Seti dan Asri sampai di rumah gedung Sokaraja jam setengah delapan pagi. Bertemu Bapak dan Ibu Asri sebentar sebelum keduanya ke rumah sakit.
Seti menumpang membasuh muka di kamar mandi. Mengelap muka dengan handuk yang diberikan Asri, lalu duduk menunggu di ruang tamu. Segelas kopi di meja terasa menyegarkan setelah diteguknya. Menyandarkan punggung di kursi melemaskan ototnya yang terasa kaku.
"Sarapan dulu Set." Asri keluar menghampiri.
"Nanti sajalah di rumah. Di rawat di mana mas Joko ?"
"Margono. Nanti siang antar aku menjenguknya."
"Ya. Istirahatlah dulu. Nanti aku jemput."
Perjalanan tiga jam lebih dari Jogja sampai Sokaraja masih terasa melelahkan. Berbincang sebentar menyinggung sakit Joko. Seti berpamitan pulang ke rumah Joglo.
...----------------...
Ibu yang akan berangkat kerja terkejut melihat Seti yang datang tiba-tiba. Tidak seperti biasanya akhir bulan baru pulang.
"Libur kuliahmu le ?" Ibu mengelus kepala Seti yang mencium tangannya di halaman.
"Nggak bu. Antar Asri sebentar tengok mas-nya. Nanti sore balik lagi."
"Lah Asri mana ?" Ibu menanyakan Asri yang sudah dikenalkan Seti.
"Di rumahnya. Nanti siang bareng ke rumah sakit."
"Oh... ya sudah ngaso dulu. Ibu mau berangkat. Nanti siang tunggu Ibu sama Bapak balik dulu ya." Ibu meninggalkan rumah joglo ke pabrik. Terburu-buru menyusul Bapak yang seperti biasa pagi-pagi sudah berangkat duluan.
Masuk ke kamarnya. Merebahkan diri di dipan. Seti memandang lukisan Mercu Suar yang mengingatkan tentang Hening, Bening dan rumah Jengki.
Surat menyurat dengan Hening baik-baik saja. Hanya Seti masih menyembunyikan hubungannya dengan Asri. Ingin mengatakan hubungan itu jika bertemu langsung dengan Hening. Ada rasa menyesal jika membiarkan ketidaktahuan Hening berlama-lama.
Joe yang sempat bertemu Hening di Jakarta bercerita tentang pameran yang diikuti Hening dengan lukisan ayam jago wiring kuning-nya. Lalu menitipkan pesan jika libur semester nanti, Hening akan menemui Seti di Jogja.
Kantuk Seti akhirnya tak tertahan. Tertidur pulas menyamankan pikiran.
...----------------...
Jam dua belas Bapak dan Ibu pulang ke rumah joglo. Menyapa Seti yang sedang mencuci si Denok.
"Mana pacarmu Set ?" Bapak seperti biasa menggoda Seti.
"Ah Bapak. Yang ditanyakan kok malah anak orang." Ibu tertawa.
"Lah katanya pulang bareng Asri." Bapak masih tertawa. Tangannya menerima ciuman Seti.
"Makan dulu Set kalau sudah selesai cuci motor." Ibu mengalihkan godaan Bapak. Keduanya masuk ke rumah Joglo.
Seti yang masih meneruskan mencuci si Denok. Tertawa kecil menanggapi godaan Bapak. Teringat saat pertama kali mengajak Asri ke rumah Joglo dulu. Saat Ibu yang sudah tahu cerita Seti menatap wajah yang kemerahan sedikit malu saat Seti mengenalkan Asri.
Lalu Bapak yang ada di samping Ibu tersenyum akrab ke arah Asri. Seakan membenarkan pilihan hati Seti.
Wajah Asri semakin memerah saat Bapak mulai menggodanya kok mau pacaran dengan Seti.
Untungnya Ibu sesekali mengurangi rasa malu dan canggung Asri dengan kata-katanya yang lembut. Bercerita tentang anak muda sekarang yang pacaran tapi ngawur. Membenarkan Seti dan Asri yang tidak menutup nutupi hubungannya daripada sembunyi-sembunyi di belakang.
Tentu saja pesan untuk tidak melupakan kuliah ditegaskan Ibu dengan bahasa keibuan-nya. Menganggap Seti dan Asri sudah dewasa untuk memilahnya.
Merasa puas membersihkan si Denok. Seti melipat selang air. Beringsut menyusul Bapak dan Ibu. Laparnya sudah terasa. Tak sabar menikmati masakan Ibu sebelum mengantar Asri ke Rumah Sakit.
...----------------...
Bening merangkul Asri setelah keluar dari ruang ICU. Mendekati Seti yang sedang memperhatikan keduanya. Joko belum boleh ditengok.
Duduk bersebelahan di depan ruang ICU, Asri menceritakan Joko yang tiba-tiba saja muntah darah sepulang dari bengkel.
Bening yang memutuskan pulang sendiri dari kantornya setelah Joko tak terlihat menjemput, menemukannya tergeletak pingsan di rumah Jengki.
"Mbak belum tahu apa sebabnya. Masih menunggu hasil lab," kata Bening menjawab sebab salit Joko. Matanya terlihat lelah dan sembab bekas menangis.
"Sabar mbak. Kita tunggu. Mbak sudah makan ?" Asri menghibur Bening.
"Nanti saja," kata Bening pendek.
"Aku ke depan sebentar." Seti berdiri meninggalkan Asri dan Bening. Tiba-tiba saja dirinya ingin merokok sekaligus memberi ruang berbicara kepada Bening dan Asri sebagai kakak adik. Merasa tak ada yang bisa dilakukannya lagi setelah menemani Asri dan Bening.
...----------------...
Membeli rokok di warung depan Rumah Sakit dan memesan kopi. Seti memikirkan apa yang akan dilakukannya kepada Bening. Perlukah diceritakannya kepada Seto ? Kali ini asap tembakau yang dihisapnya terasa berbeda.
Seto pernah menyinggung Bening dalam suratnya. Memberi selamat dan menanyakan tempat tinggal Bening dan Joko setelah menikah kepada Seti.
Tak mau Seto larut dalam masa lalunya. Seti menjawab pendek, Bening dan Joko menempati rumah Jengki.
Meneguk pelan kopi panas yang digenggamnya, Seti masih memikirkan perlu tidaknya mengabari Seto. Bagaimanapun Joko dan Bening pernah menemani hati Seto dengan keistimewaan masing-masing.
...----------------...
Asri memutuskan untuk tetap tinggal dulu di Purwokerto menemani Bening. Seti mengiyakan keputusan Asri setelah selesai merokok dan duduk menemaninya di depan ICU.
"Hening besok akan pulang juga. Naik kereta dari Jakarta," kata Asri.
"Ya... salam saja. Aku nanti sore balik Jogja. Tidak bisa menemani kalian," ada rasa yang entahlah di hati Seti, mengetahui Hening akan pulang. Kelihatannya sakit Joko serius.
"Satu dua hari ini aku tunggu kondisi mas Joko. Jika membaik aku balik ke Jogja naik kereta. Telponlah ke rumah sesampai di Jogja." Seti mengangguk. Berdiri mengintip ke dalam ruang ICU memastikan Bening baik-baik saja yang sedang menunggui Joko dari kaca penyekat.
Memeluk erat Asri setelah setengah jam menemaninya. Seti berpamitan pulang. Berharap semuanya baik-baik saja.
...----------------...
Perjalanan pulang ke Jogja kali ini, Seti sedikit memacu si Denok. Teringat tugas praktikumnya besok yang belum dikerjakan.
Dari rumah Joglo tadi, Seti langsung berpamitan akan langsung ke Jogja setelah mengantar Asri. Tak sempat mampir ke rumah Nenek.
Untungnya cuaca cerah. Istirahat sebentar di Purworejo dan mengisi bensin si Denok. Memacunya lagi masuk ke Wates. Tak sabar sampai ke Jogja.
...----------------...
Dibyo yang sedang membersihkan kamarnya berpaling ke arah Seti yang baru sampai ke kost Samirono menjelang petang.
Seti membalas sapaan Dibyo, lalu bergegas menuju ke kamarnya. Gulungan kertas kalkir dimasukkan ke dalam paralon. Memudahkan dan menjaga tidak rusak ketika dibawa.
Merasa lega setelah mengecek pensil, penghapus dan rapido ada di tasnya. Seti beranjak ke kamar Dibyo.
"Suwun Set." Dibyo menerima uluran besek gethuk goreng yang dibawa Seti.
"Titip buat Muji sama mbah Jum. Bilang dari Ibuku," Seti memberikan dua besek lagi ke Dibyo.
"Kata mbah Jum kamu barusan dari Purwokerto Set ?"
"Iya. Ngantar Asri."
"Mau kemana lagi ? Kelihatan gugup."
"Ke tempat teman kampus. Ada tugas yang harus kukerjakan." Seti mencantelkan tas dan paralon ke sayap si Denok.
Meninggalkan kost Samirono ke arah kampus. Tugas-tugas dan pekerjaan di kampus yang menumpuk mulai menyibukkan Seti. Mengabaikan sejenak tentang Joko, Bening, Seto, Asri dan Hening.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments