"Kenapa melirikku terus? Kusumpahi lehermu patah baru tahu rasa," celetuk Wilson dengan kejamnya, membuat Veila buru-buru menarik perhatiannya dari Wilson.
Mulut pria ini terlalu tajam, rasanya sangat menusuk saat suaranya keluar. Veila jadi penasaran, sebenarnya Wilson Hovers hidup sebagai apa di kehidupan sebelumnya? Veila melirik juga karena punya alasan. Ya, walaupun alasannya bisa dibilang sedikit tidak masuk akal, tetapi baginya ini tetap sebuah alasan. Ia sulit berkonsentrasi karena pria kejam itu duduk di belakangnya dengan mata setajam elang dan seruncing bambu, memperhatikan setiap gerak-geriknya. Tidak bisakah Wilson duduk di tempat lain saja? Presensinya sungguh menganggu, membuat Veila sedikit lama dalam memasak.
Seperti langkah-langkah yang mendiang ibunya ajarkan, Veila menerapkan prosedur tersebut sesuai dengan aslinya, tanpa merubah sedikitpun. Bau harumnya membuat Wilson tak tahan ingin mencicipi, ia juga gelisah karena nasi goreng itu belum juga selesai dimasak.
Ah, suara saat nasi tersebut dijatuhkan ke wajan sungguh membuat Wilson ingin beranjak dari duduknya dan melihat prosesnya. Pria itu benar-benar penggila nasi goreng, dan beruntung sekali karena Veila pandai membuat nasi goreng yang lezat. Bukannya merendahkan Maureen, tetapi istri pertamanya tidak bisa memasak, sebab itulah alasan Wilson mempekerjakan juru masak handal yang sudah berpengalaman.
Wilson terkesiap saat melihat sepiring nasi goreng yang sudah terletak di depannya. Telur mata sapi dengan telur kuning yang belum matang sepenuhnya, lalu potongan sosis yang menyelip di antara butir nasi membuat jakungnya naik turun karena saliva yang harus ia telan bulat-bulat karena hidangan di depannya. Cacing yang menghuni perutnya sudah mulai menghidupkan musik lewat pengeras suara, dan setelah itu mulailah keributan yang berasal dari dalam sana. Namun, Wilson mengurungkan niatnya untuk makan saat sadar jika Veila sudah bersiap untuk pergi dari ruang makan.
"Hei, hei, siapa yang menyuruhmu pergi?" Perkataan Wilson yang sukses membuat Veila menghentikan langkahnya. Ia menoleh sebentar, dan kembali mengalihkan pandangannya. Tidak mau menerima ancaman lagi karena menatap pria yang dikarunia kepercayaan diri yang cukup tinggi itu.
"Memangnya apalagi yang harus kulakukan sekarang? Aku mengantuk, berhentilah menyiksaku di tengah malam seperti ini."
Jika ingin tahu, Veila juga bisa marah. Lagipula, tidak ada yang salah dari ucapannya, jarum jam sudah menunjukkan pukul jam dua belas, bahkan jarum panjangnya kini sudah berada di angka enam. Ini sudah pukul setengah satu malam, bahkan bisa dibilang sudah lewat tengah malam. Tidak bisakah Wilson berhenti menyuruhnya yang tidak-tidak?
Dengan santainya, satu tangan Wilson beralih menepuk pelan pundaknya sendiri lalu berkata, "Pijiti aku cepat."
Tak mau membuat pria itu kembali emosi dan menimbulkan keributan di tengah malam, Veila pun segera mendekat dan kemudian segera memberikan sebuah pijitan pada pundak Wilson.
"Yang benar! Kau kira dengan gerakan lesu seperti itu rasa pegalku akan hilang? Sudah diberi makan enak, masih saja tidak punya tenaga. Hei seratus ribu dolar, pijit itu pakai tenaga!" protes Wilson saat ia tak merasakan efek apa pun saat kedua tangan Veila memijat pundaknya.
"Itu terlalu kuat, bodoh! Kau itu tahu cara memijat yang benar tidak, sih?" geram Wilson, sukses membuat Veila menghela napas dan berhenti mengerjai pria angkuh ini.
Sebenarnya Veila tahu cara memberi pijatan yang benar. Pasalnya dulu, saat mamanya pulang bekerja, Veila selalu menawarkan diri untuk menghilangkan rasa penat dengan sebuah pijatan. Dan kini, mulut Wilson terkatup rapat saat pijatan di pundaknya mulai melembut, memberikan sensasi nyaman dan mulai menghilangkan rasa pegalnya sedikit demi sedikit. Sesekali pria itu menyuapi dirinya dengan sesendok penuh nasi goreng. Huh, dirinya benar-benar dimanjakan dengan kelezatan nasi goreng serta pijatan di pundak yang mengenakkan.
Sementara itu di sisi lain, langkah Maureen terhenti, pergerakannya tiba-tiba terkunci dan yang bisa ia lakukan sekarang adalah menatap kedua orang yang tengah berada di ruang makan. Wilson yang tengah makan dan Veila yang memijit. Melihat itu Maureen hanya bisa tersenyum simpul, menahan rasa cemburu yang perlahan mulai muncul membakar dadanya. Ia tidak boleh egois. Lagipula, ia juga yang menyetujui hal ini. Lebih parahnya, ialah yang memaksa dan membuat Wilson membawa wanita asing ke dalam hunian mereka.
Maureen sedikit meringis, kenapa Wilson tidak meminta dirinya untuk memberi pijatan seperti biasanya? Padahal, kalau hanya pijatan, Maureen juga mampu. Untuk hari ini, pertama kalinya bagi Maureen merasakan rasa cemburu. Alexander Hovers dan dirinya, Maureen rasa, hubungan mereka sudah masuk ke dalam zona 'bahaya'.
Merasa jika dirinya mulai memikirkan hal-hal negatif, wanita itupun segera menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Wilson mencintaiku. Dia tipikal pria yang tidak mudah jatuh cinta," gumam Maureen, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Ia kenal betul siapa Wilson, pria yang jarang sekali melirik wanita, kecuali dia benar-benar tertarik. Perlu dipertanyakan juga, jika Wilson tertarik pada Maureen karena kemanisan dan keimutannya yang seperti anak anjing yang minta diusap. Lalu, apa yang menjadi daya tarik seorang Veila Amor, sehingga Wilson bisa tertarik secepat itu?
Tidak, jika ditelisik lebih dalam, Wilson sama sekali tidak memiliki perasaan khusus ataupun tertarik pada Veila. Pria itu hanya tidak mau uang seratus ribu dolarnya terbuang sia-sia. Ya, Maureen yakin jika itu alasannya. Pria itu sudah berjanji untuk tidak berpaling darinya. Dan juga, Wilson adalah seorang pria yang tak pernah mengingkari setiap ucapannya. Karena itu Maureen mempercayainya, percaya dengan suaminya.
***
"Sebenarnya, yang menikahimu itu Wilson atau aku? Kenapa aku yang harus menemanimu mencoba gaun pengantin?"
Di dalam mobil, Leo Zhang menggerutu dengan Veila yang duduk tenang di sebelahnya, tepat di kursi penumpang. Ada kalanya Leo merasa kesal dengan Wilson, pria itu selalu saja menyuruh Leo seenaknya. Seakan-akan dia adalah kloningan atasannya. Namun, Leo tidak bisa protes, gaji yang diberikan Wilson dalam sebulan bahkan bisa membelikannya sebuah mobil baru. Namun, tetap saja Leo merasa kesal, apalagi jika harus terlibat dengan wanita yang berasal dari kelab malam ini. Kau tahu kan istilah tentang : cinta muncul karena sering bersama. Leo takut jika hal itu terjadi padanya, sebab dia adalah tipikal pria yang mudah sekali jatuh cinta.
Bagaimana jika nantinya tiba-tiba ia memutuskan kekasihnya dan mulai berniat untuk merebut calon istri Wilson ini? Kan bisa menimbulkan perang ketiga dunia antara dirinya dan Wilson. Walaupun Wilson tak mengharapkan Veila, tetapi sekali pria itu berkata jika 'Veila adalah milikku, mesin pencetak anakku', Veila tetaplah miliknya. Singkatnya, calon istrinya—Wilson Alexander Hovers—ini sudah diklaim lebih dulu. Leo bahkan tidak mengerti kenapa Wilson membisikkan kalimat itu padanya pagi tadi, sebelum Wilson berangkat bekerja dan menyuruhnya untuk mengantar Veila ke butik.
Sementara Veila sama sekali tidak menggubris gerutuan Leo. Bagi Veila, pria yang tengah menyetir ini adalah tipikal orang yang mulutnya tidak bisa diam selalu saja bercelatuk tidak jelas seperti burung beo. Dan lagi, apa untungnya untuk Veila jika ia menanggapi gerutuan Leo? Lagian kemarahannya itu tidak ditujukan padanya. Jikapun dijawab, Veila pasti akan berkata jika ia tidak tahu menahu dan tidak mau tahu alasan Wilson yang menyuruh Leo untuk menemaninya.
"Hei, Nona Amor, sesekali tanggapilah perkataanku. Kau membuatku seperti orang kurang waras yang berbicara sendiri. Aku ini pria baik-baik tahu." Leo kembali menggerutu, menyuarakan protesnya karena Veila yang selalu mengabaikannya. Memangnya ia makhluk tak kasat mata yang pantas diabaikan?
"Aku tahu kau pria baik," tukas Veila, sedikit merasa kasihan dan kemudian segera menanggapi perkataan Leo. Jawaban yang notebenenya hanya menjiplak kalimatnya barusan pun membuat si pria tercengang, merasa sedikit lega karena akhirnya bisa mendengar suara Veila lagi, setelah terakhir suara itu ia dengar kala dirinya menyerahkan paper bag yang berisi pakaian.
"Nona Amor, kuharap kau bisa mencoba pakaian pengantinnya dengan cepat, aku ada janji dengan kekasihku beberapa menit lagi," tukas Leo dan ditanggapi oleh Veila dengan sebuah anggukan. Lagian, siapa juga yang mau berlama-lama di ruang ganti?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments