Maureen ikut bergabung dengan Wilson serta Leo yang saat ini tengah berbincang di halaman belakang rumah. Ia baru saja selesai menggantikan pakaian kotor seorang wanita yang dibawa dua pria ini. Saat itu ia tidak sempat bertanya perihal wanita itu karena Wilson sudah menginterupsinya untuk segera menggantikan pakaian si wanita kumuh. Ya, itu pandangan pertama Maureen pada si wanita—Veila Amor.
"Sudah selesai?" tanya Wilson seraya menatap istrinya hangat. Refleks, ia mengangguk membenarkan pertanyaan Wilson. Merasa ragu, yang Maureen lakukan kini adalah duduk sembari meremas jari kedua tangannya dengan bibir dalam yang terpaksa ia gigit. Karena sampai detik ini Wilson tak juga mengatakan tentang siapa wanita yang dia bawa.
Maureen pun memberanikan diri untuk bertanya, "Dia ... Siapa?"
Leo dan Wilson yang tadinya tengah berbincang pun turut menoleh ke arah Maureen. Mereka berdua saling menatap sebelum akhirnya Wilson menjawab pertanyaan istrinya. "Dia yang akan menjadi calon istriku. Tidak, maksudku tempat untuk melakukan pembuahan agar keluarga Hovers mempunyai penerus," jelas Wilson dan itu terdengar cukup kejam di telinga Maureen. Entah kenapa, panggilan istri kedua lebih pantas keluar dari mulut Wilson. Tidak, bukannya semata-mata ia rela dan mengikhlaskan semuanya begitu saja, hanya saja 'tempat pembuahan' adalah konotasi negatif yang membuat telinganya berdengung—itu menyakitkan.
"Bisa ceritakan semuanya tentang ... dia?" Maureen kembali bertanya, kali ini ia tidak menatap Wilson. Pandangannya kini berpusat pada pepohonan rimbun yang tengah bergoyang ditiup angin. Angin malam itu dingin, tetapi menyejukkan, dan Maureen menyukainya.
"Aku bahkan tidak tahu dia siapa. Karena niat awal kita berdua adalah mempunyai penerus, jadi aku mencari wanita 'murahan' yang banyak bersarang di klub malam. Tepat saat itu, aku melihatnya, wanita itu, dan aku membelinya seharga 100 ribu dolar dari seorang pria. Kau tahu Maureen, wanita seperti mereka, yang selalu keluar masuk klub malam, tidak peduli dengan kehidupan. Pikiran mereka hanya nafsu dan juga uang. Jika nanti penerus keluarga Hovers sudah lahir, semuanya akan berakhir," jelas Wilson dengan tangan yang kini sudah menggenggam tangan istrinya. Sementara di ujung sana, Leo hanya bisa menjadi penonton romantisme mereka berdua.
Maureen agak terkejut saat mendengar penjelasan Wilson barusan. Ia kira semuanya sudah disepakati, tetapi tidak, pikirannya salah. Ia rasa wanita yang tengah tak sadarkan diri itu belum tahu menahu tentang semuanya—tentang Wilson yang membelinya dan akan menjadikannya sebuah tempat pembuahan. Meringis, ia agak kasihan dengan wanita tersebut. Karena menurutnya, wajah si wanita tidak persis seperti'kupu-kupu malam' yang Wilson ceritakan barusan.
"Maureen, kau bisa bertahan selama satu tahun? Hanya satu tahun atau bisa lebih cepat dari itu. Aku janji," ujarnya sambil meremas tangan Maureen yang kini tengah ia genggam. Wanita itu pun mengalihkan pandangannya pada Wilson, sedikit tersenyum dan kemudian mengangguk pelan.
Namun, Maureen tidak akan pernah percaya seratus persen dengan janji yang Wilson lontarkan tadi. Karena ia yakin betul, suatu saat—entah kapan—drama mereka berdua pasti akan tercampuri oleh bumbu-bumbu cinta—Wilson dan wanita itu, Veila Amor.
***
Veila membuka matanya secara perlahan. Cahaya lampu yang tergolong terang membuat kedua matanya menyipit, berusaha membiasakan diri dengan cahaya yang menembus masuk. Ia baru saja bermimpi buruk. Entahlah, Veila ragu apakah itu tergolong sebagai mimpi buruk atau kilas balik kejadian buruk dalam hidupnya. Mulai dari pernikahan ibunya, sepeninggal ibunya, kekerasan yang ayah tirinya lakukan, sampai bertemu dengan si pria brengsek Charlie. Mendapatkan sebuah kilas balik yang ia anggap sebagai mimpi buruk membuat dadanya terasa sesak.
Tidak ada gunanya aku hidup, itu yang Veila pikirkan.
Saat ia hendak menutup matanya kembali, berusaha menenangkan pikiran kacaunya, tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Kejadian malam itu, terakhir kali ia tengah bersama Charlie di kelab malam. Namun, saat ini, ia berada di sebuah kamar yang terbilang cukup luas dengan aksen modern. Ia bergegas menyingkap selimutnya, sedikit kaget saat melihat pakaiannya yang sudah berubah. Karena celana jeans dan kaus kebesaran yang sudah berubah warna miliknya. Gaun tidur berbahan satin ini ... siapa yang mengganti pakaiannya?
"Aku sudah dibeli oleh pria tua itu? Benarkah?" Ia bertanya pada dirinya sendiri dengan suara serak. Tidak, ia tidak mau terikat dalam dunia gelap si pria tua yang haus akan nafsu. Ia harus kabur, pergi meninggalkan rumah ini. Tidak butuh waktu lama, kini Veila pun sudah beranjak dari posisi baringnya, berdiri dengan kedua kakinya walaupun sedikit limbung. Tidak peduli dengan tali gaunnya yang sudah melorot sehingga bahu polosnya terekspos, ia pun segera berlari menuju pintu. Namun, belum sempat ia meraih gagang pintu, pintu kamar tersebut pun sudah terbuka lebih dahulu. Ia memekik kaget saat melihat sesosok pria tinggi dengan rambut hitam legam yang kini tengah berdiri di ambang pintu.
Saat pria itu berjalan mendekat, yang Veila lakukan adalah bergerak mundur. Ludahnya tertahan di tenggorokan, tak bisa ia teguk untuk saat ini. Hingga akhirnya tidak ada celah untuk mundur lagi, membuatnya jatuh terduduk di atas kasur dengan si pria yang semakin dekat.
"Kukira kau sudah mati. Bagaimana, apa tidurmu nyenyak, hm?" tanyanya dengan kedua tangan yang sudah terlipat di atas dada. Ada rasa jengkel yang keluar saat orang yang ia tanyai sama sekali tidak menjawab. "Bisu? Tuli? Sungguh tidak sopan, tidak berpendidikan, cih," ejeknya, membuat Veila merasa tertohok. Kenapa semua orang selalu memandang rendah dirinya? Tidak berpendidikan ... Kata itu sangat menyakiti perasaannya. Pria yang ia tak kenal ini berani mengatakan hal itu, tanpa basa-basi.
"Baiklah, karena kau tidak mau menjawabku, maka segera tanda tangani ini." Wilson melemparkan sebuah amplop cokelat di hadapan Veila yang kebetulan terjatuh tepat di atas kedua pahanya. Wanita itu melirik, menatap amplop dengan heran dan tatapan tak mengerti. Tidak bertanya, Veila pun langsung membuka dan mengeluarkan isi amplop tersebut.
Sebuah surat perjanjian antara dirinya dan si pria.
Matanya membelalak saat mendapati sebuah kalimat "Sebagai tempat pembuahan." Ini maksudnya apa? "Ini, apa-apaan?" tanyanya, mendongak dan menatap si pria—Wilson Alexander Hovers.
Wilson tersenyum miring dan kemudian berkata, "Kurasa aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu, semuanya ada di surat perjanjian tersebut. Aku tahu kau tidak buta huruf dan memahami setiap poin-poin perjanjiannya. Ah, perlu kau tahu, aku sudah membelimu seharga 100 ribu dolar. Jika kau bisa mengganti uangku dalam kurung waktu sehari, maka kau boleh bebas dan menolak perjanjian itu."
"Aku tidak mau. Kenapa aku harus menjadi tempat pembuahan? Kau kira bisa menyetubuhiku seenaknya? Kau kira aku mesin pencetak anak?" protes Veila, membuat Wilson semakin jengkel dan berkata.
"Kalau begitu kembalikan uang 100 ribu dolarku."
Tidak bisa, mau dengan cara apa pun, Veila tak akan bisa mengembalikan uang yang sangat banyak tersebut. Wilson itu licik, ia tahu jika wanita di depannya ini adalah orang miskin, karenanya dia kembali mengungkit uang seratus ribu dolar yang tak seberapa baginya.
"Aku tidak bisa," balas Veila dengan kepala yang tertunduk sempurna. Merasa buruk, tak bisa mengangkat kepalanya dan menatap tajam Wilson. Pria itu mengerikan, Veila sedikit takut.
Jawaban yang dilontarkan Veila berhasil membuat Wilson tertawa mengejek dan kemudian berdecih, "Itulah, jangan sok jual mahal dan tandatangani itu."
Dengan sangat terpaksa, Veila menganggukkan kepalanya. Ia memang belum membaca seluruh isi surat perjanjian karena terburu-buru, jadi yang ia lakukan adalah segera menandatanganinya lalu membacanya kembali setelah itu ia menangis meratapi kemalangannya.
Melihat Veila yang kini sudah selesai menandatangani surat perjanjian tersebut, pria itu pun semakin memandang rendah wanita di hadapannya. Tidak ada yang perlu ia tampik, karena nyatanya Veila memang wanita murahan yang mau menerima segalanya karena uang.
Namun, faktanya, Veila bahkan belum membaca poin lima di mana Wilson akan membayarnya jika ia berhasil memberikan keturunan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments