Asri sama sekali tak menyangka Sigit menemuinya lagi di kampus setelah datang di kost Mantrijeron dulu.
Duduk di balkon depan kampus menunggu jam kuliah berikutnya, Asri tak bisa menghindar saat Sigit menghampirinya bersama beberapa teman lelakinya.
Dari dandanan dan model kalung emas mereka, menunjukkan semuanya berpunya.
Sigit memisahkan dari rombongannya, berjalan mendekati duduk Asri.
"Selamat pagi sayang," suara Sigit seperti biasa genit menggoda Asri.
"Pagi mas," basa basi Asri menjawab malas. Perasaan hatinya tak menentu. Meninggalkan Sigit begitu saja tak enak, karena banyak yang memperhatikan.
Selain jadi ketua Senat. Sigit terkenal royal jika menyenangkan siapa saja yang ingin didekatinya. Terutama perempuan cantik yang dimauinya.
Bapak Sigi pengusaha kerajinan perak terbesar di Kotagede. Tentu saja dengan segala fasilitas yang ada, mudah saja bagi Sigit mendapatkan apa saja yang dimauinya.
Asri yang sangat menggoda kelelakiannya tak mau begitu saja dilewatkan Sigit. Sejak melihatnya di Ospek kampusnya. Diniatkan untuk menarik Asri ke pelukannya.
Kemarahan Sigit saat Asri menolak ajakannya di kost Mantrijeron malah membuat Sigit semakin bertekad mendapatkan Asri. Tak peduli bagaimanapun caranya.
"Kuliah jam berapa ?" Merasa ditanggapi .... Sigit basa basi bertanya. Matanya jelalatan memandang Asri.
"Sebentar lagi," semakin risih Asri menghindari tatapan Sigit.
"Ke kantin dulu yuk. Sambil menunggu kuliah,"
"Terimakasih mas. Aku mau ke Perpus," jawab Asri sambil berdiri.
" Kebetulan aku juga mau ke sana. Yuk sama-sama ke sana." Ada saja alasan Sigit untuk berdekatan dengan Asri.
Tak mampu mencari alasan lagi. Asri membiarkan Sigit mengikutinya ke arah Perpustakaan. Siulan teman Sigit terdengar di belakang.
...----------------...
Basa basi di Perpustakaan tadi sangat menyiksa Asri. Alih-alih membaca buku. Sigit malah terus-terusan merayunya. Menawarkan mengantar pulang ke kost setelah kuliah nanti.
Untungnya jam kuliah Asri tiba. Meninggalkan Sigit yang terus mengikutinya dari perpustakaan sampai depan kelas. Tawaran Sigit ditolak halus Asri.
Ada raut kemarahan di muka Sigit. Baru kali ini ada perempuan yang menolak mentah-mentah ajakannya.
Asri tak mempedulikan tatapan kemarahan mata Sigit. Memasuki ruang kelas kuliahnya melegakan hati Asri.
...----------------...
Pulang ke kost Mantrijeron, Asri bergegas menemui mbak Yem yang sedang memasak di dapur.
"Masak apa mbak ?" Tanya Asri setelah mendekati mbak Yem.
"Weh cah ayu rupanya. Masak sop ayam buat makan siang kalian." Mbak Yem menengok ke arah Asri.
Asri sering membantu memasak mbak Yem jika kebetulan selesai kuliah mbak Yem masih di dapur. Sering membantu ibu di dapur membuat Asri senang menghabiskan waktu luangnya untuk memasak.
Berkenalan dengan mbak Yem yang lucu membuat Asri cepat akrab dan tak segan membantunya memasak.
Mbak Yem janda beranak satu. Suaminya kabur dengan wanita lain ke Surabaya. Jadi dia bekerja di kost Mantrijeron setelah suaminya kabur. Bersama Sri, anak perempuannya yang berumur enam tahun, dia menempati kamar dekat pintu utama.
Selain memasak untuk anak kost dan makan di dalam, mbak Yem ditugaskan mengawasi kost putri Mantrijeron yang masih milik kerabatnya di Solo.
Dari sepuluh kamar kost yang terisi penuh, enam penghuninya memilih makan di dalam termasuk Asri. Semuanya kuliah di kampus Asri. Sehingga hampir semuanya tahu tentang Sigit di kampus.
"Kalau malam-malam ada laki-laki yang cari aku selain Seti atau Joe jawab saja aku sedang keluar mbak," kata Asri sambil memotong daun kol.
"Memang siapa saja yang cari kamu dek ?" Mbak Yem bertanya.
"Ada yang lagi maksa aku mbak. Bikin malas saja."
"Laki-laki memang begitu dek. Maksa...Kalau dah dapat cari lagi ... Kudu dipotong burung-nya" Geram mbak Yem.
Asri akhirnya tertawa mendengar kata-kata mbak Yem.
"Emang mbak berani potong burung ... hihihi..." Asri menanggapi gerutuan mbak Yem.
Keduanya terbahak bersama saling bercerita tentang laki-laki. Tentu saja dengan versi kedewasaan perempuan masing-masing.
...----------------...
Lega melepaskan uneg-unegnya ke mbak Yem. Asri masuk ke kamarnya setelah urusan memasak di dapur kelar.
Mengeluarkan diary. Seperti biasa dituliskan ceritanya hari ini. Tentu saja tentang kekesalanan kepada Sigit dan kelucuan mbak Yem.
Membuka diary tentang cerita minggu lalu saat bersama Seti menyenangkan hati Asri. Betapa keinginan untuk bersama Seti ada dalam hatinya saat melewati Kyai dan Nyai Daru. Berharap seperti kata Seti, akan dikabulkan Sang Waktu.
Jika saja Sabtu besok Seti datang lagi hati kecil Asri berharap Seti-lah yang akan mengajaknya ke luar menikmati lorong-lorong Jogja.
Sayangnya Seti mengatakan akan ke rumah teman kost-nya di Gunung Kidul. Sabtu depan dia baru bisa ke kost Mantrijeron.
Suara ketukan dari pintu kamar Asri mengalihkan diary yang sedang dibacanya.
Senyum Sri bocah perempuan lucu anak mbak Yem mengembang saat Asri membuka pintu.
"Makan dulu mbak," seperti biasa bocah itu keliling kamar kost jika makan siang sudah siap.
Rambut Sri dikucir ke atas. Giginya gupis kebanyakan makan permen. Pipinya bulat dengan kulit putih. Menggemaskan siapa saja yang kost di situ.
Kadang Sri jadi rebutan anak kost Mantrijeron menjelang malam. Berebut mengajaknya tidur di kamar kost masing-masing. Kebanyakan Sri akan memilih tidur dengan Asri jika suasana hatinya sedang riang.
Asri senang jika Sri menemaninya tidur. Anteng mata bulatnya selalu ingin tahu arti kosa kata yang sedang belajar dibaca dari majalah Bobo. Majalah di masa kecil Asri.
Mendengarkan Asri membacakan cerita Bobo, Coreng, dan Upik membuat Sri betah berlama-lama di kamar Asri.
Untungnya mbak Yem tegas kepada Sri. Jika dilihatnya anak kost sedang sibuk dengan tugas kampusnya, Sri dilarangnya mengganggu mereka.
"Kamu sudah makan Sri ?" Tanya Asri sambil mengikuti langkah kecil Sri di depannya.
"Sudah mbak ... pake sop ceker."
Gemelenting suara sendok dan garpu terdengar di ruang makan itu saat Asri masuk. Dilihatnya Tyas dan Linda seniornya di kampus sudah mendahuluinya makan.
Kamar Tyas ada di depan kamar Asri. Anaknya cantik, tomboy dan periang. Aslinya dari Klaten. Hobinya naik gunung.
Linda dari Cirebon. Putih cantik, cerewet dan hobi membaca. Banyak teman laki-lakinya yang datang ke kost Mantrijeron.
Asri belum tahu apakah mereka sudah punya kekasih atau belum. Masih sungkan menanyakan hal yang lebih pribadi kepada mereka.
"Makan As," Linda menegur Asri yang sedang mengambil piring.
"Nih lagi ambil piring," jawab Asri lalu mengambil nasi dan menyebelahi Linda.
"Enak sopmu As. Kata mbak Yem kamu yang memasaknya," Tyas menyela.
"Ah cuma bantu potong kentang sama daun kol saja," jawab Asri sambil menuangkan sop panas itu ke piringnya.
"Gabung ke Mapala ya As. Biar di gunung ada yang masak... hihihi..." Tyas mengajak Asri gabung di ekstra kurikuler kampus mereka.
"Ngapain As... masak kok harus di gunung. Kurang kerjaan saja ... hahaha..." Sahut Linda, "Eh tapi bener kata Tyas. Sop bikinanmu enak." puji Linda.
Meja makan itu lalu ramai dengan pembicaraan perempuan tentang makanan.
------------------
*Ceker : kaki ayam dalam bahasa Jawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments