecantikan alami Andhira
"Kakek, dimana Andra?" tanya Andhira
"Belum selesai sepertinya " ujar Kakek
"Duduklah Andhi biar nenek yang panggil Andra " ucap Nenek Gita
"Baiklah nenek " patuh Andhira
Tak lama kemudian Dirandra datang sudah rapih dengan kaos dan celana santainya, dan rasa percaya diri mulai terpancar dari wajahnya
"Wahhhh, tumben banget kamu bisa tampan sekali hari ini, Andra " ujar Kakek Indra
"Aku selalu tampan setiap hari, kakek saja tidak menyadarinya !" jawab Dirandra
"Uhukkkkk " Andhira batuk terkejut menjawab ucapan Andra yang biasanya selalu datar, kini mulai bisa menjawab candaan kakeknya
"Sudah ayo kita makan dulu" ujar nenek Gita
Mereka pun menyantap makan siang mereka yang sudah sangat terlambat,
"Kakek, sepanjang jalan tadi saya melihat ada sebuah gudang yang tidak di pakai, itu gudang apa ya kakek, di dekat rumah bibi Gina " tanya Dirandra
"Itu gudang bekas penyimpanan kayu bakar, tapi sudah tidak di pakai, tidak ada lagi yang pakai tungku kayu untuk memasak" ujar Kakek Indra
"Kakek, seandainya saya pergunakan untuk bekerja apa di perbolehkan ? " tanya Dirandra kembali
"Andra, mau kerja apa?" Andhira yang baru datang membawa gorengan ubi langsung mengikuti pembicaraan kakek Indra dan Dirandra
"Rahasia, ini urusan kaum pria" jawab Diranda dengan tegas
"Menyebalkan" ujar Andhira sambil berlalu pergi dengan kesal
Dirandra tersenyum puas menggoda Andhira seperti itu
"Hahahaha, sejak kapan kau bisa menggoda cucuku seperti itu, Andra " tanya kakek Indra sambil tertawa lepas
"hemmmmm, sejak hari ini, Kakek " ucap Dirandra
"Apa terjadi hal istimewa hari ini?" selidik kakek Indra, yang sebenarnya sudah tahu peristiwa tersebut, hanya ingin mencari kejujuran dari pria yang di sukai cucu nya ini
"Kakek tak perlu khawatir, aku akan sembuh dengan cepat, dan aku akan gantikan kakek bekerja" tegas Dirandra
"Apa kau sudah ingat masa lalumu?" tanya kakek kembali
"Aku tidak bisa mengingat nya kakek, mungkin Dewa memberi kesempatan padaku menjalani hidup baru, dan tidak akan aku sia-siakan !" jawab Dirandra
"Ohhhhh " ucap kakek Indra
"hemmm, maksud ku jika kakek mengizinkan juga aku di sini " ucap Dirandra kembali dengan menundukkan kepalanya
"Jika tak ku izinkan, kau sudah lama tidak berada di sini, Andra " tegas Kakek Indra
"Terimakasih kakek, aku tidak akan mengecewakan kakek" jawab Dirandra
Semenjak perbincangan dengan Kakek, Dirandra sering pergi keliling desa sendirian, meskipun dengan tertatih bertumpu pada tongkatnya, Dirandra tidak mengajak Andhira, karena tidak ingin menjadikan dirinya beban pada Andhira
Pemuda yang dulu bertikai dengan Dirandra Kini menjadi teman dekat Dirandra, merekalah yang menemani Dirandra keliling desa, dan menjelaskan semua sudut desa, akses ke kota, jalur pasar, Akses ke tengkulak Ikan, Ladang, sampai ke kawasan hutan liar dekat desa
Terik panas matahari tidak membuat semangat Dirandra putus, dia semakin gigih mempelajari sistem perekonomian di desa ini,
Dirandra mempelajari bagaimana tehknik menangkap ikan yang di lakukan warga, mempelajari proses jual beli di pasar, kerjasama dengan tengkulak, dan memperluas area pemantauannya hingga masuk ke dalam hutan, semua itu ia lakukan sendiri, karena tidak ingin membuat Andhira dan keluarganya repot
Beberapa hari di lalui oleh Dirandra dengan kesibukan sendiri tanpa bersama Andhira, membuat gadis itu merasa tidak di butuhkan lagi, Andhira lebih sering menghabiskan waktunya bermain Harmonikanya di dekat sungai di belakang rumah kakeknya, setelah kegiatannya selesai
"Andra, apa kesalahanku, sampai kau menjauhiku selama ini " lirih Andhira dalam kesendiriannya
Diluar sepengetahuan Andhira, selama ini Dirandra selalu menemani Andhira, kesibukan yang ia lakukan semata ingin mewujudkan janjinya pada Kakek Indra, ia tidak akan menjadi beban lagi, maka ia harus bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya
Dirandra sudah tidak menginginkan ingatan masa lalunya, baginya saat ini adalah kehidupan sekarang dan masa depan, dan ia tidak akan mengecewakan kakek
"Andhi, ke depannya kamu tidak perlu terlalu capek, aku yang akan bekerja, dan aku suka melihat mu bermain musik seperti itu di waktu luangmu" ujar Dirandra
Dirandra pergi meninggalkan Andhira dan kembali menuju desa, melihat pemuda berkumpul, dirandra ikut bergabung, saat ini kehadirannya sudah di terima oleh warga, dan Dirandra menjadikan ini sebagai bahan pembelajaran juga tentang desa nya
Di tengah perbincangan mereka yang santai, Mahesa datang membawa sebuah gitar, dan duduk di dekat Dirandra
"Apa kau mau aku mainkan sebuah lagu, kawan " ujar Mahesa
"Terimakasih" Ucap Dirandra
Mahesa memainkan sebuah musik, kemudian teman yang lain nya ikut menyanyikan lagu itu, suasana menjadi ramai dan bersahabat, mereka tertawa dan bersenda gurau bersama
Ketika mereka hanya bersenda gurau, dalam Pemikiran Dirandra sudah ada konsep tentang program yang ingin dia lakukan berkaitan dengan kebudayaan mereka selama ini,
"Kalian punya bakat, tapi tidak di asah, akses di desa ini memang sulit di jangkau, tapi dengan potensi pemuda seperti kalian harusnya bisa desa ini berkembang " ujar Dirandra
Namun para pemuda ini tidak ada yang menyimak perkataan Dirandra
"Apa kau bisa memainkan ini, cobalah " ujar Mahesa
"Baik, akan ku coba " ujar Dirandra mengambil gitar dari tangan Mahesa
Dirandra memainkan sebuah nada yang sering ia dengar dari Andhira, meskipun ia tidak tahu lagu apa itu, para pemuda di sana saling menatap satu sama lain, karena mereka tahu bahwa nada itu adalah nada lagu yang sering dimainkan Andhira selama ini
"Apa kalian tahu, lagu apa ini ?" tanya Dirandra
"Itu adalah nada dari lagu Sempuran yang di popularkan oleh sebuah band " Jawab Mahesa
"Ajari aku bait sairnya " ujar Dirandra
" Tentu " jawab pemuda pemuda itu kompak
Dirandra mempelajari lagu itu dengan sungguh sungguh, begitu banyak tanya dalam hatinya kenapa Andhira sering menyendiri memainkan nada itu
Harmonika Andhira terjatuh ke sungai, tanpa berfikir panjang ia langsung terjun ke sungai, padahal arus saat ini sangat deras, tubuhnya tidak bisa melawan arus, hingga Andhira ikut terbawa arus sungai menjauh dari tempat tinggalnya, nenek Gita yang melihat itu segera berlari ke desa meminta bantuan warga menolong cucunya, karena Kakek Indra belum pulang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments