Part 17

"Apa yang kau lamunkan? Tehmu sudah dingin sekarang." Suara halus seseorang sukses membuat Maureen terbangun dari bualan lamunannya.

Sedari tadi, yang terlintas di benaknya hanyalah bayangan sosok Wilson dan Veila. Bagaimana jika dua orang tersebut nantinya saling jatuh cinta? Maureen belum siap kehilangan Wilson, sungguh.

Kepalanya menggeleng pelan, senyum tipisnya tersungging membuatnya semakin dipercantik oleh senyumannya itu.

"Tidak ada, hanya memikirkan Wilson, itu saja," jawabnya, tak berani untuk berkata lebih jauh lagi. Bahkan, saat menjawab pun bayangan dua orang itu sempat terlintas. Maureen rasa, ada sesuatu yang salah pada otaknya sekarang, seperti sudah dicuci untuk memikirkan suaminya dan calon istri kedua Wilson.

"Aku datang jauh-jauh ke sini untuk bertemu denganmu, Maureen. Tapi kenapa yang kau pikirkan malah Wilson? Aku cemburu, kau tahu," keluhnya, membuat mata Maureen membulat dan segera meraih tangan si lawan bicara, sebut saja dia kekasihnya Maureen karena mereka sudah menjalin hubungan sejak satu tahun lalu.

"Bukan begitu, hanya saja ... Entah kenapa, aku rasa ini terlalu cepat," kilahnya dengan netra yang terkunci pada sosok berpakaian rapi di sampingnya. Wanita itu tersenyum kecut, memohon untuk kekasihnya memberi pengertian dan tidak cemburu secara berlebihan.

Sang kekasih hanya tertawa hambar, mengasumsikan jika Maureen baru saja mengeluarkan opini yang terlalu lucu baginya. Apanya yang terlalu cepat? Bukannya lebih cepat lebih baik? Maureen sudah memiliki semuanya, dan sekarang pun, jika mau, wanita itu bisa saja meninggalkan Wilson dengan alasan yang tentunya sudah ia pikirkan matang-matang.

"Bukankah kau sudah mendapatkan segalanya? Sebagian harta dan seluruh cinta, semuanya sudah Wilson berikan untukmu? Kau belum puas dengan itu, Ren? Apa yang kau cemburui dari wanita kelab malam itu? Ah, aku tahu, hanya ada satu jawaban. Maureen, kau mencintai Wilson Hovers, iya?"

Pertanyaan yang sukses membuat hati Maureen bergetar hebat. Apakah ia memang mencintai Wilson, suaminya sendiri? Padahal saat mereka menikah, Maureen tidak pernah memiliki perasaan khusus pada pria tersebut. Kala itu ia hanya menuruti perintah orang tuanya, hanya mampu mengangguk tanpa bisa menggeleng.

"Tidak, aku sudah bilang padamu jika tidak ada cinta yang kuberikan padanya. Selama lima tahun ini aku hanya memberikan sebuah kasih sayang sebagai balasan karena dia sudah merawatku dengan baik," balas Maureen, tangannya ikut menggenggam tangan kekasihnya, memberikan rasa hangat di siang hari yang berawan.

"Masalah kasih sayang, aku bisa memberikannya padamu. Bukankah setahun ini kau selalu menerima cintaku? Aku juga menerimamu apa adanya, mau kau tak bisa memiliki anak sekalipun, aku akan tetap menerimamu. Kau tidak akan tertekan karena sebuah desakan dan rasa bersalah," ujarnya seraya membalas genggaman tangan Maureen.

Wanita itu kembali terdiam, Wilson juga tidak pernah memaksanya untuk memiliki seorang anak, hanya saja kedua orang tua Wilson yang menginginkan seorang pewaris di keluarga Hovers, dan jujur, Maureen tertekan karena itu. Namun, ada kalanya ia harus berterima kasih pada keluarganya, sebab hal tersebut bisa membuatnya meninggalkan Wilson dengan alasan kuat.

Maureen menganggukkan kepalanya, membenarkan jika ia sudah menerima segala cinta dari kekasihnya.

"Lalu, sekarang giliranmu. Wilson adalah pria yang mudah sekali cemburu dan tak mau miliknya disentuh. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah mendekati Veila, Leo. Kita akan melihatnya, apakah suamiku akan masuk perangkap atau malah pergi dari jangkauan keju yang menggiurkan," ungkapnya, dan ditanggapi anggukan oleh Leo Zhang, kekasihnya.

Setelah mengatakan itu, entah kenapa, ada sesuatu yang memberatkan hati serta pikiran Maureen. Jujur, ada setitik rasa tidak rela saat meloloskan kalimat itu. Dirinya sudah terlalu nyaman dengan kasih sayang serta cinta yang Wilson berikan padanya sampai-sampai untuk membiarkan Wilson pergi dari hidupnya saja rasanya sangat sulit.

Sebenarnya, Maureen sudah ingin meninggalkan Wilson sejak satu tahun lalu, sejak Leo mulai masuk ke dalam hidup dan ia merasakan jantungnya berdegup kencang karena Leo. Namun, ada rasa kasihan yang menyelimuti, ia tak bisa pergi meninggalkan Wilson, menyisakan sebuah luka dan kekosongan di hati suaminya.

Karena itu, saat mama dan papa mertuanya mengatakan suatu hal di malam itu, tentang Wilson yang menikah lagi, ada rasa sedih sekaligus senang di hatinya. Dengan begini, bukankah ia bisa pergi tanpa harus melihat Wilson menangis kecewa?

Terpopuler

Comments

Siti Orange

Siti Orange

Mauren Trnyata Wanita tdk Bener
Leo Juga Pengkhianat
jd Mereka Slingkuh Udh Setahun

2023-05-20

0

Rina Wati

Rina Wati

kasian sekali wilson,di hianati orang" yg dekat dengan nya

2022-11-18

2

starlaa

starlaa

jadi si cewe yg dicium Leo kmrn, itu Maureen. ? kok bisa sih

2022-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!