7. Melepas Jerat

Asri sama sekali tak menyangka Sigit menemuinya lagi di kampus setelah datang di kost Mantrijeron dulu.

Duduk di balkon depan kampus menunggu jam kuliah berikutnya, Asri tak bisa menghindar saat Sigit menghampirinya bersama beberapa teman lelakinya.

Dari dandanan dan model kalung emas mereka, menunjukkan semuanya berpunya.

Sigit memisahkan dari rombongannya, berjalan mendekati duduk Asri.

"Selamat pagi sayang," suara Sigit seperti biasa genit menggoda Asri.

"Pagi mas," basa basi Asri menjawab malas. Perasaan hatinya tak menentu. Meninggalkan Sigit begitu saja tak enak, karena banyak yang memperhatikan.

Selain jadi ketua Senat. Sigit terkenal royal jika menyenangkan siapa saja yang ingin didekatinya. Terutama perempuan cantik yang dimauinya.

Bapak Sigi pengusaha kerajinan perak terbesar di Kotagede. Tentu saja dengan segala fasilitas yang ada, mudah saja bagi Sigit mendapatkan apa saja yang dimauinya.

Asri yang sangat menggoda kelelakiannya tak mau begitu saja dilewatkan Sigit. Sejak melihatnya di Ospek kampusnya. Diniatkan untuk menarik Asri ke pelukannya.

Kemarahan Sigit saat Asri menolak ajakannya di kost Mantrijeron malah membuat Sigit semakin bertekad mendapatkan Asri. Tak peduli bagaimanapun caranya.

"Kuliah jam berapa ?" Merasa ditanggapi .... Sigit basa basi bertanya. Matanya jelalatan memandang Asri.

"Sebentar lagi," semakin risih Asri menghindari tatapan Sigit.

"Ke kantin dulu yuk. Sambil menunggu kuliah,"

"Terimakasih mas. Aku mau ke Perpus," jawab Asri sambil berdiri.

" Kebetulan aku juga mau ke sana. Yuk sama-sama ke sana." Ada saja alasan Sigit untuk berdekatan dengan Asri.

Tak mampu mencari alasan lagi. Asri membiarkan Sigit mengikutinya ke arah Perpustakaan. Siulan teman Sigit terdengar di belakang.

                             

...----------------...

Basa basi di Perpustakaan tadi sangat menyiksa Asri. Alih-alih membaca buku. Sigit malah terus-terusan merayunya. Menawarkan mengantar pulang ke kost setelah kuliah nanti.

Untungnya jam kuliah Asri tiba. Meninggalkan Sigit yang terus mengikutinya dari perpustakaan sampai depan kelas. Tawaran Sigit ditolak halus Asri.

Ada raut kemarahan di muka Sigit. Baru kali ini ada perempuan yang menolak mentah-mentah ajakannya.

Asri tak mempedulikan tatapan kemarahan mata Sigit. Memasuki ruang kelas kuliahnya melegakan hati Asri.                             

...----------------...

Pulang ke kost Mantrijeron, Asri bergegas menemui mbak Yem yang sedang memasak di dapur.

"Masak apa mbak ?" Tanya Asri setelah mendekati mbak Yem.

"Weh cah ayu rupanya. Masak sop ayam buat makan siang kalian." Mbak Yem menengok ke arah Asri.

Asri sering membantu memasak mbak Yem jika kebetulan selesai kuliah mbak Yem masih di dapur. Sering membantu ibu di dapur membuat Asri senang menghabiskan waktu luangnya untuk memasak.

Berkenalan dengan mbak Yem yang lucu membuat Asri cepat akrab dan tak segan membantunya memasak.

Mbak Yem janda beranak satu. Suaminya kabur dengan wanita lain ke Surabaya. Jadi dia bekerja di kost Mantrijeron setelah suaminya kabur. Bersama Sri, anak perempuannya yang berumur enam tahun, dia menempati kamar dekat pintu utama.

Selain memasak untuk anak kost dan makan di dalam, mbak Yem ditugaskan mengawasi kost putri Mantrijeron yang masih milik kerabatnya di Solo.

Dari sepuluh kamar kost yang terisi penuh, enam penghuninya memilih makan di dalam termasuk Asri. Semuanya kuliah di kampus Asri. Sehingga hampir semuanya tahu tentang Sigit di kampus.

"Kalau malam-malam ada laki-laki yang cari aku selain Seti atau Joe jawab saja aku sedang keluar mbak," kata Asri sambil memotong daun kol.

"Memang siapa saja yang cari kamu dek ?" Mbak Yem bertanya.

"Ada yang lagi maksa aku mbak. Bikin malas saja."

"Laki-laki memang begitu dek. Maksa...Kalau dah dapat cari lagi ... Kudu dipotong burung-nya" Geram mbak Yem.

Asri akhirnya tertawa mendengar kata-kata mbak Yem.

"Emang mbak berani potong burung ... hihihi..." Asri menanggapi gerutuan mbak Yem.

Keduanya terbahak bersama saling bercerita tentang laki-laki. Tentu saja dengan versi kedewasaan perempuan masing-masing.

                                 

...----------------...

Lega melepaskan uneg-unegnya  ke  mbak  Yem. Asri masuk ke kamarnya setelah urusan memasak di dapur kelar.

Mengeluarkan diary. Seperti biasa dituliskan ceritanya hari ini. Tentu saja tentang kekesalanan kepada Sigit dan kelucuan  mbak Yem.

Membuka diary tentang cerita minggu lalu saat bersama Seti menyenangkan hati Asri. Betapa keinginan untuk bersama Seti ada dalam hatinya saat melewati  Kyai dan  Nyai Daru. Berharap seperti kata Seti, akan dikabulkan Sang Waktu.

Jika saja Sabtu besok Seti datang lagi hati kecil Asri berharap Seti-lah yang akan mengajaknya ke luar menikmati lorong-lorong Jogja. 

Sayangnya Seti mengatakan akan ke rumah teman kost-nya di Gunung Kidul. Sabtu depan dia baru bisa ke kost Mantrijeron.

Suara ketukan dari pintu kamar Asri mengalihkan diary yang sedang dibacanya.

Senyum Sri bocah perempuan lucu anak mbak Yem mengembang saat Asri membuka pintu.

"Makan dulu mbak," seperti biasa bocah itu keliling kamar kost jika makan siang sudah siap.

Rambut Sri dikucir ke atas. Giginya gupis  kebanyakan makan permen. Pipinya bulat dengan kulit putih. Menggemaskan siapa saja yang kost di situ.

Kadang Sri jadi rebutan anak kost Mantrijeron menjelang malam. Berebut mengajaknya tidur di kamar kost masing-masing. Kebanyakan Sri akan memilih tidur dengan Asri jika suasana hatinya sedang riang. 

Asri senang jika Sri menemaninya tidur. Anteng mata bulatnya selalu ingin tahu arti kosa kata yang sedang belajar dibaca dari majalah Bobo. Majalah di masa kecil Asri.

Mendengarkan Asri membacakan cerita Bobo, Coreng, dan Upik membuat Sri betah berlama-lama di kamar Asri.

Untungnya mbak Yem tegas kepada Sri. Jika dilihatnya anak kost sedang sibuk dengan tugas kampusnya, Sri dilarangnya mengganggu mereka.

"Kamu sudah makan Sri ?" Tanya Asri sambil mengikuti langkah kecil Sri di depannya.

"Sudah mbak ... pake sop ceker."

Gemelenting suara sendok dan garpu terdengar di ruang makan itu saat Asri masuk. Dilihatnya Tyas dan Linda seniornya di kampus sudah mendahuluinya makan.

Kamar Tyas ada di depan kamar Asri. Anaknya cantik, tomboy dan periang. Aslinya dari Klaten. Hobinya naik gunung.

Linda dari Cirebon. Putih cantik, cerewet dan hobi membaca. Banyak teman laki-lakinya yang datang ke kost Mantrijeron. 

Asri belum tahu apakah mereka sudah punya kekasih atau belum. Masih sungkan menanyakan hal yang lebih pribadi kepada mereka.

"Makan As," Linda menegur Asri yang sedang mengambil piring.

"Nih lagi ambil piring," jawab Asri lalu mengambil nasi dan menyebelahi Linda.

"Enak sopmu As. Kata mbak Yem kamu yang memasaknya," Tyas menyela.

"Ah cuma bantu potong kentang sama daun kol saja," jawab Asri sambil menuangkan sop panas itu ke piringnya. 

"Gabung ke Mapala ya As. Biar di gunung ada yang masak... hihihi..." Tyas mengajak Asri gabung di ekstra kurikuler kampus mereka.

"Ngapain As... masak kok harus di gunung. Kurang kerjaan saja ... hahaha..." Sahut Linda, "Eh tapi bener kata Tyas. Sop bikinanmu enak." puji Linda.

Meja makan itu lalu ramai dengan pembicaraan perempuan tentang makanan. 

 ------------------

*Ceker : kaki  ayam dalam bahasa Jawa.

Episodes
1 1. Jogja 1990
2 2. Cerita Baru Di Jogja
3 3. Teman Baru Jogja
4 4. Kedekatan di Jogja
5 5. Hangat Di Jogja
6 6. Lapak Malioboro
7 7. Melepas Jerat
8 8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9 9. Dari Banjarejo ke Drini
10 10. Malioboro
11 11. Kost Mantrijeron
12 12. Ungkapan Rasa
13 13. Jakarta
14 14. Kesulitan Pertama
15 15. Pulang
16 16. Kesulitan Kedua
17 17. Lawan
18 18. Konsekuensi
19 19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20 20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21 21. Rumah Wirobrajan
22 22. Tentang Kejujuran
23 23. Tentang Cinta dan Kebencian
24 24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25 25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26 26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27 27. Tentang Keterbukaan Hati
28 28. Kerinduan
29 29. Sebuah Lorong Waktu
30 30. Isi Hati
31 31. Tentang Suatu Masa
32 32. Kembali Ke Banjarejo
33 33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34 34. Jalinan Cerita Baru
35 35. Sanggar Taji
36 36. Awal Cobaan
37 37. Rangkaian Pertanda
38 38. Tentang Niatan
39 39. Tentang Cinta
40 40. Dari Baron Ke Drini
41 41. Noda Di Hari Minggu
42 42. Tentang Ruang Dan Waktu
43 43. Awal Sebuah Dendam
44 44. Naluri Dan Insting
45 45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46 46. Jangan Mundur !
47 47. Perjalanan Selanjutnya
48 48. Awal Hari Baru
49 49. Harapan Baru
50 50. Kegundahan
51 51. Membuka Diri
52 52. Kembali Ke Wonosari
53 53. Awal Perlawanan
54 54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55 55. Kedekatan Hati
56 56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57 57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58 58. Persinggungan Di Jogja
59 59. Rangkaian Awal Dilema
60 60. Rencana Pembalasan
61 61. Menjelang Pelepasan
62 62. Strategi Kawan dan Lawan
63 63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64 64. Cerita Senja
65 65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66 66. Kelegaan Perpisahan
67 67. Dunia Baru
68 68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69 69. Penghujung 1998
70 70. Tanah Panjatan
71 71. Tentang Keinginan
72 72. Kedekatan Dan Perpisahan
73 Buat pengikut Seti dan Asri
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Jogja 1990
2
2. Cerita Baru Di Jogja
3
3. Teman Baru Jogja
4
4. Kedekatan di Jogja
5
5. Hangat Di Jogja
6
6. Lapak Malioboro
7
7. Melepas Jerat
8
8. Dari Tepus ke Banjarejo Tanjungsari
9
9. Dari Banjarejo ke Drini
10
10. Malioboro
11
11. Kost Mantrijeron
12
12. Ungkapan Rasa
13
13. Jakarta
14
14. Kesulitan Pertama
15
15. Pulang
16
16. Kesulitan Kedua
17
17. Lawan
18
18. Konsekuensi
19
19. Keluar Dari Kesulitan Pertama
20
20. Dari Jakarta Sampai Ke Jogja
21
21. Rumah Wirobrajan
22
22. Tentang Kejujuran
23
23. Tentang Cinta dan Kebencian
24
24. Persinggungan Lapak Malioboro dan Sanggar Seni Ancol
25
25. Tentang Kejujuran dan Kepercayaan
26
26. Sesuatu Yang Seharusnya Tak Perlu Diceritakan
27
27. Tentang Keterbukaan Hati
28
28. Kerinduan
29
29. Sebuah Lorong Waktu
30
30. Isi Hati
31
31. Tentang Suatu Masa
32
32. Kembali Ke Banjarejo
33
33. Dari Beringharjo Ke Pulau Drini
34
34. Jalinan Cerita Baru
35
35. Sanggar Taji
36
36. Awal Cobaan
37
37. Rangkaian Pertanda
38
38. Tentang Niatan
39
39. Tentang Cinta
40
40. Dari Baron Ke Drini
41
41. Noda Di Hari Minggu
42
42. Tentang Ruang Dan Waktu
43
43. Awal Sebuah Dendam
44
44. Naluri Dan Insting
45
45. Pelajaran Hidup Menjadi Dewasa
46
46. Jangan Mundur !
47
47. Perjalanan Selanjutnya
48
48. Awal Hari Baru
49
49. Harapan Baru
50
50. Kegundahan
51
51. Membuka Diri
52
52. Kembali Ke Wonosari
53
53. Awal Perlawanan
54
54. Singgah Di Rumah Banjarejo
55
55. Kedekatan Hati
56
56. Tentang Hati Yang Bersyukur
57
57. Sang Waktu Tak Pernah Kembali
58
58. Persinggungan Di Jogja
59
59. Rangkaian Awal Dilema
60
60. Rencana Pembalasan
61
61. Menjelang Pelepasan
62
62. Strategi Kawan dan Lawan
63
63. Tentang Cinta Dan Rencana Sesudahnya
64
64. Cerita Senja
65
65. Tentang Adab Dan Keberuntungan Pekerjaan
66
66. Kelegaan Perpisahan
67
67. Dunia Baru
68
68. Dari Kokap Ke Panjatan Kulon Progo
69
69. Penghujung 1998
70
70. Tanah Panjatan
71
71. Tentang Keinginan
72
72. Kedekatan Dan Perpisahan
73
Buat pengikut Seti dan Asri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!