Part 9

Veila merasa tak enak hati dengan kebaikan yang diberikan oleh nyonya Hovers. Wanita paruh baya tersebut terlihat menyukainya, dan beberapa jam setelah pertemuan tersebut, nyonya Hovers malah membawa Veila mengelilingi mansion mewahnya dan banyak bercerita mengenai Wilson saat masih kecil. Nyonya Hovers pasti bersikap sebaik ini padanya karena kebohongan Wilson. Veila bahkan bisa menebak jika satu keluarga memiliki sifat yang sama—sangat anti dengan orang yang memiliki status sosial dan ekonomi yang rendah. Jika Wilson berkata jujur, mungkin ia akan langsung ditendang dari rumah super mewah ini.

"Ada sesuatu yang mengganjal pada otakku, Nona Amor. Sebenarnya, aku yang memaksa Wilson menikah lagi. Tentu itu bukan ideku sepenuhnya, tapi itu hasil diskusi dengan suamiku. Kau tahu, Maureen tidak bisa hamil karena mandul, dan aku sungguh merasa frustrasi karena perusahaan keluarga ini butuh penerus. Harta ini pasti akan jatuh ke tangan orang yang salah jika Wilson tak punya keturunan. Karena itu, kau satu-satunya harapan kami." Nyonya Hovers mengutarakan sebuah penuturan yang membuat Veila menjadi terbebani.

Bukan seperti cerita-cerita dewasa, di mana seorang wanita akan langsung hamil setelah disetubuhi oleh seorang pria. Prosesnya tidak secepat itu dan terkadang memakan waktu yang cukup lama. Singkatnya, Veila tidak akan langsung hamil hanya karena Wilson menanamkan benih pada rahimnya sekali. Apalagi disertai dengan niat tidak ikhlas—Wilson yang tidak ikhlas mengeluarkan benihnya dan Veila yang tidak mau ditanamkan benih.

"Nyonya membuatku merasa tidak enak—"

"Jangan panggil aku nyonya lagi. Sekarang, biasakan untuk memanggil mommy. Sebentar lagi aku akan menjadi Mommymu, oke?" Nyonya Hovers menyela perkataan Veila dengan lembut.

Ada rasa tak enak jika Veila mencoba mengucapkan kata 'mommy' di dalam hatinya. Seperti ada sesuatu yang aneh pada lambungnya, digelitiki oleh jutaan kupu-kupu yang membuatnya ingin memuntahkan segala isi perutnya. Bukannya geli, hanya saja ia tidak terbiasa memanggil orang asing dengan sebutan 'mommy'.

Namun, karena tak bisa menolak, Veila pun perlahan menganggukkan kepalanya dan kemudian berkata, "Baiklah, M-mommy. Aku akan mencoba memanggil Mommy mulai sekarang. Perkataan Mom barusan membuatku merasa terbebani. Aku takut mengecewakan."

"Bagaimana jika besok kita berdua mengunjungi dokter kandungan? Memeriksa apakah rahimmu baik-baik saja. Sekalian juga kita berdua pergi membeli baju pengantin," ujar Nyonya Hovers semangat. Entah kenapa, wanita itu sangat yakin jika kondisi Veila baik-baik saja.

Lagi-lagi Veila hanya mampu mengangukkan kepalanya, tak tahu bagaimana cara menolak ajakan nyonya Hovers. Kenapa menolak rasanya sulit sekali? Dan setelah menyepakati hal itu, nyonya Hovers pun mulai bertanya beberapa hal karena penasaran, mulai dari keseharian dan hampir menelisik masalalu Veila.

Suara deheman Wilson yang cukup keras sukses membuat Veila mengatupkan bibirnya rapat, mengurungkan niat untuk kembali melanjutkan perkataannya barusan. Baik Veila maupun nyonya Hovers kini tengah memandang Wilson yang kini mulai berjalan dengan cool-nya. Bak model yang sedang berjalan di atas catwalk, pria itu mendekat dengan tangan kanan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

"Mom, ini sudah jam tujuh malam. Kami berdua harus pulang sekarang," gumam Wilson.

Membuat nyonya Hovers terpaksa mengiyakan dengan sarat mata tak rela. Ia masih ingin berbincang dengan Veila, ingin mengetahui lebih banyak tentang wanita ini. Padahal baru pukul tujuh, tetapi Wilson sudah mau membawa Veila pulang begitu saja. Padahal dulu, saat dia mengenalkan Maureen, anaknya ini selalu mencari cara untuk menunda kepulangan si wanita. Satu hal yang pasti, Wilson sepertinya tak memiliki perasaan khusus pada Veila, nyonya Hovers menyadari itu.

"Baiklah, mommy juga tidak punya hak untuk menahan Nona Amor," kata nyonya Hovers, membuat Wilson mengangguk kemudian memberi isyarat agar Veila ikut keluar bersamanya.

Sebelum pergi meninggalkan bagian dalam mansion ini, Veila lebih dulu berpamitan dengan sopan. Membuat nyonya Hovers tersenyum dan meyakinkan hatinya jika Veila benar-benar anak yang berpendidikan dan memiliki bekal sopan santun yang banyak.

"Titip salam kepada kedua orang tuamu, ya! Katakan bahwa anakku pasti menjagamu dengan baik!" celetuk nyonya Hovers dengan sedikit kuat, membuat hati Veila rasanya teriris karena sadar jika mamanya sudah tiada dan ia juga tidak tahu siapa ayahnya. Yang tersisa kini hanyalah ayah tirinya yang tak tahu lagi di mana keberadaannya.

Setelah dikatai siput oleh Wilson, Veila pun segera masuk ke dalam mobil dengan cepat. Sama seperti ketika membuka, Veila juga menutupnya dengan sangat cepat dan menimbulkan bunyi dentuman yang kuat.

"Jangan merusak pintu mobilku. Memangnya kau punya uang untuk menggantinya? Ck, belum menikah saja sudah sok kaya," gerutu Wilson, menghina Veila secara terang-terangan. Padahal jelas-jelas Veila tidak sengaja. Wanita itu juga sempat terkejut, tak menyangka jika ia menutup pintu sekeras itu.

"Aku minta maaf—"

"Berhentilah, aku malas mendengar permintaan maaf. Bisakah kau sudah berapa kali dan betapa seringnya telingaku menangkap kata itu? Huh, kenapa orang miskin selalu mengatakan kata maaf? Apa hanya itu yang mereka miliki?" Perkataan Wilson yang bagaikan sebuah anak panah pun sukses menancap telak di jantung Veila. Benar, Veila yang miskin ini tidak mempunyai apa pun selain kata maaf yang notebenenya gratis.

Ia tahu jika pria yang tengah fokus menyetir ini punya harta yang melimpah ruah, tetapi bisakah mulut si pria ini sedikit disekolahkan? Berhentilah menyindir orang yang tidak mampu secara materi, hal itu membuat hati Veila terluka karena ia masuk ke dalam kategori sindiran tersebut.

Baru sekitar satu kilometer Wilson mengemudikan mobilnya, tiba-tiba saja dia menepikan mobilnya. Tempatnya cukup sepi, membuat Veila sedikit bergidik ngeri dan bertanya-tanya, kenapa Wilson menghentikan mobilnya di jalan sepi seperti ini?

Lalu sebuah titahan sukses membuat Veila menoleh ke arah Wilson, menatap pria itu dengan rasa tidak percaya.

"Keluar dari mobilku sekarang. Kau tunggu di dekat lampu jalanan, aku sudah menyuruh Leo menjemputmu." Itu adalah perkataan yang dilontarkan Wilson, sukses membuat wanita itu terheran.

Selain angkuh dan selalu memamerkan kekayaan, pria ini nyatanya kejam juga. Bagaimana bisa dia menurunkan seorang wanita di pinggir jalan sepi seperti ini? Malam hari dan cuaca sedang dingin pula. Butakah Wilson? Tak bisakah pria itu melihat jika Veila tengah mengenakan pakaian tipis kurang bahan?

"Cepat keluar. Maureen tengah menungguku di restoran. Akan sangat menggangu jika aku membawamu juga. Cepatlah, jangan membuang waktu hanya karena sok terkejut," desak Wilson.

"Setidaknya kau harus menjadi lelaki bertanggung jawab. Kau mengajakku ke rumah orang tuamu, jelas-jelas aku pergi denganmu juga. Jadi, seharusnya kau yang mengantarku pulang ke rumah dengan selamat!" Terlanjur kesal, mengakibatkan Veila berani berkata seperti itu. Dan hal tersebut mulai menaikkan kadar emosi Wilson. Kepala pria itu rasanya mau meledak saat mendengar balasan Veila.

"Ulangi perkataanmu sekali lagi, Veila!" geram Wilson dengan kedua tangan yang kini mulai meremas stir mobil. Dirinya kesal bukan main. Wanita ini siapa? Beraninya berkata seperti itu padanya.

"Aku pergi denganmu, seharusnya kau mengantarku pulang—"

PLAK!

"Jangan lancang kau, Veila! Sadar diri! Kau bukan siapa-siapaku dan jangan terapkan hal konyol tadi padaku."

Dengan kondisi sadar, Wilson melayangkan tamparan kuat pada pipi kanan Veila, membuatnya memerah, warna yang terlihat kontras dengan kulit putih pucatnya. Veila sedikit terkejut, tetapi ia tidak menangis karena ditampar. Wanita itu sudah pernah mengalami kekerasan fisik yang jauh lebih menyakitkan daripada tamparan di pipi.

"Maafkan perkataanku," ujarnya lalu segera keluar dari mobil Wilson. Rasa perihnya baru terasa saat angin malam menyapa wajahnya. Tamparan Wilson benar-benar menyakitkan.

Sementara Wilson langsung menarik tuas rem mobilnya, kemudian segera melajukannya tanpa menoleh atau menaruh sedikit saja rasa peduli pada wanita yang baru saja ia tampar.

***

Sebelum keluar dari dalam mobilnya, Leo lebih dulu melihat pantulan wajahnya lewat kaca spion yang berada di tengah mobil. Dihapusnya segera bercak merah di area bibirnya yang nyatanya adalah bekas lipstik seorang wanita, dan setelah itu barulah ia keluar untuk menjemput Veila.

Tadi, di saat Leo tengah berciuman panas dengan wanita yang ia pacari setahun lalu, tiba-tiba saja ia mendapat sebuah pesan masuk dari Wilson yang berisikan perintah penjemputan. Dengan sangat terpaksa, Leo segera menyudahi adegan ciuman tersebut dan mulai membenarkan kancing kemejanya. Saat ia berkata jika Wilson menyuruhnya menjemput Veila, sang kekasih pun beranjak dan meminta diantar ke suatu tempat. Leo tahu, kekasihnya ini punya janji dengan seseorang, tetapi ia sengaja tak mengingatkannya. Mereka tak punya banyak waktu untuk menghabiskan waktu bersama, dan Leo sangat tersiksa dengan itu.

Suara pantofel yang beradu dengan aspal tidak membuat Veila mendongakkan kepalanya. Wanita itu terus menunduk, memandangi heels-nya dengan nanar. Ia masih betah berjongkok, tidak peduli dengan orang-orang yang berlalu lalang. Lagipula jalan ini cukup sepi. Hingga akhirnya, Veila mulai mendongakkan kepalanya saat merasa jika pundaknya ditutupi oleh sesuatu yang membuat rasa dingin sedikit menghilang. Sebuah jas hitam polos menimbulkan rasa hangat.

"Ayo pulang, ini dingin," ajak Leo dengan tangan kanan yang sudah terulur, berniat untuk membantu Veila berdiri. Namun, sayangnya Leo harus kembali menarik tangannya saat sadar Veila mengabaikannya. Wanita itu sudah berdiri tegak tanpa bantuannya.

"Baiklah, aku diabaikan. Kau boleh masuk terlebih dulu ke mobil." Tepat setelah Leo mengatakan itu, tanpa membalas apa pun, Veila segera masuk ke dalam mobil hitam mengkilap kepunyaan Leo. Kelakuan Veila sukses membuat Leo menyengir, merasa kasihan pada dirinya sekaligus tidak percaya jika nyatanya ia baru saja diabaikan.

"Kenapa dia irit sekali bicara? Apa salahnya menerima uluran tanganku dan berkata terima kasih? Wanita ini benar-benar cocok dengan Wilson," gerutunya dan kemudian segera berbalik dan masuk ke dalam mobilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!