Veila Amor rasa jika hidupnya sudah benar-benar hancur sekarang. Lima tahun yang lalu, ibunya meninggal dunia, mengharuskan Veila terpaksa tinggal bersama dengan ayah tirinya yang notabenenya adalah seorang pengangguran dan juga penjudi. Dari mana sang ayah mendapatkan uang? Tentu saja dari hasil menjual seluruh barang yang ada di rumah—termasuk menggadaikan rumah mamanya yang dibeli dengan susah payah, hasil jerih keringat sendiri.
Veila tidak tahu di mana keberadaan ayah kandungnya, sebelum ibunya meninggal, ia baru tahu sebuah fakta bahwa dirinya adalah anak yang lahir karena insiden memilukan. Sang ibu diperkosa oleh sekelompok pria mabuk saat pulang bekerja di malam hari. Sungguh, mendengarnya saja sudah membuat dada Veila tersa sesak. Untuk itu, saat ibunya tengah bercerita, memberitahu Veila sebuah kebenaran yang menyakitkan, wanita itu meminta sang ibu untuk tidak melanjutkan ceritanya.
Setelah ditinggal ibunya, Veila Amor adalah tulang punggung keluarga. Selepas tamat SMA, Veila memilih untuk langsung bekerja. Melamar sana sini dengan berbekal ijazah SMA di tangan. Namun, sayang sekali, Veila selalu ditolak dengan alasan pendidikan yang tidak memenuhi syarat. Hingga akhirnya, wanita itu memilih bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe kecil yang berada di pusat kota yang owner-nya adalah seorang pria tampan, Charlie.
Karena sering bertemu, timbullah benih-benih cinta di antara mereka berdua. Tidak, hanya di hati Veila saja karena tanpa wanita itu ketahui, Charlie adalah salah satu lelaki bejat yang bersembunyi di balik topeng baiknya. Charlie, pria yang menumbuhkan kumis tipis tersebut bisa dikatakan mirip dengan ayah tirinya, hanya saja, Charlie tak pernah menyentuh meja judi. Dia lebih suka bermain wanita, base-nya berada di salah satu kelab malam di pusat kota. Saat itu, Veila menyetujui ajakan Charlie untuk berpacaran tanpa tahu latar belakang pria itu seperti apa. Oh, satu lagi. Charlie suka menjual wanita-wanita lemah yang bisa dia perdayai, contohnya saja, Veila.
Dan sekarang, di sinilah Veila berada. Di sebuah kelab malam yang rata-rata di dalamnya berisi petinggi-petinggi negara yang lelah akan tugas serta lelaki hidung belang yang haus akan nafsu ****.
"Lihat wajahnya! Dia cantik! Bayar aku berapapun, maka wanita ****** ini akan jadi milikmu," ucap si pria brewokan sembari menarik lengan seorang wanita agar wajah cantiknya dapat terlihat jelas di gelapnya kelab malam.
"Ya ... dia memang cantik. Jadi, dari harga berapa kau membuka penjualan ini?" tanya seorang pria yang terlihat sudah berumur—rambut putihnya sudah mengisyaratkan jika pria itu sudah mempunyai anak. Veila segera membuang pandangan saat pria tua itu melirik nakal ke arahnya. Kenapa jalan hidupnya sesulit ini? Tidak bisakah ia hidup tenang seperti orang lain? Tak perlu melakukan hal-hal besar untuk membuatnya bahagia, hanya dengan dapat uang untuk makan tiap harinya saja ia sudah bahagia.
Charlie mengamati tubuh Veila dari atas sampai bawah. Terlalu ceking dan tidak mempunyai body seperti gitar Spanyol, mungkin orang-orang ini hanya akan menggunakan dalam sekali pakai, sehabis itu dibuang. Pikirkan saja, siapa yang mau bercinta dengan wanita tepos seperti Veila?
"Bagaimana jika kita mulai dari 50 ribu dolar?" tawar Charlie, membuat kedua pupil mata Veila membesar. Hatinya benar-benar sakit saat Charlie menawari dirinya lima puluh ribu dolar. Dirinya yang ia rawat baik-baik selama dua puluh enam tahun harus berakhir hancur di tangan pria yang pikirannya hanya berada di ************.
"Aih, untuk wanita sekurus ini kau hargai 50 ribu dolar? Tidak, tidak, bagaimana jika empat puluh ribu dolar saja? Wanita seperti dia hanya enak digunakan sekali pakai!" tolak pria tua itu dengan tangan yang sengaja dikibas-kibaskan.
Mendengar itu, Charlie berdecak tak terima. "Biarpun kurus, tetapi dia memuaskan! 50 ribu dolar, kau boleh mengambilnya!"
"Bagaimana jika 20 ribu dolar? Aku akan mengambilnya dengan percuma jika dihargai segitu," tawarnya lagi. Sedangkan Charlie semakin gusar karena si pria berumur ini kerjanya selalu menawar dan menawar. Charlie jadi curiga jika pria tua ini tidak punya uang banyak untuk membeli Veila.
"Tidak bisa. Jika mau, 30 ribu dolar berikan padaku!" kata Charlie kesal dan tetap bersikukuh dengan harga lima belas juta dolar.
Si lelaki tua tersebut pun menghela napasnya dan berkata pasrah. "Baiklah, 30 ribu dolar." Setelah mengucapkan itu si pria tua mengeluarkan lembar ceknya dan mulai menuliskan nominal sebesar yang sudah disepakati dan langsung memberikannya dengan percuma pada Charlie.
Mendapati jika Charlie tak lagi menggenggam erat pergelangan tangannya. Veila segera berjalan mundur, hendak kabur dari sini. Hingga akhirnya, ia segera berbalik dan diam-diam mulai berlari.
"30 RIBU DOLARKU KABUR! Hoi, Charlie, tangkap dia!" pekik pria tua itu, menunjuk Veila yang kini tengah berusaha menembus lautan orang-orang yang tengah bergeliat seperti ulat mengikuti irama musik.
Charlie berdecih, bola matanya memancarkan api kemarahan, Veila berani kabur darinya, mempermalukannya saat tengah bertransaksi. "Cih, sialan!" umpatnya sembari berlari untuk menangkap Veila.
Veila yang awalnya masih berlari, kini harus rela terseret ke belakang saat rambutnya ditarik paksa oleh Charlie. Ya, dalam sekejap, Charlie bisa menangkap si wanita lemah ini. Dibaliknya tubuh Veila kemudian sebuah tamparan ia layangkan ke pipi kanannya, membuat Veila jatuh tersungkur di lantai. Orang-orang sekitar? Tidak ada yang peduli dengan kekerasan yang Charlie perbuat, mereka terlalu sibuk dengan dunianya.
Setelah puas menampar Veila, Charlie pun segera menarik kasar lengannya, memaksa si wanita untuk berdiri tegak. Ia diseret, hendak dibawa kembali menuju lelaki tua yang sudah membelinya seharga 30 ribu dolar. Perjuangan Veila untuk kabur tak sampai di situ, berkali-kali ia mencoba menarik diri agar genggaman menyakitkan itu bisa lepas. Hal itulah yang membuat Charlie semakin geram dan akhirnya memukul kepala bagian belakang Veila, dan berakhir dengan si wanita yang kehilangan kesadaran.
"Jika kau menurut, aku tidak akan kasar padamu, Sayang," gumam Charlie dengan penuh penekanan dan mulai menggendong tubuh Veila. Di tengah-tengah perjalanannya, sesosok pria bersetelan rapi berhenti tepat di depan dirinya, tangannya bersidekap, tatapannya menelisik penampilan Charlie dengan seksama.
"Minggir, jangan halangi jalanku," ujar Charlie cepat karena ia tak punya waktu untuk meladeni pria berpakaian rapi dan mahal ini. Dirinya harus segera membawa Veila menuju lelaki tua tadi, pelanggannya.
"Seratus ribu dolar, berikan aku padanya maka uang ini akan menjadi milikmu," tuturnya—Wilson Alexander Hovers—seraya memberi isyarat agar Leo membuka koper hitam tersebut. Melihat uang yang jumlahnya banyak tersebut membuat Charlie tergiur.
"Setuju! Ambil dia dan berikan aku uangnya!" kata Charlie semangat, matanya sudah berbinar saat melihat lembaran dolar tersebut. Mendengar persetujuan Charlie, Wilson pun segera memberi isyarat agar Leo segera mengambil alih tubuh wanita itu. Menuruti, Leo pun segera memberikan koper berisi uang tersebut pada Wilson dan mulai mengambil si wanita dari gendongan Charlie.
Dan begitulah drama klise ini dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments