15. Pulang

Seti dan Asri sampai di rumah gedung Sokaraja jam setengah delapan pagi. Bertemu Bapak dan Ibu Asri sebentar sebelum keduanya ke rumah sakit. 

Seti menumpang membasuh muka di kamar mandi. Mengelap muka dengan handuk yang diberikan Asri, lalu duduk menunggu di ruang tamu. Segelas kopi di meja terasa menyegarkan setelah diteguknya.  Menyandarkan punggung di kursi  melemaskan ototnya yang terasa kaku. 

"Sarapan dulu Set." Asri keluar menghampiri.

"Nanti sajalah di rumah. Di rawat di mana mas Joko ?"

"Margono. Nanti siang antar aku menjenguknya."

"Ya. Istirahatlah dulu. Nanti aku jemput."

Perjalanan tiga jam lebih dari Jogja sampai Sokaraja masih terasa melelahkan. Berbincang sebentar menyinggung sakit Joko.  Seti berpamitan pulang ke rumah Joglo.

...----------------...

Ibu yang akan berangkat kerja terkejut melihat Seti yang datang tiba-tiba. Tidak seperti biasanya akhir bulan baru pulang.

"Libur kuliahmu le ?" Ibu mengelus kepala Seti yang mencium tangannya di halaman.

"Nggak bu. Antar Asri sebentar tengok mas-nya. Nanti sore balik lagi."

"Lah Asri mana ?" Ibu menanyakan Asri yang sudah dikenalkan Seti.

"Di rumahnya. Nanti siang bareng ke rumah sakit."

"Oh... ya sudah ngaso dulu. Ibu mau berangkat. Nanti siang tunggu Ibu sama Bapak balik dulu ya." Ibu meninggalkan rumah joglo ke pabrik. Terburu-buru menyusul Bapak yang seperti biasa pagi-pagi sudah berangkat duluan. 

Masuk ke kamarnya. Merebahkan diri di dipan. Seti memandang lukisan Mercu Suar yang mengingatkan tentang Hening, Bening dan rumah Jengki.

Surat menyurat dengan Hening baik-baik saja. Hanya Seti masih menyembunyikan hubungannya dengan Asri. Ingin mengatakan hubungan itu jika bertemu langsung dengan Hening. Ada rasa menyesal jika membiarkan ketidaktahuan Hening berlama-lama.

Joe yang sempat bertemu Hening di Jakarta bercerita tentang pameran yang diikuti Hening dengan lukisan ayam jago wiring kuning-nya. Lalu menitipkan pesan jika libur semester nanti, Hening akan menemui Seti di Jogja.

Kantuk Seti akhirnya tak tertahan. Tertidur pulas menyamankan pikiran.

...----------------...

Jam dua belas Bapak dan Ibu pulang ke rumah joglo. Menyapa Seti yang sedang mencuci si Denok.

"Mana pacarmu Set ?" Bapak seperti biasa menggoda Seti.

"Ah Bapak. Yang ditanyakan kok malah anak orang." Ibu tertawa.

"Lah katanya pulang bareng Asri." Bapak masih tertawa. Tangannya menerima ciuman Seti.

"Makan dulu Set kalau sudah selesai cuci motor." Ibu mengalihkan godaan Bapak. Keduanya masuk ke rumah Joglo.

Seti yang masih meneruskan mencuci  si Denok. Tertawa kecil menanggapi godaan Bapak. Teringat saat pertama kali mengajak Asri ke rumah Joglo  dulu.  Saat Ibu yang sudah tahu cerita Seti  menatap wajah yang kemerahan sedikit malu saat Seti mengenalkan Asri.

Lalu Bapak yang ada di samping Ibu tersenyum akrab ke arah Asri. Seakan membenarkan pilihan hati Seti.

Wajah Asri semakin memerah saat Bapak mulai menggodanya kok mau pacaran dengan Seti.

Untungnya Ibu sesekali mengurangi rasa malu dan canggung Asri dengan kata-katanya yang lembut. Bercerita tentang anak muda sekarang yang pacaran tapi ngawur. Membenarkan Seti dan Asri yang tidak menutup nutupi hubungannya daripada sembunyi-sembunyi di belakang.

Tentu saja pesan untuk tidak melupakan kuliah ditegaskan Ibu dengan bahasa keibuan-nya. Menganggap Seti dan Asri sudah dewasa untuk memilahnya.

Merasa puas membersihkan si Denok. Seti melipat selang air. Beringsut menyusul Bapak dan Ibu. Laparnya sudah terasa. Tak sabar menikmati masakan Ibu sebelum mengantar Asri ke Rumah Sakit.

...----------------...

Bening merangkul Asri setelah keluar dari ruang ICU.  Mendekati Seti yang sedang memperhatikan keduanya. Joko belum boleh ditengok.

Duduk bersebelahan di depan ruang ICU, Asri menceritakan Joko yang tiba-tiba saja muntah darah sepulang dari bengkel.

Bening yang memutuskan pulang sendiri dari kantornya setelah Joko tak terlihat menjemput, menemukannya tergeletak pingsan di rumah Jengki.

"Mbak belum tahu apa sebabnya. Masih menunggu hasil lab," kata Bening menjawab sebab salit Joko. Matanya terlihat lelah dan sembab bekas menangis.

"Sabar mbak. Kita tunggu. Mbak sudah makan ?" Asri menghibur Bening.

"Nanti saja," kata Bening pendek.

"Aku ke depan sebentar." Seti berdiri meninggalkan Asri dan Bening. Tiba-tiba saja dirinya ingin merokok sekaligus memberi ruang berbicara kepada Bening dan Asri sebagai kakak adik. Merasa tak ada yang bisa dilakukannya lagi setelah menemani Asri dan Bening.

...----------------...

Membeli rokok di warung depan Rumah Sakit dan memesan kopi. Seti memikirkan apa yang akan dilakukannya kepada Bening. Perlukah diceritakannya kepada Seto ? Kali ini asap tembakau yang dihisapnya terasa berbeda. 

Seto pernah menyinggung Bening  dalam suratnya. Memberi selamat dan menanyakan tempat tinggal Bening dan Joko setelah menikah kepada Seti. 

Tak mau Seto larut dalam masa lalunya. Seti menjawab pendek, Bening dan Joko menempati rumah Jengki.

Meneguk pelan kopi panas yang digenggamnya, Seti masih memikirkan perlu tidaknya mengabari Seto. Bagaimanapun Joko dan Bening pernah menemani hati Seto dengan keistimewaan masing-masing. 

...----------------...

Asri memutuskan untuk tetap tinggal dulu di Purwokerto menemani Bening. Seti mengiyakan keputusan Asri setelah selesai merokok dan duduk menemaninya di depan ICU. 

"Hening besok akan pulang juga. Naik kereta dari Jakarta," kata Asri.

"Ya... salam saja. Aku nanti sore balik Jogja. Tidak bisa menemani kalian," ada rasa yang entahlah di hati Seti, mengetahui Hening akan pulang. Kelihatannya sakit Joko serius.

"Satu dua hari ini aku tunggu kondisi mas Joko. Jika membaik aku balik ke Jogja naik kereta. Telponlah ke rumah sesampai di Jogja." Seti mengangguk. Berdiri mengintip ke dalam ruang ICU memastikan Bening baik-baik saja yang sedang menunggui Joko dari kaca penyekat.

Memeluk erat Asri setelah setengah jam menemaninya. Seti berpamitan pulang. Berharap semuanya baik-baik saja.

...----------------...

Perjalanan pulang ke Jogja kali ini, Seti sedikit memacu si Denok. Teringat tugas praktikumnya besok yang belum dikerjakan.

Dari rumah Joglo tadi, Seti langsung berpamitan akan langsung ke Jogja setelah mengantar Asri. Tak sempat mampir ke rumah Nenek. 

Untungnya cuaca cerah. Istirahat sebentar di Purworejo dan mengisi bensin  si Denok.  Memacunya lagi masuk ke Wates. Tak sabar sampai ke Jogja.      

...----------------...

Dibyo yang sedang membersihkan kamarnya berpaling ke arah Seti yang baru sampai ke kost Samirono menjelang petang.

Seti membalas sapaan Dibyo, lalu bergegas menuju ke kamarnya. Gulungan kertas kalkir  dimasukkan ke dalam paralon. Memudahkan dan menjaga tidak rusak ketika dibawa.

Merasa lega setelah mengecek pensil, penghapus dan rapido ada di tasnya. Seti beranjak ke kamar Dibyo.

"Suwun Set." Dibyo menerima uluran besek gethuk goreng yang dibawa Seti.

"Titip buat Muji sama mbah Jum. Bilang dari Ibuku," Seti memberikan  dua besek lagi ke Dibyo.

"Kata mbah Jum kamu barusan dari Purwokerto Set ?"

"Iya. Ngantar Asri."

"Mau kemana lagi ? Kelihatan gugup."

"Ke tempat teman kampus. Ada tugas yang harus kukerjakan." Seti mencantelkan tas dan paralon ke sayap si Denok.

Meninggalkan kost Samirono ke arah kampus. Tugas-tugas dan pekerjaan di kampus yang menumpuk mulai menyibukkan Seti.  Mengabaikan sejenak tentang Joko, Bening, Seto, Asri dan Hening.                             

...----------------...

Episodes
1 1. Jogja 1990
2 2. Cerita Baru Di Jogja
3 3. Teman Baru Jogja
4 4. Kedekatan di Jogja
5 5. Hangat Di Jogja
6 6. Lapak Malioboro
7 7. Melepas Jerat
8 8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9 9. Dari Banjarejo ke Drini
10 10. Malioboro
11 11. Kost Mantrijeron
12 12. Ungkapan Rasa
13 13. Jakarta
14 14. Kesulitan Pertama
15 15. Pulang
16 16. Kesulitan Kedua
17 17. Lawan
18 18. Konsekuensi
19 19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20 20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21 21. Rumah Wirobrajan
22 22. Tentang Kejujuran
23 23. Tentang Cinta dan Kebencian
24 24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25 25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26 26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27 27. Tentang Keterbukaan Hati
28 28. Kerinduan
29 29. Sebuah Lorong Waktu
30 30. Isi Hati
31 31. Tentang Suatu Masa
32 32. Kembali Ke Banjarejo
33 33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34 34. Jalinan Cerita Baru
35 35. Sanggar Taji
36 36. Awal Cobaan
37 37. Rangkaian Pertanda
38 38. Tentang Niatan
39 39. Tentang Cinta
40 40. Dari Baron Ke Drini
41 41. Noda Di Hari Minggu
42 42. Tentang Ruang Dan Waktu
43 43. Awal Sebuah Dendam
44 44. Naluri Dan Insting
45 45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46 46. Jangan Mundur !
47 47. Perjalanan Selanjutnya
48 48. Awal Hari Baru
49 49. Harapan Baru
50 50. Kegundahan
51 51. Membuka Diri
52 52. Kembali Ke Wonosari
53 53. Awal Perlawanan
54 54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55 55. Kedekatan Hati
56 56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57 57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58 58. Persinggungan Di Jogja
59 59. Rangkaian Awal Dilema
60 60. Rencana Pembalasan
61 61. Menjelang Pelepasan
62 62. Strategi Kawan dan Lawan
63 63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64 64. Cerita Senja
65 65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66 66. Kelegaan Perpisahan
67 67. Dunia Baru
68 68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69 69. Penghujung 1998
70 70. Tanah Panjatan
71 71. Tentang Keinginan
72 72. Kedekatan Dan Perpisahan
73 Buat pengikut Seti dan Asri
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Jogja 1990
2
2. Cerita Baru Di Jogja
3
3. Teman Baru Jogja
4
4. Kedekatan di Jogja
5
5. Hangat Di Jogja
6
6. Lapak Malioboro
7
7. Melepas Jerat
8
8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9
9. Dari Banjarejo ke Drini
10
10. Malioboro
11
11. Kost Mantrijeron
12
12. Ungkapan Rasa
13
13. Jakarta
14
14. Kesulitan Pertama
15
15. Pulang
16
16. Kesulitan Kedua
17
17. Lawan
18
18. Konsekuensi
19
19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20
20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21
21. Rumah Wirobrajan
22
22. Tentang Kejujuran
23
23. Tentang Cinta dan Kebencian
24
24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25
25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26
26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27
27. Tentang Keterbukaan Hati
28
28. Kerinduan
29
29. Sebuah Lorong Waktu
30
30. Isi Hati
31
31. Tentang Suatu Masa
32
32. Kembali Ke Banjarejo
33
33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34
34. Jalinan Cerita Baru
35
35. Sanggar Taji
36
36. Awal Cobaan
37
37. Rangkaian Pertanda
38
38. Tentang Niatan
39
39. Tentang Cinta
40
40. Dari Baron Ke Drini
41
41. Noda Di Hari Minggu
42
42. Tentang Ruang Dan Waktu
43
43. Awal Sebuah Dendam
44
44. Naluri Dan Insting
45
45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46
46. Jangan Mundur !
47
47. Perjalanan Selanjutnya
48
48. Awal Hari Baru
49
49. Harapan Baru
50
50. Kegundahan
51
51. Membuka Diri
52
52. Kembali Ke Wonosari
53
53. Awal Perlawanan
54
54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55
55. Kedekatan Hati
56
56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57
57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58
58. Persinggungan Di Jogja
59
59. Rangkaian Awal Dilema
60
60. Rencana Pembalasan
61
61. Menjelang Pelepasan
62
62. Strategi Kawan dan Lawan
63
63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64
64. Cerita Senja
65
65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66
66. Kelegaan Perpisahan
67
67. Dunia Baru
68
68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69
69. Penghujung 1998
70
70. Tanah Panjatan
71
71. Tentang Keinginan
72
72. Kedekatan Dan Perpisahan
73
Buat pengikut Seti dan Asri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!