Dirandra berhasil di selamatkan

" kakek, sepertinya kita dapat ikan besar !" teriak Andhira kepada kakeknya sambil menahan pegangan jaring ikan yang dia tebarkan agar tidak terbawa arus sungai

" tunggu, kakek bantu " ujar Kakek Indra segera menghampiri cucunya

kakek Indra dan Andhira menarik jaring ikan mereka bersama sama dengan sekuat tenaga, tapi saat jaring itu berhasil dinaikan ke atas perahu, Andhira langsung berteriak ketakutan, dia pikir bahwa itu adalah mayat yang berhasil mereka dapatkan, kakek Indra segera memeriksa tubuh orang yang tidak sadar tersebut, kakek Indra memeriksa hidung orang tersebut dan terasa masih ada hembusan nafas meski pelan, dan memeriksa getaran nadi di pergelangan tangan dan bawah leher, merasa yakin kalau nadi itu masih teraba, kakek Indira mengucap syukur,

Kakek Indra dan Andhira membawa orang yang mereka temukan di sungai dalam keadaan tidak sadar itu ke klinik daerah, dekat Bantaran sungai, karena kondisinya yang sangat lemah dan luka yang cukup parah, akhirnya orang tersebut di larikan ke RS daerah terdekat, kakek Indra merupakan orang yang di pandang daerah itu karena kebaikan hatinya sehingga ia di permudah membawa orang yang tidak sadar dan tidak diketahui identitasnya itu ke klinik bahkan sampai rumah sakit, ia juga di permudah juga oleh bantuan dari inspektur Varen selalu kepala polisi daerah di kawasan bantaran kali itu,

pasien yang tanpa identitas itu segera di tangani, karena tanggung jawab kakek Indra dan inspektur Varen

"kakek, bagaimana nanti membayar rumah sakit ini ?" tanya Andhira pelan

" maafkan kakek nak, sepertinya kakek akan pakai uang tabungan kita dulu, semoga itu bisa menyelamatkannya " harap kakek Indra

"tidak kakek, itu kan untuk simpanan kakek dan nenek, pakailah ini saja untuk membayar rumah sakit ini !" ujar Andhira sambil melepaskan kedua cincin di jari manis kanan dan kirinya

" tapi nak, itu milikmu, kau tidak punya apa apa lagi, jangan gunakan itu" jawab kakek Indra

"kakek, gunakanlah ini untuk membantu nyawa pria itu, semoga cukup, aku berharap dia selamat" tegas Andhira

"baiklah nak" kakek Indra mengambil cincin Andhira dan menyerahkan kepada inspektur Varen untuk membantu biaya rumah sakit yang di urus olehnya

pria yang terluka dan tak sadar itu adalah Dirandra Gobin Narashima, namun tidak ada satupun dari mereka yang mengenalinya, bahkan identitasnya pun tidak ditemukan di bajunya, hanya Andhira menemukan nama Andra di sabuk ikat pinggang yang di kenakan nya, sampai akhirnya mereka hanya memanggil pria tersebut dengan nama Andra

Dirandra berhasil di selamatkan, dengan kondisi tulang kirinya retak sehingga harus berjalan dengan tongkat dan curiga mengalami amnesia akibat benturan di kepalanya

"hai apa kabar ? " sapa Andhira ketika Dirandra baru membuka matanya

Dirandra tak menjawab apapun, tenggorokan sangat kering dan ia ingin minum, setelah 3 hari tidak sadarkan diri, Dirandra berhasil membuka matanya, dan ia tidak mengenali ataupun mengingat apapun atau siapapun

"kau siapa ?" tanya Dirandra

" namaku Andhira, kau boleh memanggilku Andhira atau Dhira atau Andhi, akhh itu biar sesuka hatimu saja mengingatku, Andra bagaimana kondisi mu? " ucap Andhira sambil tersenyum manis

"aku haus dan tubuhku sakit " ujar Dirandra

"ini minumlah, sebentar lagi dokter akan datang dan memeriksamu, tenanglah " ujar Andhira sambil memberikan segelas air minum yang di tambah dengan sedotan untuk memudahkan Dirandra minum

dokter pun datang dan akan memeriksanya, ketika semua orang hendak pergi, Dirandra menggenggam tangan Andhira, tanpa berani melihat sorot mata Andhira saat ini

"Andra tidak usah takut, baik aku temani ya disini " ujar Andhira sambil menyentuh pipi Dirandra dan melihat tatapan matanya

Dirandra hanya menganggukan kepala, ia pun tidak yakin siapa dirinya dan siapa wanita di sampingnya itu, namun Dirandra merasa sangat nyaman melihatnya dan merasa sangat mengenalinya dan hanya wanita itu yang di percaya olehnya saat ini

"apa kabar, Andra? ada yang mau kau katakan?" tanya dokter kepada Dirandra yang sedang memeriksanya

Dirandra tak menjawab apapun, ia makin menggenggam tangan Andhira, merasa hal itu tidak nyaman karena degub jantung Andhira semakin kencang ketika Dirandra makin menggenggam tangannya

"oh dewa, kenapa pria ini membuat hatiku sedih juga saat dia merasa takut terhadap orang lain?" batin Andhira

"baiklah Andra, apa kau ingat keluargamu atau nama lengkapmu ?" tanya dokter kembali

Dirandra hanya menggelengkan kepala dan tidak melepaskan tangannya dari Andhira

" baiklah Andra, sementara waktu kau belum bisa pergunakan kakimu secara bebas, ada sedikit retak di sana dengan istirahat cukup, jangan terlalu di paksa aktifitas dan bantuan therapy, ada harapan kau bisa sembuh dan berjalan normal, sementara itu kau di bantu dengan tongkat dahulu ya" jelas dokter

Dirandra hanya menganggukan kepala

"dan untuk masa lalumu atau namamu, jangan terlalu di paksa, biarkan dia kembali perlahan padamu " ujar dokter kembali

Dirandra menganggukan kepalanya kembali

Andhira pun merawat Diranda, meskipun tidak banyak tanggapan dari Dirandra, namun tidak di perdulikannya, Andhira merawat hingga Dirandra sembuh, walaupun ingatannya belum pulih, dan jalannya belum stabil,

selama 4 hari di rawat di rumah sakit, Dirandra di perbolehkan untuk pulang, Andhira dan kakek Indra sepakat untuk membawa Dirandra pulang ke rumah mereka, dalam perjalanan pulang, Dirandra masih dengan kediamannya, rasa sakit yang di rasakan oleh tubuhnya, tidak seperti sakit yang di rasakan pemikirannya, kehilangan ingatan, lupa akan diri nya sendiri, bahkan kondisi tubuh yang tidak stabil, menjadikan Dirandra semakin terpuruk

Andhira tidak lelahnya selalu menghibur Dirandra, dan menjadikan mereka berdua semakin dekat

nenek Gita juga senang menyambut Dirandra pulang ke rumah mereka, beberapa tetangga ada yang tidak suka kehadiran Dirandra karena di anggap ancaman untuk mereka mendapatkan hati cucu kakek Indra yang cantik dan baik hati itu, berbagai hinaan dan celana di dapatkan Dirandra, namun Andhira tetap mendampingi Dirandra

hari hari di lalui Dirandra dengan mengikuti therapy jalan bersama Andhira, dan setiap 1 Minggu sekali mereka chek up ke rumah sakit, Dirandra hanya mampu melihat kakek bekerja keras mengumpulkan uang demi biaya hidup mereka, dan Andhira masih sering menemani kakek menangkap ikan di sungai, dan setelah itu baru ia akan menemani Dirandra, dan Dirandra semakin bergantung pada kehadiran Andhira

"Andhi, apakah ikan ikan itu langsung di jual ke pasar oleh kakek?" tanya Dirandra ketika Andhira baru menemaninya dan terlihat kakek Indra yang sedang memilih ikan tangkapannya untuk segera dijual ke tengkulak ikan

"iya, kalau tidak langsung di jual, nanti ikannya busuk, dan harga nya akan makin jatuh di bayar tengkulak" jawab Andhira

"hemmm," jawab Dirandra

Dirandra merasa ada yang harus dia lakukan untuk membantu kakek, tapi dengan kondisi kakinya yang belum pulih ia belum bisa membantu kakek menangkap ikan di sungai, Dirandra juga merasa bersalah pada Andhira yang merupakan seorang wanita namun harus ikut berjuang demi mendapat uang untuk biaya hidup mereka, sementara dia hanya bisa menumpang hidup, dan masih belum tahu jati dirinya sendiri,

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!