Part 13

Tidak bisa tidur, Wilson membuka kelopak matanya dengan gerakan perlahan. Padahal ia sudah naik dan menempati sisi ranjangnya sejak satu jam yang lalu, tetapi tetap saja, sampai saat ini ia masih terjaga. Tubuh dan pikirannya lelah karena seharian bergelut dengan berkas-berkas penting, seraya memantau proyek yang mengharuskan bolak-balik dari New York ke Los Angeles, membuat tulang punggung pria itu rasanya hampir remuk.

Untuk meminta pijatan Maureen pun rasanya tak enak. Istrinya terlihat lelah, karena sesaat setelah naik kasur, Maureen sudah terlelap. Membuat Wilson tak tega untuk membangunkannya. Kemudian, kenapa sekarang ia jadi ingin memakan nasi goreng buatan Veila lagi? Ia sangat menyesali kenapa Maureen mengatakan tentang si pembuat nasi goreng di saat dirinya baru makan dua sendok nasi. Pria itu terlalu gengsi untuk memuji Veila, rasanya aneh jika harus melakukan hal yang baginya sangat 'menjijikan' tersebut.

"Oh Tuhan,"gumamnya, seraya memegang perutnya yang sudah berbunyi saat nasi goreng terlintas begitu saja di pikirannya. Pria berotot itu paling tidak tahan jika harus berurusan dengan rasa lapar, karena itu, perlahan, ia mulai beranjak turun dari ranjang dan segera keluar dari kamar.

Karena ini rumahnya, yang otomatis membuat Wilson paham betul tentang seluk beluk semua kegiatan di dalam hunian ini, pria itu pun segera menujukan langkahnya ke arah kamar Veila. Sisa nasi goreng yang banyak tadi mungkin sudah berakhir di pembuangan, karena memang Wilson selalu memerintahkan para pelayan untuk membuang makanan yang tersisa, jangan sampai hal seperti itu malah mengotori dapurnya.

Tanpa mengetuk terlebih dahulu dan sudah merupakan kebiasaan juga, Wilson pun langsung menekan gagang pintu dan masuk begitu saja. Singkat, tetapi ia dapat melihat pergerakan wanita yang tubuhnya sudah ditutupi oleh selimut tersebut. Awalnya ragu, tetapi sejurus kemudian ia segera melangkahkan kakinya mendekat ke arah kasur.

"Hei," panggil Wilson dengan tangan menyilang di depan dada. Sepuluh detik ia menunggu, tetapi tidak ada sahutan yang keluar dari mulut Veila. Beberapa detik lalu, saat membuka pintu, ia bisa melihat pergerakan Veila, yang tadinya telentang menjadi menyamping. Dan sekarang, wanita ini ingin main-main dengannya, begitu? Jelas-jelas Veila masih terjaga, tetapi kenapa tidak menyahut?

"Hei, aku tahu kau tidak tidur! Jangan pura-pura tuli, aku benci diabaikan," geramnya, lalu ia semakin mendekat ke arah sisi kasur. Kedua tangan yang tadinya terlipat di depan dada pun sengaja Wilson turunkan karena emosi, dan kini malah berganti mengepalkan kedua tangannya, geram.

"Jangan sampai aku menarik rambutmu hanya untuk membuatmu menyahut panggilanku." Wilson mengeluarkan sebuah ancaman dengan tangan yang sudah bersiap untuk menarik selimut yang menutupi tubuh Veila.

Hingga akhirnya, tidak tahan lagi diabaikan, Wilson pun segera menarik selimut putih polos tersebut. Dan siapa yang menyangka, jika di saat yang bersamaan, Veila juga membalikkan tubuhnya, dari menyamping menjadi telentang. Bibir itu juga mengeluarkan sebuah kalimat.

"Ada ap—"

Namun, kalimatnya terhenti saat sadar jika saat itu Wilson tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya, membuat pria itu hampir saja menindih Veila jika tangan kirinya tidak bertumpu pada empuknya ranjang. Dan sebuah hal menarik, yang dapat membuat dua insan itu sama-sama tidak berkutik yaitu, jarak wajah mereka bisa dihitung dengan jari tangan, sangat dekat.

Jakun Wilson bergerak naik turun dengan tidak normal saat matanya mulai bergerak jahil, mengamati wajah Veila dengan seksama.

Berbeda dengan wajah Maureen yang terlihat seperti anak anjing, imut-imut menggemaskan, Veila memiliki rupa yang innocence, membuat batin Wilson meraung karena penasaran. Seperti yang orang-orang bilang, seseorang yang memiliki tampang innocent memiliki banyak hal yang dipendam dan sangat misterius. Mungkin hal itu yang memicu rasa penasaran Wilson.

Seolah tersadar jika seharusnya ia tidak seperti ini, Wilson pun mulai menjauhkan tubuhnya dari Veila dan kembali berdiri tegak.

"Aku ingin kau membuatkanku nasi goreng. Aku lapar," pintanya dengan pandangan yang mengarah ke arah lain.

"Tidak mau, ini sudah tengah malam," tolak Veila cepat, hendak menarik kembali selimutnya. Siapa juga yang mau bergelut di dapur tengah malam seperti ini?

"Ini perintah dariku. Cepat! Tidak ada penolakan atau—" Wilson sengaja menghentikan perkataannya yang mengusung rasa penasaran pada diri Veila.

"Atau apa?" Wanita itu balik bertanya, sudah tahu jika dia akan diancam dengan kekerasan fisik, lagi.

"Atau—" Wilson mendekatkan kembali tubuhnya ke arah Veila, kembali pada posisi di mana ia hampir menindih wanita itu dengan tangan yang bertumpu pada sisi empuk kasur. "Mempercepat hubungan intim? Bukankah waktunya sangat pas? Kau tengah memakai gaun tidur tipis yang mudah sekali untuk kulucuti, dan udara juga sedang dingin-dinginnya, cocok untuk menanamkan benihku di rahimmu. Bukankah itu definisi lain dari kata'menghangatkan'?"

Veila mendorong dada Wilson, mengisyaratkan agar pria ini segera menjauh darinya. "Akan kumasakkan, segera menjauhlah," ujar Veila cepat, hampir saja memotong perkataan Wilson barusan.

Menurut, Wilson pun kembali menjauhkan tubuhnya, ia tersenyum miring. "Cepat masak, yang enak, jangan hambar."

Terpopuler

Comments

Siti Orange

Siti Orange

Waduh Wilson Pemaksaan Ya Pingin D Buatin NasGor
mangkanya Jgn Muna

2023-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!