Surat dari Seto yang dibaca tadi pagi menyenangkan hati Seti. Kakaknya menyuruhnya menemui Bening meminta kejelasan tentang sakitnya Joko. Berjanji akan cuti secepatnya, menengok Joko.
Berharap Seto diijinkan cuti, Seti tak sabar ingin memamerkan lapak Malioboro kepadanya. Dan tentu saja mengajaknya ke pulau Drini tempat Dibyo jika cutinya panjang. Sekaligus mengenalkan Asri padanya.
Libur semester ini Seti memutuskan untuk tetap di Jogja mengurusi lapak bersama Doni dan Joe.
Asri pulang ke Purwokerto menunggui Joko yang masih dirawat di rumah sakit bergantian dengan Bening.
Sejak Joko sakit, hasil dari lapak bisa menutup kebutuhan Asri untuk bolak balik Jogja Purwokerto menengok kakaknya itu. Itulah sebab Seti memilih menghabiskan liburan di Jogja.
Siang itu Seti seperti biasa sudah ada di lapak. Berharap ada yang membeli dagangan.
"Hening akan ke Jogja Set," Joe melirik ke arah Seti di sela-sela keramaian Malioboro. Tangannya sibuk menganyam benang.
"Ya aku tahu ... Katanya bareng dengan temannya." Seti menjawab pendek.
Sama seperti Joe, tangan Seti juga sedang sibuk menganyam benang dengan motif yang lain dari biasanya.
Kali ini motif hewan meniru anyaman Sumba berbeda dengan yang sudah-sudah dicoba Seti dan Joe untuk motif gelang yang sedang dibuatnya.
Sejak lapak itu buka kembali, Seti, Joe dan Doni lebih berhati-hati lagi menjaganya. Ide-ide baru dari mana saja dijadikan peluang untuk dijadikan uang. Paling tidak ide-ide baru itu diusahakan dijual di lapak.
"Mungkin dua tiga hari ini dia datang Set. Menginap di Wirobrajan tempat saudara temannya, sebelum ke Purwokerto," Joe melanjutkan obrolan tentang Hening.
"Kira-kira aku harus bagaimana menceritakan hubunganku dengan Asri kepadanya ?"
"Sebaiknya kamu ngomong terus terang,"
"Cobalah kulihat nanti bagaimana ..." Seti meneruskan anyamannya lagi.
Surat Hening yang diterimanya beberapa waktu lalu membuat keinginan Seti untuk bertemu dengannya tak tertahan. Sudah dibulatkannya untuk mengatakan masalah hubungannya dengan Asri nanti, jika memang Hening jadi ke Jogja.
Mencoba mengalihkan persoalan Hening dari pikirannya, Seti kembali dengan kesibukan anyaman benangnya lagi.
Malioboro sepertinya bersolek menyambut liburan semester. Saatnya anak kuliahan backpacker domestik menyinggahinya, sejenak melupakan kesibukan kampus dengan segala macam teori-teori. Saat yang tepat juga buat lapak-lapak sepanjang Malioboro genit menggoda setiap pelancong untuk berbelanja dengan caranya masing-masing ...
...----------------...
Doni bertelanjang dada di kost Demangan. Tato tribal di lengannya berkilat terkena keringat. Tumpukan tas dan dompet kulit yang selesai dijahitnya diikat rapi. Sudah dua minggu ini dia bekerja keras sendirian menyelesaikannya. Masih belum berani membiarkan Joe untuk membantunya menjahit.
Keunggulan tas dan dompet kulit buatan Doni adalah di teknik jahitan tangannya serta corak motifnya.
Membuat corak yang berbeda untuk setiap produknya. Memudahkan Doni memasarkan dengan harga yang menguntungkan sesuai dengan waktu pengerjaannya di lapak.
Seti datang membawa bungkusan nasi saat Doni ngadem di depan kipas angin kost Demangan. Rambut panjangnya diikat, menjuntai di punggung telanjangnya.
"Makan Don," Seti memberikan bungkusan nasi yang dibawanya ke arah Doni.
"Thanks, ... Kamu dan Joe sudah makan ?" Doni membuka bungkusan di tangannya. Tak menunggu lama tangannya menyuapkan nasi padang yang dibelikan Seti.
"Sudah ... Makanlah dulu. Nanti ikut aku jemput temanku di stasiun," Seti mengambil sebatang rokok di depannya.
"Teman dari mana ?"
"Jakarta ..." Seti menghembuskan asap rokok.
"Hening ?" Doni mencoba menebak. Tangannya masih meneruskan suapan makannya.
Seti mengangguk. Hari ini Hening minta dijemput di stasiun. Semalam Seti menelponnya dari Wartel, menanyakan keberangkatannya dari Jakarta.
Joe yang tak bisa menemaninya menjemput membuat Seti mengajak Doni untuk menemaninya. Hari ini Joe menunggu pelanggan yang akan mengambil barang pesanan di lapak.
"Dari mana kamu tahu Hening akan ke Jogja ?" Tanya Seti.
"Joe berkali-kali bercerita kepadaku,"
"Kamu bisa kan menemaniku seharian ini ?"
"Ah jangankan seharian, sebulanpun kamu akan kutemani jika memang kamu membutuhkan." Doni tertawa. Berdiri dan beranjak membuang bungkus nasi ke keranjang sampah di luar kamar.
"Ngopi dulu Set, sebentar kubuatkan," sambungnya lagi.
Doni berbeda dengan Joe. Jika Joe sedikit urakan, Doni lebih kalem. Tampan dengan perawakan sedang dan rambut panjang. Setamat SMA dia lontang lantung setahun di Jogja setelah gagal diterima di ISI. Membantu kesibukan kakaknya yang lulusan Akademi Teknik Kulit Yogyakarta di lapak Malioboro membuatnya mengenal kulit dan teknik menjahitnya. Dari situlah dia keterusan menggeluti kulit.
"Masih lama kan keretanya ?" Doni meletakkan dua gelas kopi yang baru dibuatnya.
"Jam dua belas, ... masih cukup waktu."
Keduanya larut dalam perbincangan ringan tentang Jogja ...
...----------------...
Berpelukan rapat melepaskan rasa rindu menyenangkan hati Seti dan Hening. Setelah satu tahun tak bertemu, segala rasa itu terlampiaskan. "Doni teman main di Jogja," Seti mengenalkan Doni ke arah Hening.
"Yuni, ... teman satu kampus Hening," perempuan cantik dengan rambut terikat menyebut nama ... Ramah menyambut uluran tangan Seti dan Doni setelah Hening balas mengenalkan teman perjalanannya.
Obrolan tentang Jakarta sampai perjalanan kereta mengiringi langkah riang mereka meninggalkan stasiun menuju Malioboro.
"Mampir dulu ke tempat Joe Hen," Seti mengajak Hening dan Yuni singgah dulu di lapak mereka sebelum mengantarnya ke Wirobrajan yang tak jauh dari Malioboro.
"Bagaimana kabar si thengil itu ?" Hening menanyakan Joe.
"Baik ... Masih tetep aja kayak dulu ... Hanya sekarang gaya urakannya lebih nyeni," Seti terkekeh menceritakan Joe.
"Terakhir aku bertemu dengannya di Jakarta. Tiba-tiba saja dia nongol menonton pameran seniku kampus,"
"Ahahaha ... Itu yang aku bilang ... Sekarang urakannya lebih nyeni."
Perbincangan penuh tawa itu berlanjut. Doni sesekali mencuri pandang ke arah Yuni. Sepertinya dia terkesan dengan perkenalan sesaat tadi.
...----------------...
Joe yang sedang nongkrong di lapak tertawa girang menyadari Hening menepuk pundaknya. "Aku pikir fansku ... Ternyata seniman lukis Jakarta yang menyapaku," serunya sambil memeluk Hening.
"Ahahaha gombal," Hening menyahut ramah candaan Joe lalu mengenalkan Yuni.
"Duduklah dulu sebentar ... Nanti kita naik andong ke Wirobrajan," Seti menyorongkan dingklik ke arah Hening dan Yuni. "Mau minum apa ?"
"Apa saja," Yuni menanggapi tawaran Seti. Pandangannya tertarik pada tas dan dompet yang terjejer rapi di etalase. "Buatan sendiri ?" Tanya Yuni ke arah Joe.
"Tuh senimannya," Joe mengarahkan pandangan ke arah Doni.
Mengikuti pandangan Joe, tatapan Yuni beradu pandang dengan Doni ... Keduanya saling melempar senyum.
"Etnik banget, ... aku suka," Yuni memuji dompet dan tas buatan Doni.
Perpaduan warna coklat, merah bata, dan hijau tua serasi dengan motif batik yang dikuasai Doni memang menjadi kelebihan tas dan dompet kulit buatan tangannya.
Seti berjalan memesan minuman, meninggalkan lapak yang mulai akrab dengan perbincangan Jakarta Jogja.
...----------------...
Merasa cukup menikmati Malioboro, Yuni mengajak Hening ke tempat saudaranya di Wirobrajan.
"Tunggu sebentar, kami antar kalian ke sana." Seti berdiri, beranjak ke andong yang ada di sekitaran lapak.
Andong banyak ditemui dari hotel Ambarukmo di jalan Solo sampai sepanjang Malioboro.
Empat roda dan dua kuda yang menariknya membedakannya dengan dokar atau delman yang sering dinaiki Hening dan Yuni. Keduanya kelihatan senang dengan andong yang dipesan Seti.
"Antar mereka Don, aku menyusul dengan si Denok," kata Seti setelah Hening dan Yuni naik. "Dekat kampus UMY pak Dhe," lanjut Seti ke arah kusir andong.
"Aku jalan dulu Joe mengantar mereka," lanjut Seti ke arah Joe.
"Yups ... hati-hati," Joe mengiyakan kata-kata Seti yang berjalan ke arah parkiran si Denok. Matanya mengawasi andong yang mulai melaju pelan menyusuri Malioboro.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Maria_dwi90
semangat kk
2023-08-17
1