Mbah Jum memuji Seti yang tampak rapi dan gagah. Bercelana Levi's, kaos biru lengan panjang. Sepatu outdoor Eiger terikat rapi di kaki Seti.
"Mau kemana cah bagus ?" Tanya mbah Jum ingin tahu.
"Ke tempat teman mbah," jawab Seti yang seperti biasa beranjak mengambil gelas, memasukkan satu sendok gula dan dua sendok kopi tubruk lalu menyeduhnya.
"Mesti wedok temanmu hehehe...," mbah Jum terkekeh.
Seti tersenyum ... Mengaduk gelas kopi di depannya sambil duduk di bale-bale pojok warung mencicipi kopi panas dari sendoknya.
Warung mbah Jum mulai ramai. Satu dua anak kost di sekitaran Samirono mulai makan malam di situ.
Seti sedang menunggu Muji yang ingin menumpang ke bioskop Royal. Katanya sih mau nonton filem terbarunya Yeni Farida yang hot, buang mumet dari tugas-tugas terjemahan yang menumpuk.
Muji penggemar berat Eva Arnaz, Yeni Farida atau Eni Beatrix. Jika filem yang ada bintang hot itu turun layar dari bioskop Senopati. Tak sabar Muji menunggunya tayang di Royal.
Teman Muji dari Wates ada yang bekerja di bioskop itu. Jadi dengan hanya sebatang rokok, dia bisa menelusup masuk menonton paha Eva Arnaz, Yeni Farida, atau Eni Beatrix sepuasnya.
Berkali-kali Seti diajak Muji menonton di situ. Tapi belum pernah kesampaian. Seti penasaran juga sih dengan cerita tentang bioskop favoritnya Muji ... Bioskop kelas paling bawah di Jogja ...
Muji akhirnya nongol saat Seti menghabiskan tegukan terakhir kopinya. Menghampiri duduk Seti.
"Dah makan Set ?"
"Belum ... Nunggu kamu dari tadi." Jawab Seti.
Keduanya lalu berdiri. Masing-masing mengambil nasi dan sayur, sambal dan dua potong tempe.
"Dibyo mana le ?" Mbah Jum menanyakan Dibyo yang tak terlihat.
"Sudah balik kampung to mbah ... Ini kan hari Sabtu," jawab Muji.
"Oh malem Minggu. Pantesan Seti dandan ganteng ... Mesti mau pacaran ... hehehe ...,"mbah Jum terkekeh menggoda Seti lagi.
"Iya mbah. Pacaran sama Muji .. hahaha ..." Seti tertawa keras.
"Oh cah gemblung." Balas Muji sambil ikut tertawa.
Mengobrol acara malam minggu masing-masing, tak lama Seti dan Muji berpamitan ke mbah Jum setelah menghabiskan makan malamnya. Kali ini Muji bersikeras untuk membayarnya. Katanya sih habis dapat bayaran les di SMP Stella Duce.
Lalu keduanya berboncengan akrab ke arah jalan Solo dengan tujuannya masing-masing. Malam di Jogja mulai menggeliat setelah Seti menurunkan Muji di depan bioskop Royal.
...----------------...
Seti menjawab lewat intercom ketika ditanya mencari siapa oleh lawan bicaranya di kost Mantrijeron. Seti menduga mbak Yem yang bertanya. Terdengar dari nadanya yang ketus.
Seti masih duduk menunggu Asri di teras depan saat sedan Corolla DX putih masuk ke halaman rumah kost itu.
Laki-laki tegap terlihat turun dari mobil itu. Melewati Seti begitu saja. Lalu memencet bel.
"Asri ada mbak ?" Terdengar jelas oleh Seti suara laki-laki menjawab intercom.
Jantung Seti berdebar keras mendengar nama Asri disebut laki-laki itu.
Melewati Seti sekali lagi, lalu duduk tak jauh dari Seti, masih tak terlihat keakraban dari wajah laki-laki itu. Keduanya hanya saling terdiam saja.
Tak lama pintu terbuka. Asri terkejut melihat Seti dan laki-laki itu.
"Malam mas Sigit," Asri menegur laki-laki itu lebih dahulu. Membiarkan sejenak Seti yang masih bertanya-tanya dalam hati tentang siapa lelaki itu.
"Malam As... duh kamu cantik sekali." Suara genit laki-laki itu menggoda Asri yang lalu duduk di hadapannya.
Seti membiarkan dulu percakapan Asri dan laki-laki itu. Tampaknya Sigit nama laki-laki yang disebut Asri itu sedang berusaha mendekati Asri ... Merayunya untuk mengajak Asri pergi ke luar.
"Maaf mas, aku sudah janjian dengan temanku itu ... Tidak bisa ikut menemani mas." Jawab Asri tegas, ... Nada bicaranya terdengar kurang suka dengan ajakan Sigit yang sedikit memaksa.
Sigit menengok ke arah Seti. Keduanya bertatapan cukup lama. Ada tatapan penuh ketidaksukaan ke arah Seti.
Asri terdiam di antara dua laki-laki yang saling menatap itu.
...----------------...
Sigit adalah senior Asri di kampusnya. Sejak melihat Asri di Ospek. Berkali-kali dia berusaha mendekatinya. Diusahakan agar Asri selalu ada di dekatnya dengan berbagai cara.
Sigit sudah berkali-kali datang ke kost Mantrijeron sebelum Seti singgah di sana.
Kewanitaan Asri yang merasakan ketertarikan Sigit padanya membuat dirinya berusaha menghargainya dengan keakraban yang sewajarnya. Keakraban sebatas junior dan senior di kampus.
Asri tidak mau terlalu dekat dengan Sigit. Ada rasa risih setiap pandangan genit Sigit yang selalu saja menguliti ujung rambut sampai ujung kakinya.
Malam itu rupanya Sigit kembali berusaha merayu Asri lagi. Datang ke kost Mantrijeron untuk mengajaknya keliling Jogja. Dan tak sengaja malah bertemu Seti.
...----------------...
Setelah saling pandang penuh kecemburuan dan rasa tidak suka dari keduanya, Sigit akhirnya meninggalkan kost Mantrijeron.
Kekasarannya terlihat saat menggeber keras gas Corolla DX itu di depan Seti dan Asri. Mobil itu lalu melesat pergi.
"Maaf Set." Asri membuka percakapan dengan pelan ... Hatinya tidak karu-karuan melihat saling tatap Seti dan Sigit ... Teringat tatapan Seti dulu saat perkelahian di rumah jengki.
"Kenapa kamu batalkan jika kamu sudah janjian pergi dengan dia As ?" Kali ini ada nada persangkaan dari Seti.
"Tidak seperti yang kamu pikirkan Set. Tiba-tiba saja dia datang ke sini tanpa aku tahu. Kupikir malah kamu bersama Joe tadi." Asri mencoba menjelaskan tentang kedatangan Sigit.
"Aku tidak mempermasalahkan itu As. Hanya kurang suka saja dengan tingkahnya. Sama sekali tidak ada rasa menghargai kepada orang lain. Kelihatannya dia anak orang kaya." Seti menyampaikan ketidaksukaannya tentang Sigit.
"Ah sudahlah jangan dibahas lagi. Toh dia sudah pergi. " Asri mencoba menyamankan kegundahan hati Seti.
Seti tersenyum mendengar kata-kata Asri. Tak mau berlama-lama dengan persangkaannya.
Asri membalas senyuman Seti. Keduanya sudah kembali dengan suasana kedekatan hati seperti semula.
"Ajak aku jalan Set."
"Ke mana ?"
"Aku ingin lihat Alun-alun ... Katanya setiap malam minggu ramai orang mencoba melewati beringin kembar."
Seperti dugaan Seti. Asri mengajaknya ke sana. Keinginan Asri itu terucap saat Seti dan Joe pertama kali ke kost Mantrijeron. Ingin tahu apa sebab keramaian orang-orang di Alun-alun Selatan di sekitar beringin kembar.
"Yuk... Kalau itu maumu .... Aku juga belum pernah ke sana." Seti menatap Asri, wajahnya terlihat senang.
Keduanya bergegas mendekati si Denok yang terparkir di dekat teras. Tak mau menunda menikmati suasana malam di salah satu sudut Jogja yang terkenal dengan cerita legendanya.
...----------------...
Seti menggenggam erat tangan Asri saat menyeberang jalan lingkar yang mengitari tanah lapang Kagungan Dalem Kraton.
Saat memarkir si Denok tadi. Tatapan beberapa laki-laki di sekitar tempat itu terlihat memandang iri Seti yang menggandeng rapat Asri.
Tinggi Asri yang hanya sedikit lebih pendek dari Seti menyolok di keramaian Alun-alun itu. Entah kenapa keduanya kompak memakai setelan yang mirip. Hanya saja Asri memakai sepatu kets hitam, memudahkannya berjalan di tanah lapang yang sedikit berdebu itu.
Seorang bocah menghampiri Seti dan Asri yang mendekat ke dua pasang beringin kembar. Menawarkan penutup mata untuk disewa melakukan masangin.
Kata Dibyo, masangin berawal saat Sri Sultan Hamengkubuwono I berkuasa. Putrinya mendapatkan pinangan dari seorang laki laki.
Sayangnya sang putri tidak terlalu menyukai calon suaminya. Akhirnya dia mengajukan satu tantangan kepada laki-laki itu untuk berjalan dengan mata tertutup sampai ke pendopo keraton melewati Kyai dan Nyai Daru, nama pohon beringin kembar itu.
Jika berhasil maka sang putri akan menerima lamarannya. Laki-laki itu gagal. Dan Sultan berkata bahwa siapapun yang bisa melewati tantangan tersebut haruslah memiliki hati yang bersih dan tulus.
Seperti itulah asal usul mitos masangin yang hingga kini masih dipercaya.
"Mau coba As ?" Tanya Seti ke Asri.
"Caranya bagaimana ?"
"Tuh lihat." Seti menunjuk seorang pemuda yang mencoba ritual masangin.
Entah kenapa langkahnya malah menjauh dari sepasang beringin itu ... Yang menonton bersorak tertawa melihat itu
Asri ikut tertawa. Terlihat semakin cantik di tengah suasana kegembiraan Alun-alun Selatan. Tak bisa ditahan, dia mengajak Seti mencoba melakukan masangin.
"Harus ada permintaan di hatimu As jika mau masangin." Seti teringat kata-kata Dibyo.
"Haruskah ? Kupikir hanya permainan biasa." Jawab Asri Heran.
"Biar seru aja."
"Apa permintaanmu Set ?" Goda Asri ... Bola matanya menyiratkan kejora keingintahuan yang menyala.
"Ah kan harus dalam hati. Yuk coba. Kamu atau aku dulu ?" Sambung Seti sambil tersenyum.
"Aku dulu. Tapi jangan diketawain ya." Pinta Asri kemudian.
Seti tertawa mengiyakan. Tangannya memasangkan penutup mata dari arah belakang Asri ... Tengkuk telanjang Asri dengan bulu-bulu halus yang tak sengaja dilihatnya dinikmatinya benar-benar ...
-----------------------------
*Cah bagus : anak tampan dalam bahasa Jawa.
*Wedok : perempuan dalam bahasa Jawa.
*Cah gemblung : anak gila dalam bahasa Jawa.
*Kagungan Dalem Kraton : milik Kraton dalam bahasa Jawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments