Part 18

"Biar kutelepon Leo untuk mengantarmu pulang. Ck, pria itu bodoh atau bagaimana? Aku sudah mengirimkannya pesan untuk tidak pergi jauh meninggalkan area butik dan sekarang dia malah menghilang. Dasar Leo," kesal Wilson seraya mencari nomor telepon kaki tangannya tersebut.

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri. Jangan merepotkan Leo, dia juga mempunyai urusan. Memangnya dia babumu?" Kalimat terakhir Veila lontarkan dengan sangat pelan, tetapi memang dasarnya telinga Wilson cukup sensitif, ia bisa menangkap kalimat terakhir yang keluar dari bibir Veila.

"Kenapa jadi kau yang berbicara ketus padaku? Yang menebusmu bukan Leo, tapi aku. Huh, kurasa dunia ini sudah terbalik, di mana orang-orang tak mengerti sesungguhnya dari rasa terima kasih dan balas budi. Kau, orang sepertimu, memangnya pernah mengaplikasikan rasa terima kasih? Kurasa tidak pernah karena wanita bar-bar sepertimu hanya tahu menerima dan sok menderita," celetuk Wilson yang dipenuhi dengan hinaan.

Veila tak bisa menampar atau membalasnya dengan bentakan kasar, wanita itu cukup tahu diri dan pantas dipuji karena nyatanya sudah mengaplikasikan rasa terima kasih dengan sangat baik. Dirinya sadar jika uang seratus ribu dolar itu tidak sedikit. Mungkin seharga dua ginjalnya jika dijual.

"Tuan Hovers yang terhormat, kurasa kau tidak pantas untuk berkata seperti itu padaku, layaknya orang yang tahu betul tentangku. Jika aku tidak tahu balas budi, mungkin aku akan meninggalkan papa yang selalu bermain kasar padaku. Tapi, mengingat mendiang mamaku yang bahagia karenanya, aku harus membalas semua cinta yang sudah dia berikan, walau itu palsu, tapi aku harus tetap membalasnya karena dia sudah membuat mamaku tersenyum.

Kau tidak tahu siapa aku, Tuan Hovers yang terhormat. Kau bahkan tidak tahu seberapa buruknya kehidupanku, yang kau tahu hanya penampilan luarku lalu menghakiminya," ungkap Veila. Setidaknya biarkan Wilson tahu sedikit kisah hidupnya yang memilukan, sedikit berharap juga agar Wilson sedikit memperlakukannya dengan baik setelah mendengar cerita menyedihkan itu. Namun, mungkin itu hanya sebuah harapan belaka, Wilson tidak akan pernah mau mengasihaninya.

"Oh, lalu sekarang kau menjadikanku tempat penampungan segala isi hati? Hai Nona, memangnya kau bisa menjamin jika aku akan menaruh simpati padamu? Asal kau tahu, aku tidak tertarik dengan masa lalumu yang kelam. Kau masih bisa berdiri tegak, seharusnya kau masih bisa untuk menopang bebanmu sendiri. Kau meminta dikasihani oleh orang yang salah," rutuk Wilson setelah sebelumnya sempat terdiam beberapa saat.

Perkataan Wilson barusan sukses membuat Veila jatuh ke dalam jurang yang paling dalam. Sadar betul jika ia sudah salah tempat untuk menceritakan segala penderitaannya. Ia ingin menangis, tetapi air matanya tak kunjung keluar. Wilson Alexander Hovers itu lebih buruk daripada hidupnya.

"Sekarang tutup mulutmu rapat-rapat, biar aku hubungi Leo untuk mengantarmu pulang—"

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri walaupun harus jalan kaki. Aku tidak mau merepotkan orang baik seperti Leo. Hidupnya bukan untuk mengantar jemput diriku saja," sela Veila, ia berhasil menyambar perkataan Wilson barusan.

Wilson berdecih, mengisyaratkan sebuah penghinaan. Sungguh lucu saat mendengar jika Veila ingin pulang jalan kaki, secara rumahnya jauh dari keramaian pusat kota. Wilson sengaja memilih kediaman di tempat sunyi yang terdapat pada pinggiran kota. Tentunya agar ia bisa merasa tenang dan menjauh dari keramaian ibukota. Pemulung saja tidak sanggup jika harus berjalan dari sini menuju rumah Wilson.

"Silakan, aku tidak akan melarangmu untuk pulang sendiri. Syukur-syukur jika kakimu tidak patah," kata Wilson.

Mendengar perkataan Wilson, Veila segera menundukkan kepalanya, lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun, wanita itu pun segera pergi meninggalkan si pria sombong. Sejauh apa kediaman seorang Wilson Hovers? Ia bahkan sudah pernah jalan jauh, sekitar lima belas kilometer ke rumah bibinya hanya untuk mengabari jika mamanya sudah meninggal dunia. Saat itu tidak ada ponsel ataupun telepon rumah. Papa tirinya juga melarang Veila meminjam telepon tetangga, takut jika sang tetangga tahu kebusukan sang papa tiri, sebab selama ini keluarga Amor dikenal sebagai keluarga yang sederhana yang tidak pernah bermasalah, dalam artian baik-baik saja.

Sesaat setelah Veila menghilang di belokan, barulah Wilson mengalihkan pandangannya. Kemudian pada saat tangannya sudah hampir membuka pintu mobil, suara Leo membuat gerakannya terhenti.

"Astaga Hovers, aku baru saja membaca pesanmu setelah sampai di bengkel. Mobilku bermasalah, padahal tadi baik-baik saja," tutur Leo, sebuah kebohongan yang aromanya tidak bisa dicium oleh Wilson.

"Ya, tidak masalah. Lagipula aku juga salah memintamu kembali, padahal tadinya sudah menyuruhmu pulang. Kau pulanglah, dan mobilnya kasih saja pada salah satu pekerja di bengkel, biar kubelikan mobil baru untukmu," cicit Wilson dengan entengnya, membuat Leo menganga.

Betapa santainya seorang Wilson Hovers berbicara tentang menghamburkan uang, seolah uang itu bisa datang kapan saja dengan sendirinya.

"Hei Hovers, aku tidak butuh mobil. Lagipula selama belum rusak total, mobilku tak perlu sampai diganti, yang aku butuhkan sekarang adalah tumpangan pulang," ungkap Leo dengan cengiran yang tercetak jelas di wajahnya.

Wilson menatap Leo dengan ekspresi yang kelewat datar kemudian mengisyaratkan agar Leo segera masuk ke dalam.

"Sekalian temani aku untuk melihat kelangsungan pembangunan proyek di daerah xxx."

Bersambung ....

Plot twist?

Terpopuler

Comments

Siti Orange

Siti Orange

Awas.Wilson ,Jgn Seenaknya K Vella
Bentar Lg Km Wilson Bucin K Vellw

2023-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!